[S-2; 7 END.]

3.5K 426 71
                                    

"Already Gone."

🌠🌠🌠

"Noona— kau yakin akan baik-baik saja?"

Yuri menganggukan kepalanya dengan yakin, ia tersenyum simpul, "tentu, jangan khawatirkan aku, aku terbiasa seperti ini."

"Aku tahu. Aku tahu kau pasti akan bisa. Yang aku tanyakan hanya apakah kau akan baik-baik saja nantinya?!"

"Aku baik, Hoseokie. Aku pasti akan baik. Hidup disini kurasa akan lebih baik daripada aku masih disana."

Hoseok hanya bisa menghembuskan nafas panjangnya, ia lalu mengelus lengan Yuri, "jika ada apa-apa tolong kabari aku lebih dulu, noona."

"Ck, dasar! Aku hanya ke itaewon, kenapa kau menganggapku pergi sangat jauh dari tempatmu?" Ejek Yuri sembari menertawakan Hoseok yang beberapa hari ini sangat cerewet karena terus menerus merengek meminta agar Yuri tidak pergi.

"Tidak jauh itu jika aku bisa datang sesuka hati berjalan kaki! Tapi ini apa? Aku harus kesini dengan kendaraan pribadi atau kendaraan umum! Itu bukan lagi jauh— tapi sangat jaaaaaaaauh!!!!" Hoseok sebal bukan main karena dari kemarin tidak bisa membujuk Yuri untuk tetap ada di dekatnya.

Yuri terkekeh, "jika tidak ingin datang kesini, video call saja."

"Aku tetap akan datang! Aku akan mengunjungimu satu minggu sekali— ah tidak, terlalu lama, dua kali seminggu atau tiga kali juga tidak apa-apa!"

"Kenapa kau tidak lelah?" Yuri dengan gemasnya mengacak rambut Hoseok.

"Lelah kenapa?"

"Lelah— eum, berada di sisiku? Padahal sudah jelas aku sudah menolakmu beberapa minggu yang lalu?"

"Tidak apa-apa. Kau memang menolakku, tapi kau juga tidak boleh lupa jika akan ada hal lain yang menantiku suatu saat nanti!" dan mereka berdua langsung tertawa mengingat kejadian malam itu.

Ya, benar. Beberapa minggu yang lalu memang sempat ada kejadian memalukan— ah, lebih tepatnya menyedihkan bagi Hoseok. Lelaki periang itu tiba-tiba saja menyatakan cintanya dengan terang-terangan kepada Nam Yuri. Membawakan bunga mawar dan boneka yang baginya lucu mirip seperti Yuri.

"Noona— ayo kita menikah!"  ucapnya kala itu, berlutut di hadapan Yuri dan menyodorkan bunga dan juga boneka. Untuk perihal cincin sengaja tidak dikeluarkan lebih dulu.

Yuri tentu terkejut, namun sedetik kemudian tertawa dan langsung berjongkok di depan Hoseok, "kau sedang apa sebenarnya? Hmm?" 

"Menikah! Ayo kita menikah dan memulai hidup baru! Aku tidak akan berjanji apa-apa, tapi aku akan membuktikannya jika aku berbeda dari lelaki di masalalumu, aku akan ada di sebelahmu dan mencintaimu dengan sungguh. Jadi, aku mohon kali ini tolong terima lamaranku, noona—" ucap Hoseok panjang dan lebar.

"Hoseok—"

"Ya?"

"Kau sudah pernah merasakan bagaimana kelamnya kehilangan diri sendiri belum?"

Hoseok menggelengkan kepalanya, ia sebenarnya bingung dengan apa maksud Yuri. "Kehilangan yang seperti apa? Aku merasa aku tidak pernah merasa yang seperti itu."

"Ah, tentu saja kau tidak akan pernah merasa—" ia lalu berdiri, menyuruh Hoseok untuk bangkit juga, saat ini mereka berdua saling berhadapan, "aku membicarakan tentang aku yang pernah kehilangan sesuatu yang jauh lebih berat dibanding aku yang terbiasa merelakan tokoh-tokoh pendukung yang pernah ada dalam ceritaku."

"Kehilangan apa yang kau maksud, noona?"

Yuri tersenyum sendu, "diri sendiri. Aku pernah kehilangan diriku sendiri, Hoseok. Aku hilang arah. Aku begitu jauh melangkah namun sebenarnya tak mengerti apa-apa. Di  hari-hari itu, aku sempat tidak mengenal siapa diriku sendiri— bahkan aku tidak tahu cara untuk mengenal diriku sendiri, Hoseok..." 

Hoseok langsung menghamburkan pelukan hangatnya, mengelus punggung wanita itu dengan lembut karena tidak tega melihat Yuri menangis lagi.

"Masa itu sangat sulit sekali, sangat kelam bahkan aku bisa saja mati kapanpun juga. Aku tidak bisa menjelaskan bagaimana rasanya agar kau mengerti. Namun, jika memang kau sekadar ingin tahu, aku izinkan— karena bagiku, kehilangan orang-orang sepertinya tidak seberapa asalkan kita tidak kehilangan siapa diri kita," Yuri membenamkan wajahnya di bahu Hoseok, masih menangis karena merasa dunia begitu kejam untuknya, "kau tahu Hoseok, aku sedang ingin membenahi hatiku yang berantakan, aku ingin lebih mencintai diriku sendiri sebelum aku mencintai orang lain—"

Dan setelahnya, Hoseok memilih untuk diam saja. Ia hanya terus memeluk tubuh wanita yang semakin kurus itu, mengelus kepalanya dan tentunya akan selalu siap menyiapkan telinganya untuk mendengar keluh kesah wanita itu.

"Hoseok—"

"Ya, noona?"

"Jika aku sudah siap, suatu saat nanti, aku yang akan mengejarmu kembali."

Entah bagaimana ceritanya, Hoseok dengan beraninya langsung mengecup bibir Yuri cukup lama dan lalu melepasnya sembari tersenyum sangat lebar, "setelah ini, jangan harap aku akan melepasmu, noona!"  Sampai akhirnya, malam itu mereka berdua tertawa bersama. Sedikit demi sedikit mengakhiri penderitaan panjang yang menyakitkan.

Pun setelah kejadian malam itu, Yuri memutuskan untuk pergi sedikit lebih jauh dari tempatnya dulu, ia memilih untuk tinggal di tempat baru dengan suasana, pekerjaan dan kehidupan yang juga baru. Meninggalkan segala kenangan yang perlahan malah semakin menyiksanya. Ia belum bisa merelakan masa lalu semudah itu, ia butuh pergi agar tidak lagi bertemu.

Persis seperti janjinya kala itu, setelah ia dan Jimin bertemu untuk yang terakhir kalinya untuk mendengarkan keresahan hati Jimin yang sebenarnya tentang dirinya— mendengarkan bahwa ternyata; memang Jimin sangat mencintainya membuat hati Yuri sedikit merasa lebih lega.

Maka dari itu, sesuai janjinya juga, ia akan pergi meninggalkan bayang-bayang Jimin, memutuskan untuk menata hidup dan juga hatinya sendiri. Yuri hanya ingin memantaskan diri sebelum ia benar-benar siap untuk jatuh cinta lagi kepada lelaki selain Jimin, ia belum siap jika suatu saat tidak dicintai lagi dengan alasan apapun itu.

Karena bagi Yuri, bahagia atau tidak, sebenarnya adalah pilihan.

Jika ia ingin bahagia secepatnya, ia bisa saja menerima tawaran Hoseok untuk segera menikah. 

Namun, jika ia memilih untuk belum menerima tawaran itu, bukan berarti ia wanita yang bodoh. Ia hanya ingin lebih menghargai hidupnya sendiri setelah selama kurang lebih 4 tahun lamanya sudah ia sia-siakan dengan orang yang salah. Saat ini Yuri ingin mencintai dirinya sendiri. Ia ingin bahagia bagaimanapun caranya.

Jadi, sebelum mencintai orang lain, pastikan dulu jika kau sudah cukup mencintai diri sendiri agar nantinya tidak ada alasan untuk orang itu mematahkan hatimu, kembali.

Karena mau bagaimanapun juga, yang perlu di syukuri dari kisah ini adalah; semesta telah menyelamatkanmu dari orang yang salah dengan patah hati yang parah.

"Dan untuk masa laluku— Park Jimin; kau tahu bahwa aku pernah begitu mencintaimu. Jadi, sekarang aku mencintaimu cukup dengan membiarkanmu pergi." - Nam Yuri.

[End.]

/Kalau mau ada kesan pesan kritik saran seperti biasa, cuss komen! Btw, masih ada satu bonchap ya, harap ditunggu^^

Terima kasih dan selamat tinggal!💜

©Nandd_

2020.

✔️ I don't love you.Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ