3. Keceplosan

580 64 5
                                    

Di dapur, mereka bertiga bekerja sama membuat roti-roti yang akan dijajakan ke pelanggan, hingga akhirnya Tanjirou pamit untuk mempersiapkan pembukaan tokonya dan meninggalkan kedua remaja itu di dapur.

"Wah, Nezuko-chan hebat sekali," ucap Zenitsu terkagum mendekati cewek itu.

Nezuko yang berusaha fokus pada pekerjaannya tidak dapat menahan senyum, kedua pipinya menghangat, namun ia tetap menutup mulutnya.

"Hoo, gitu caranya ya... terima kasih, Nezuko-chan, padahal aku udah diajari Tanjirou tadi tapi tetap aja nggak paham," ucapnya cengengesan, ia memilih mundur karena takut Nezuko tidak ingin diganggu.

Zenitsu tidak tahu, kalau cewek itu mempercepat gerakan tangannya menjadi 3 kali lipat, caranya untuk menutupi salah tingkahnya yang seharusnya bisa membuatnya melakukan banyak kesalahan.

Di belakang Nezuko, Zenitsu bergidik ngeri, sekarang cewek itu malah kelihatan ngamuk, sepertinya ia memang harus menjaga jarak dengannya.

***

"Terima kasih, Zenitsu, Makomo, udah banyak membantu kami hari ini." Tanjirou sedikit membungkukkan tubuhnya diikuti Nezuko.

"Ah, itu bukan apa-apa." Zenitsu mengibaskan tangannya.

"Benar, lagipula aku hanya bantuin kalian beres-beres," tambah Makomo yang akan pulang naik bus.

"Makomo-chan, benar nih kamu mau pulang sendirian?" tanya Nezuko khawatir, ia takut terjadi sesuatu pada gadis itu.

"Aku udah biasa kok," katanya menenangkan.

"Kalau begitu kami pamit dulu, aku akan menemani Makomo ke halte sampai bus datang."

Kedua orang itu melangkah pergi, saling melemparkan lambaian tangan pada kedua anak dari keluarga Kamado itu.

"Sekarang makan yuk, Nezuko, kamu lapar kan?" Tanjirou melepas celemek dan sarung tangannya dan menyimpannya di tempat biasa.

"Umm..." Nezuko mengangguk lemah, setengah pikirannya tidak menyatu dengan tubuhnya.

Tanjirou menghela napas, ia ingat, semenjak kejadian Nezuko terjatuh dari jendela kelas, sikapnya sedikit berubah, dan ia mulai khawatir, apa Nezuko trauma dan menyebabkan perubahan pada perilakunya?

'Apa sebaiknya aku bawa Nezuko ke rumah sakit aja ya?'

***

"Nee, Senpai..." Makomo membuka mulutnya duluan, memecah keheningan di antara mereka yang memang tidak dekat.

"Ng?" Zenitsu menoleh.

"Senpai suka sama Nezuko?" tanya Makomo dengan ekspresi datar, tanpa basa-basi.

Ditanya begitu, wajah Zenitsu memerah, yang untungnya tidak terlalu kelihatan oleh Makomo karena jalanan yang hanya diterangi satu lampu di setiap beberapa meter. "Haa?!! Sejak kapan? Siapa yang bilang? Kurang ajar sekali yang menuduhku menyukai cewek secantik Ne-... ops!" Zenitsu langsung membungkam mulutnya.

Makomo tersenyum lebar. "Kudengar dari Sabito-niichan, para gadis di angkatannya menyukai Senpai, sampai ada yang menembak langsung, tapi Senpai selalu menjawab dengan kata 'tidak', ada juga yang memaksa Senpai untuk memuji kecantikan mereka, tapi malah dikacangin,"

"dan tadi Zenitsu-senpai bilang Nezuko cantik, itu artinya Senpai suka sama dia kan?"

Zenitsu tergagap, ia tidak menyangka langsung diserbu dengan banyak analisa dari adik kelasnya, apalagi saat ia menyimpulkan hal itu.

Ia terdiam beberapa saat, sampai akhirnya ia tersenyum. "Itu benar, aku menyukainya, adik dari sahabatku sendiri."

Makomo tidak kaget dengan pernyataan itu, malah senang karena Zenitsu mengakuinya.

"EEH, tapi kumohon jangan beri tahukan ini padanya." Zenitsu mengatupkan kedua tangannya di depan wajah, pose memohon agar Makomo tidak membocorkan hal ini pada cewek itu.

"Aku nggak janji nih, Senpai. Tau sendiri kan cewek mulutnya gimana," balasnya memasang tatapan jahil.

Zenitsu mendesah kecewa, semangatnya hilang begitu saja, ia takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan jika hal ini sampai bocor, terlebih, ke satu sekolah.

***

Zenitsu menghempaskan tubuhnya ke kasur, menatap langit-langit kamarnya. Tidak lama kemudian ia mengacak-acak rambutnya sendiri. Menyesali tindakannya mengakui perasaannya di depan sahabat cewek itu. "Bagaimana ini? Gak mungkin Makomo bakalan terus tutup mulut kan?"

Kedua bola mata coklat keemasannya beralih ke jam digital di samping kasurnya. "Ah iya, aku kan belum makan." Zenitsu bangkit dan menuju dapur untuk memasak. Walaupun tidak terlalu ahli, setidaknya ia bisa menghemat anggaran untuk mengisi perutnya. Maklum, ia tinggal terpisah karena kakeknya khawatir dengan hubungannya dan Kaigaku, yang sama-sama diadopsi olehnya.

Pukul 22.00, Zenitsu mengerjakan tugas, ia berhasil menyingkirkan pikiran tentang Nezuko... untuk sementara. Ketika sampai pada suatu soal, Zenitsu tertegun, ia tidak mengerti sama sekali, sepertinya ia tertidur karena kelelahan akibat lembur di tempat arubaito saat gurunya menjelaskan materi ini.

Ia memutuskan menelepon Tanjirou untuk bertanya. Namun sayang, sudah tiga kali ditelepon, tapi tidak diangkat juga, sampai akhirnya telinganya yang tajam menangkap suara seorang gadis.

"Halo?"

Zenitsu menelan ludah, ia kenal betul dengan suara ini. Bimbang apa ia akan memutus teleponnya atau melanjutkan pembicaraan?

"A-apa Tanjirou ada?" tanyanya dengan gugup.

"Zenitsu-senpai? Onii-chan lagi mandi." jawab suara itu dengan nada yang sedikit berubah.

"B-begitu... Y-ya udah, nanti kutelepon lagi aja."

"Ah, dia udah selesai, tunggu sebentar, kukasih hpnya dulu."

Zenitsu bernapas lega saat suara di seberang sana berubah. "Zenitsu? Ada apa? Apa ada barangmu yang ketinggalan?"

"Ah nggak kok, aku cuma mau nanya satu soal sama kamu... untuk saat ini, ehehe."

***

"Oi, Monitsu! Bangun!!" Sudah berkali-kali Inosuke yang duduk di sebelahnya mencubit keras pipi Zenitsu yang tertidur saat jam pelajaran bahasa negara. Setelah beberapa saat, ia sedikit terbangun karena sindiran sang guru yang menghampirinya.

"Hm... enak ya jam segini tidur." Bukannya memukuli meja agar muridnya bangun, guru itu malah mengelus-elus kepala remaja itu.

"Kaa-chan..." Zenitsu mengigau, namun tak lama ia sadar, kalau ia tidak punya ibu. Ia terperanjat ketika melihat gurunya tepat di samping mejanya.

"Agatsuma, ada apa? Apa kau punya masalah cinta sampai tertidur di kelas?" tanya guru itu dengan tampang seram. Para murid di kelas sontak tertawa. Zenitsu punya masalah cinta? Yang benar saja. Ia kan tidak membuka hati untuk gadis manapun. Sementara itu, beberapa anak perempuan di kelas itu cemberut, menatap Zenitsu penuh kecemburuan, dalam hati mereka bergumam, jangan sampai ada gadis lain yang berhasil mengambil hatinya setelah mereka semua ditolak mentah-mentah.

【A/n : Fix ini kebalik banget sama Zenitsu yang asli www】

Zenitsu yang masih di ambang batas kesadaran segera menggelengkan kepalanya.

𝑌𝑒𝑙𝑙𝑜𝑤 𝐻𝑒𝑎𝑟𝑡 𝑀𝑜𝑛𝑜𝑔𝑎𝑡𝑎𝑟𝑖Où les histoires vivent. Découvrez maintenant