Natal

2.8K 475 5
                                    

Disclaimer : I do NOT own Harry Potter nor its universe, only ownership is Remianda and other additional characters!

Happy reading guyssss

○●○●○●○●○●○●○                   ○●○●○●○●○●○●○

     "Tapi, apapun itu.. aku akan ikut kalian."

     Remianda membuka matanya dengan perlahan ketika sinar matahari mulai menganggu tidur indahnya.

     Rasa lelah dan capek juga matanya yang ingin tertutup lagi adalah balasan dari perkataannya pada Harry dan Ron tempo hari.

      Tak seharusnya ia mengikuti mereka pergi ke perpustakaan hanya untuk mencari sekali lagi informasi apapun tentang Nicholas Flamel sebelum akhirnya memutuskan untuk mencari cara agar bisa pergi ke Restricted Section yang dikatakan Hermione.

      Remianda menghela nafas sebelum bangkit dari tempat tidurnya yang nyaman dan hangat. Matanya memandangi kamar kosong yang hanya ditinggali oleh dirinya seorang.

   “Yep, selamat natal pada dirimu sendiri Remianda.” Katanya dengan tersenyum miring dengan sirat mata kosong.

     Natal pertama baginya tanpa Harry disampingnya untuk ia berikan beribu ciuman di wajah ketika ia membuka matanya di saat hari natal benar-benar membuatnya merasa kesepian.

     Dengan setengah hati, ia keluar dari tempat tidur dan berjalan masuk ke toilet untuk membersihkan badannya, sekaligus mempersiapkan diri untuk memulai natal pertamanya di Hogwarts.

     Remianda mengambil langkah turun dari tangga dengan santai, mandi dengan air hangat dan memilih baju hangat untuk dipakai membuatnya merasa sangat segar dan nyaman untuk mengisi perut di aula.

      Ia tersenyum kecil melihat beberapa anggota Slytherin berada di ruang tamu, mengelilingi pohon natal untuk mengecek hadiah-hadiah yang terletak cantik di bawahnya.

     Remianda berjalan lurus ke arah jendela kaca besar yang memperlihatkan dalamnya danau hitam dengan gurita besar yang menampakkan dirinya. Ia menyukai pemandangan dari kaca asrama mereka, terasa seperti berada dalam kebun binatang dalam laut dengan kaca transparan untuk melihat kehidupan-kehidupan yang ada disana.

     Ia tersenyum senang, tak terlalu berpikir banyak untuk sekedar mengecek kiriman hadiah di bawah pohon natal, karena baginya tak mungkin para Dursley akan mengirimkannya dan Harry hadiah natal.

     Harry dan Remianda sudah mengubur dalam-dalam pikiran untuk mendapatkan hadiah natal dari para Dursley semenjak mereka sudah menginjak umur dimana mereka mengerti bahwa berperilaku baik pada Dursley hanya akan meringankan pukulan dan hukuman yang mereka berikan tanpa mendapat pujian ataupun mainan.

     Puas dengan pemandangan yang ia nikmati, Remianda melambaikan tangannya pada gurita besar sebelum beranjak pergi dari ruang tamu Slytherin.

.

      “Remmy!” Panggil Harry dengan penuh antusias ketika ia dan Ron melihat Remianda yang berjalan memasuki Aula menuju ke tempat makan Griffindor.

      Harry menarik tangan Remianda dengan penuh antusias untuk duduk di sebelahnya dan di depan Ron sendiri.

     “Woah, woah.. Selamat natal juga untukmu, Harry.” Kata Remianda yang sedikit terkejut dengan antusias Harry yang menyuruhnya untuk segera duduk di sampingnya. “Ada apa dengan wajah gembiramu itu?”

     “Kau tak akan percaya!” Seru Ron dengan matanya yang berbinar-binar.

     “Tentang apa?” tanya Remianda.

     “Aku mendapat sebuah hadiah!” seru Harry.

     “Hadiah yang benar-benar langka pula!” imbuh Ron dengan semangat.

     Remianda menaikkan kedua alisnya mendengar perkataan Harry dan Ron.

      Harry, kembarannya mendapatkan hadiah natal? Dari siapa? Sejauh yang ia tau, tak ada yang kenal mereka dekat hingga ingin memberikan hadiah pada kedua mereka. Apalagi para Dursley yang mungkin akan mati sebelum mereka memberikan apapun kecuali kekasaran pada Harry dan Remianda.

      “Hadiah? Dari siapa?” tanyanya dengan sedikit curiga.

     Harry mengindikkan bahunya dan Ron menggelengkan kepalanya yang menandakan kedua anak itu tidak tau menahu tentang siapa pengirim hadiah yang langka.

     “Tidak ada nama pengirim, hanya pesan ini saja beserta hadiah itu.” Kata harry dengan memberikan sepucuk kartu natal berbentuk persegi panjang pada Remianda.

“Ayahmu memberikan ini padaku sebelum ia meninggal. Sudah waktunya benda ini dikembalikan padamu. Gunakan dengan baik.”

     Remianda mengernyit, pikirannya dipenuhi dengan beberapa kecurigaan. “Kenapa aku merasa bahwa pengirim ini tau akan sesuatu?” tanyanya sebelum menatap Harry dan Ron lagi. “Omong-omong, apa hadiah yang langka dan misterius itu?”

     Ron memajukan badannya lebih dekat dengan mereka berdua seraya tangan kanannya menutupi sisi bibir dari kanan. “Jubah Penghilang. Benar-benar benda yang sangat langka, selagi kau memakainya kau tidak akan terlihat.” Kata Ron dengan mata berbinar.

     Tautan di kedua alis Remianda semakin mendalam, “Jubah penghilang?" Gumamnya sebelum memasang wajah terkejut sekaligus terkesan pada Harry dan Ron. “Aku tak tau siapa pengirimnya, namun yang kutau dia benar-benar tau kondisimu Harry.”

     Harry dan Ron memandang satu sama lain dengan bingung.

     "Kau bisa pergi ke bagian terlarang dengan ini!"

     Wajah Harry menjadi sumringah seketika, “Ide yang bagus!” seru Harry. “Kau ikut ‘kan? Malam ini aku berencana untuk pergi kesana.”

     Remianda menggeleng pelan, mengirimkan senyuman kecil pada Ron dan Harry. “Aku ingin ikut tapi kurasa aku tak bisa. Kau lihat, murid asrama Slytherin benar-benar sangat sedikit yang tinggal dan Profesor Snape benar-benar sangat cekatan, ia akan segera tau siapa yang tidak berada dalam asrama pada jam malam.”

     Ron meringis, seakan tau apa yang akan terjadi jika Remianda ikut dengan Harry dan tertangkap oleh Snape. “Dia benar, Harry. Profesor Snape akan memakannya hidup-hidup jika ia menangkap Remianda.”

     Harry mengangguk mengerti, “kalau begitu, aku akan pergi sendiri.”

     Remianda mengangguk, "Tapi kau harus berhati-hati, Harry. Kau bisa mendapat masalah jika terlihat oleh guru di tengah malam atau berada di bagian terlarang."

Remianda Liliev Potter 1Where stories live. Discover now