t h i r t y t h r e e

1.1K 251 46
                                    

Pada siang hari ini, terlihat di sebuah restoran terkenal di Ibu Kota terdapat Jin yang sedang menunggu pesanan makanannya tiba dengan adik laki-lakinya yang berada di depannya menemaninya makan siang pada hari ini

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.


Pada siang hari ini, terlihat di sebuah restoran terkenal di Ibu Kota terdapat Jin yang sedang menunggu pesanan makanannya tiba dengan adik laki-lakinya yang berada di depannya menemaninya makan siang pada hari ini. "Si Hoseok udah kasih tahu lo ya? Yang soal dia mau ngelamar ceweknya," tanya sang adik.

Jin yang awalnya terfokus pada ponselnya kini beralih. "Iya. Bulan depan, kan?"

Yoongi mengangguk dan kedua bibir pria itu kembali tertutup. Detik-detik hening mulai menyelimuti sebelum akhirnya Yoongi membuka bibirnya lagi. "Gue sebenernya iri lihat dia," tutur Yoongi.

Mendengarnya, Jin lantas mengangkat alisnya sebelah lalu membiarkan Yoongi untuk melanjuti ucapannya. "Gue juga pengen nikah. Tapi, gue sadar diri," lanjut Yoongi.

"Kenapa lo ngomong gitu?"

Yoongi tersenyum pahit. "Gue nggak pantas untuk dicintai."

Jin sempat terdiam sebelum akhirnya ia berucap, "Berarti lo belum menemukan orang yang mampu membuat lo pantas untuk dicintai."

Mendengar ucapan dari kakak laki-lakinya membuat pria itu merasa lebih tenang walau masih sulit untuk menerima kenyataan. Kini, bibir Yoongi kembali terbuka untuk bertanya, "Lo iri juga nggak sama Hoseok?"

Berat untuk pria itu mengakuinya namun pria itu lebih memilih untuk mengelaknya. "Gue nggak iri tapi lebih ke takut."

Yoongi mengernyitkan dahinya bingung. "Takut kenapa?"

"Gue takut ngalamin apa yang Papi rasain. Ditinggal sama cinta sejati itu paling menyakitkan dan gue belum siap akan hal itu," tutur Jin yang membuat Yoongi menggelengkan kepalanya.

"People come and go. Lo harus siap dengan itu."

"Gue tahu. Tapi ini terlalu cepat..."

Jin terlihat mengambil napas sesaat sebelum melanjuti ucapannya. "Mama ninggalin Papi sangat cepat. Gue belum siap. Gue takut kalau suatu saat nanti, mengalami hal yang sama."

Keheningan kembali menyelimuti kedua pria itu. Pria yang berusia tiga puluh satu tahun itu tampak kembali melanjuti ucapannya. "Gue juga ngerasa belum bisa jadi pria yang bertanggung jawab."

"Maksud lo?"

"Gue anak sulung dari keluarga ini tapi nggak bisa ngejaga adik-adik gue. Gimana gue bisa ngejaga keluarga gue nanti? Terbukti dari Jimin yang sampai depresi dan mutusin buat bunuh diri. Gue nggak bisa jaga dia dengan baik. Seharusnya gue ada di samping dia di saat dia hancur tapi gue terlalu egois dan asik sama luka gue sendiri. Padahal kita semua sama-sama terluka."

Yoongi terdiam dan melihat manik mata pria itu memang tersirat akan kekhawatiran dan ketakutan yang selama ini ia rasa. Terlihat, Jin mengarahkan kepalanya ke arah lain untuk menghindari kontak mata. Sepertinya masih ada luka yang belum ia tumpahkan namun ia memilih untuk memendamnya sendirian dan tidak membiarkan orang lain untuk mengetahuinya.

We Used To Be A FamilyOnde as histórias ganham vida. Descobre agora