Max mengumpat sebelum menyeret Freya untuk mengikutinya ke lantai teratas gedung itu. Hotel tempat klub malam ini merupakan hotel milik keluarga Miller, jadi Max mempunyai akses kamar VIP yang bisa ia tempati saat berkunjung kesana. Ia bahkan tidak peduli saat semua orang memperhatikan mereka berdua, yang ada dibenaknya saat ini hanya mengganti baju yang bau terkena muntahan Freya. Tapi entah kenapa ia tidak ingin melepaskan Freya malam ini, maka dari itu ia juga mengajak Freya ikut bersamanya.



*****



Freya mengerjapkan mata saat cahaya matahari pagi telah bersinar terik masuk melalui jendela. Gadis cantik itu menyipitkan mata berusaha beradaptasi dengan cahaya, pelan-pelan ia menggeliat. Sebelum kesadarannya terkumpul sepenuhnya ia memekik tertahan saat melihat tangan kokoh melingkari pinggangnya. Dengan gerakan cepat Freya berbalik dan melihat sesosok pria tampan yang sedang tertidur dengan wajah tenang.

Freya benar-benar terkejut melihat pemandangan di depannya saat ini, kenapa ia bersama Max diatas ranjang yang sama? Freya menyibak selimut sedetik kemudian berteriak nyaring. Bagaimana bisa tubuhnya polos dan hanya menyisakan celana dalamnya saja? Sialan.

"Apa yang kau lakukan padaku? Brengsek, cepat keluar" Freya meninggikan suaranya dan menatap nyalang kearah Max

Max sangat terganggu mendengar teriakan gadis itu, ia pun terduduk kaku sambil menyugar rambut coklatnya kasar.

"Kau pikir ini kamarmu? Kau sedang berada di hotelku Nona, jangan bilang kau lupa dengan apa yang kau lakukan semalam?"

Kedua tangannya terlipat di depan dada, ia menatap remeh kearah Freya.

"Memang apa yang aku lakukan? Kau yang menelanjangiku Max" bentak Freya

"Akhirnya kau mau menyebut namaku juga, setelah sekian lama kau hanya memanggilku Mr. Miller. Apa kau pura-pura tidak ingat? Kau yang menggodaku, menciumku duluan dan berakhir dengan memuntahkan semua isi perutmu ke bajuku. Tentu saja aku membuka seluruh pakaianmu yang penuh dengan muntahan bau dan menjijikan itu"

"Kau tidak mengambil kesempatan saat aku tak sadarkan diri kan?" tanya Freya was-was

"Kau pikir tubuhmu sangat menarik hingga aku ingin memanfaatkannya? Lagi pula kau tidak perlu munafik Freya, bahkan tubuhmu telah dinikmati banyak pria lalu kenapa kau marah sekarang?" jawab Max menatap sinis gadis itu

Freya menggeram, dengan angkuh ia segera bangkit berdiri dan berjalan kearah kamar mandi dengan tubuh telanjang. Mengabaikan rasa sakit dikepalanya yang berdenyut tiba-tiba efek terlalu banyak minum alkohol semalam. Persetan dengan Max, lagipula ia menganggapnya seorang jalang. Dada Freya bergemuruh menahan amarah dan rasa kecewa atas perkataan yang diucapkan Max.

Memang selama ini ia kerap berpose seksi tapi itu hanya untuk kepentingan pekerjaan, selebihnya ia tidak membiarkan orang lain menyentuhnya. Walau hidup di negara bebas yang tidak mempermasalahkan sex before married tetapi Freya tetap menjaga kesuciannya hingga sekarang diusia 23 tahun ia masih perawan.

Tanpa gadis itu sadari tatapan mata Max terus tertuju pada bongkahan bokongnya yang terlihat sangat menggiurkan. Brengsek! Bohong jika Max mengatakan ia tidak tertarik dengan tubuh indah Freya, melihatnya dengan pakaian tertutup saja membuat miliknya menegang apalagi sedang polos seperti saat ini. Ia bahkan harus mandi air dingin beberapa kali semalam untuk meredam hasratnya yang sangat ingin menyentuh dan mencumbu tubuh seksi gadis itu.

Setelah di dalam kamar mandi, Freya menenangkan diri sambil membasuh wajahnya. Kenapa ia tidak bisa mengingat kejadian di klub malam itu? Freya hanya mengingat saat seorang pria yang terlihat seperti Max memeluknya lalu mereka berciuman dengan penuh nafsu. Ternyata naas pria itu memang Max.

I'm Always Be Yours (END)Where stories live. Discover now