"Ampuni kami Raden, ampuni sikap kami, di__di__dia pelayan baru Raden, ehm ... jadi belum mengerti tata tertib istana ... mo Mo__mohon ampun Raden" Ucap Sawitri terbata

Ucapan Sawitri berhasil membuatku membuka mata dan memandang ke arahnya. Apa aku berbuat kesalahan fatal ? Tetapi untuk berkata, entah kenapa bibirku rasanya kelu.

Mendengus sesaat, lalu kulihat Raden Panji berjalan melewati kami begitu saja. Sedikit kesal melihat kelakuannya. Memang apa yang bisa diharapkan seorang pelayan. Paling tidak aku bebas dari hukuman saja sudah patut disyukuri. Bayangkan harus berjalan dengan kaki habis dicambuk. kasihan ... kasihan

Helaan napas Sawitri menandakan dia juga bersyukur aku tak dapat hukuman. Tersenyum canggung ke arahnya sambil sama – sama berdiri. Kami harus melanjutkan pekerjaan kami yang tertunda karena kecerobohanku. Berjalan pelan ke arah berlawanan dengan arah yang diambil Raden Panji membuatku bernapas lega.

"HEI ...!!!" Suara bariton itu berhasil membuat kami terpaku ditempat sesaat bersamaa, lalu buru – buru berbalik menghadap Raden Panji. Sialan, apa dia berubah pikiran ?

"Sampaikan pada pangeran, aku menunggu di tempat latihan !!!" Ucap Raden Panji lalu berjalan tanpa menunggu balasan.

Aku berhasil lolos dari hukuman jika menyimpulkan dari omelan panjang Sawitri di sisa perjalanan kami menuju dapur istana lalu kembali lagi ke pendopo pangeran. Sepertinya berteriak di istana adalah hal terlarang untuk dilakukan.

Lamunanku terhenti mana kala tampak pemuda berusia sekitar dua puluh tahunan keluar dari kamar menuju meja tempat jamuan makan yang telah disiapkan. Apakah ini Pangeran Anusapati ? Mungkin wajahnya tidak setampan para artis yang rajin perawatan atau anggota boyband Korea. Namun dilahirkan oleh seorang ibu yang katanya berwajah amat cantik membuat dia memiliki ketampanannya sendiri.

Walau demikian, aku yang bukan pembaca aura saja, bisa merasakan aura seorang anggota kerajaan yang tidak dapat diabaikan. Oh ... aura calon raja tepatnya. Dia sudah besar, artinya waktunya sudah semakin dekat.

Mendesah pelan tanpa sadar membuat perhatian Pangeran Anusapati beralih menatapku. Jangan bayangkan tatapan memuja atau saling adu tatap yang diiringi semilir angin, seperti yang biasa ada dalam adegan film atau sinetron.

Sebaliknya, dia menatapku tajam dan sarat aura permusuhan. Memang apa salahku ? Bertemu saja baru pertama kalinya saat ini. Jujur, aku makin bingung apa sebenarnya peranku di sini ? Yang pasti bukan peran utama karena jika iya, mungkin kini aku berada di dalam tubuh Ken Dedes alih – alih ditubuhku sebagai pelayan.

"Dia pelayan baru Gusti Pangeran ! Pelayan penganti Padmini, Gusti " Ucap Nyi Ratri mengambil alih situasi

Mendengus sesaat sambil membuang pandang lalu duduk dan bersiap makan. "Jangan pernah lagi sebut nama pelayan sialan itu hadapanku !" Suaranya dingin tanpa perasaan itu terdengar membuat suasana tambah tidak nyaman

"Maafkan hamba, Gusti Pangeran, tidak akan hamba ulangi." Jawab Nyi Ratri lalu beralih memandangku "Perkenalkan dirimu pada Gusti Pangeran."

"Nama hamba Regganis, Gusti Pangeran " Jawabku sambil menangkupkan kedua tangan dan menunduk

Tidak ada jawaban, bahkan aku merasa dia tidak peduli sama sekali. Mungkin makanan yang tersaji lebih menarik dariku, namun ternyata di juga hanya makan sedikit dan lebih banyak memakan buah – buahan.

Sebenarnya apa yang telah dilakukan pelayan bernama Padmini itu pada Pangeran Anusapati. Mengapa dia begitu marah ? Berbagai skenario berseliweran di kepalaku. Apa ada cinta terlarang di sini ? Seperti yang aku sering baca dalam novel romance, bahwa tokoh pria akan tampak dingin setelah merasa terkhianati hatinya. Ingin tersenyum rasanya, namun sepertinya bukan waktu yang tepat.

"Maaf Gusti Pangeran, Raden Panji Kenengkung akan menunggu Gusti langsung di tempat latihan. " Ucap Sawitri berhasil membuatku menghentikan pikiran konyolku dan menengok ke arahnya

Oh namanya Panji Kenengkung ternyata. Berarti benar dia adalah saudara angkat Ken Arok. Tepatnya Ken Arok yang diangkat anak oleh Bango Samparan yang adalah ayah dari Panji Kenengkung. Pantas saja Panji - Panji ini gualaknya poooooll, karena bagaimanapun dia masih ada hubungan dekat dengan sang raja dan menjadi orang kepercayaan raja pastinya.

Sikutan di pinggangku membuatku sadar bahwa Pangeran telah berdiri dan berjalan meningalkan pendopo diikuti oleh pandangan Nyi Ratri kearah punggung kokoh yang berjalan tegap itu.

"Bereskan semuanya !" Perintah Nyi Ratri sebelum dia juga meninggalkan pendopo

Sawitri mulai membereskan semua makanan dan akupun bergerak membantunya. "Eeemm ... Sawitri, kita tidak mengikuti pangeran ? Katanya kita harus melayaninya dari pagi sampai malam ? " Tanyaku

"Iya, tapi kita tidak boleh mengikuti Pangeran saat sedang berlatih kanuragan. Itu tugas Wasa dan Marda. Lagipula ada Raden Sadawira di sana. " Mengalihkan pandangannya padaku, Sawitri melanjutkan " Mereka adalah pengawal pangeran yang ada di depan pendopo tadi. Raden Sadawira itu prajurit khusus Gusti Pangeran yang bertugas menjaga keselamatan Pangeran. Beliau juga masih sepupu jauh Pangeran" Mengambil napas perlahan "Lagi pula wanita terlarang melihat para pria berlatih kanuragan, Rengganis ... saru .. tidak sopan."

Ah ... pikiran aneh macam apa itu. Bukankan tadi malam Sawitri berkata kita juga harus menyiapkan keperluan mandi Pangeran dan menunggu sampai selesai. Dibanding melihat pria berkelahi bukankah melihat pria mandi lebih tidak sopan.

"Sawitri, Siapa itu Padmini ? Apa kesalahannya hingga Gusti Pangeran begitu marah ?" Tanyaku penasaran

"Itu .... Eemmm ... Lebih baik kita buru – buru membereskan ini semua. Belum lagi kita harus kembali ke dapur istana mengambil makan siang." Jawab Sawitri salah tingkah

Mendesah pasrah, sepertinya saat nanti bisa kembali ke masa depan aku bisa menjadi atlet berjalan cepat atau berjalan maraton jika ada, karena aku akan sering berlatih di sini.

Bisa dipastikan betisku akan mengembang sebesar talas Bogor karena kebanyakan berjalan. Padahal telapak kakiku rasanya sudah mati rasa karena berjalan tanpa alas kaki. Ternyata Dilan salah, masih ada yang lebih berat dari pada "Rindu".

---------------Bersambung----------------

26 Juni 2020

SINGASARI, I'm Coming! (END)Where stories live. Discover now