Kita adalah penyihir!

4.1K 718 10
                                    

Disclaimer: I do NOT own Harry Potter nor its universe, only ownership is Remianda and other additional characters!

Happy reading guyssss

●○●○●○●○●○●○●                  ○●○●○●○●○●○●○●

     “Apa kau sudah selesai menggambarnya, Harry?” tanya Remianda dengan mengantuk. Ia menonton bagaimana saudaranya melukiskan gambar kue ulang tahun dengan bertuliskan ‘selamat ulang tahun, Harry dan Remianda’ dengan banyak lilin di pasir.

     “Hm, kurasa sudah.” Ia menatap jam tangan Dudley.

00.00

     “Bangun, Remianda. Sudah waktunya untuk meniup lilin.” Ucapnya dan Remianda bangun seketika, tengkurap di sampingnya.

      “1, 2, 3” mereka meniupnya dan tersenyum lebar.

      “Selamat ulang tahun, kepada kita berdua.” Kata mereka dengan bersamaan.

     Remianda kembali berbaring, kedua matanya terlihat menutup, namun tangannya mencari sesuatu di kantong celananya.

     “Harry, aku mempunyai hadiah untukmu.” Ucapnya dan membuat Harry menaikkan kedua alisnya.

     Ia tersenyum dan memberikan sepucuk surat yang ia ambil dengan diam-diam pada saat kekacauan di rumah Dursley  terjadi pada Harry.

      “Aku mengambilnya disaat paman Vernon tengah sibuk mengejarmu.” Bisiknya dengan senyuman manis.

     Harry tak bisa tidak Bahagia, ia dapat membaca surat yang selama ini membuatnya penasaran tepat pada hari ulang tahunnya.
    
     “Bagaimana denganmu?” tanyanya dan Remianda mengibaskan tangannya di angkasa dengan mengantuk, “aku tak membawanya. Terlalu lelah untuk mengambil buat kita berdua.” Ucapnya dan berbalik untuk tidur kembali. “Selamat membaca, Harry.”

     Harry mengangguk, tangannya bergemetar ketika ingin membukanya. Namun, suara dobrakan di pintu, membuatnya langsung menyembunyikan suratnya, dan menatapi pintu itu.

     lalu dobrakan menakutkan itu muncul lagi, membangunkan Dudley dan Remianda. Dan ketika dobrakan ketiga muncul, mereka bertiga berdiri, dan ketika dobrakan keempat, Petunia dan Vernon datang dengan takut-takut membawa senapan.

     “Siapa disitu?” tanyanya dan pintu kayu itu terjatuh seketika.

     Harry dengan cepat menggenggam tangan Remianda dan menariknya untuk bersembunyi bersama dengannya.

     Dari sana, ia mengintip, dan melihat sesosok pria besar berjanggut tebal dan keriting muncul disana.

     “Maaf atas pintunya,” ucapnya dengan kembali dan menata pintu yang ia jatuhkan itu dengan mudah.

     “Kuperintahkan kau segera pergi. Kau masuk secara paksa.” Ucap paman Vernon, senapannya terarah pada pria besar itu.

     Pria besar dan misterius itu berjalan ke arah mereka, berhadapan dengan mereka.

     “Tenang sajalah, Dursley.” Katanya dengan membengkokkan secara mudah senapan itu ke atas, dan menembakkannya disana dan pergi dari hadapan mereka.

     “Terakhir kulihat engkau masih bayi, Harry. Kini kau lebih besar dari yang kukira. Terutama di bagian tengah. Heh” pria besar itu mengatakannya pada Dudley, satu-satunya anak yang ia lihat di rumah itu. “Dan dimana Remianda? Aku tak melihatnya disini.” ucapnya dengan mengedarkan pandangannya untuk mencari anak perempuan.

     Dudley panik dan ketakutan, suaranya begitu pelan dan terbata-bata, “A-aku b-bukan H-Harry."

     Harry muncul dari persembunyiannya masih menyimpan sosok Remianda di belakangnya dengan protektif. “a-aku Harry dan ini saudariku, Remianda.” Ucapnya memperlihatkan sesosok rambut keriting berwana merah di belakangnya.

     “oh, tentu saja kalian.” Kata Hagrid. “Aku punya sesuatu untuk kalian. Aku khawatir aku mungkin telah menduduki bungkusan ini, tapi kuyakin rasanya akan tetap sama.” Ia mengeluarkan sebungkus kotak sedang berwarna putih polos dengan pita biru yang menambah hiasannya, ia memberikannya pada Harry. “Kubuat sendiri, tulisan juga ucapan selamatnya.” Imbuhnya lagi.

     Harry membuka bungkusan itu, memperlihatkan kue yang retak berwarna merah muda dengan tulisan selamat ulang tahun pada mereka berdua dengan warna hijau.

      Remianda mengintip dari bahu Harry dengan malu-malu pada laki-laki besar itu. Ia bisa saja menjadi pemberani melawan para penganggu Harry, ia juga bisa menjadi dewasa melebihi Harry, namun ia hanya tak bisa berkomunikasi baik dengan orang yang baru saja ia temui. Ia sungguh bersyukur Harry selalu ada untuknya, untuk membuat komunikasi dengan orang-orang yang penasaran akan mereka.

     “Terima kasih.” Ucap Harry dengan tulus.

     “Tidak setiap hari kau berusia 11 tahun, bukan?” Pria besar itu tersenyum dan menduduki sofa panjang yang awalnya adalah tempat tidur Dudley.

      Ia mengeluarkan payung berwarna merah muda disana, dan mengarahkannya perapian, membuatnya mengeluarkan api yang membakar kayu di perapian.

     Remianda menatap laki-laki itu dengan sumringah, “bukankah itu sihir?!” ia berseru padanya dengan semangat. Melupakan rasa malu dan canggungnya yang barusan saja ia rasakan terhadap orang asing ini.

      Harry menaruh bungkusan kue itu di meja, dan bergabung dengan saudarinya, “Harry, lihat! Pria itu mengeluarkan api dari payungnya!”

     Harry mengangguk pada Remianda, namun ia menatap orang besar itu dengan kernyitan penasaran. “Maaf, tapi… kamu siapa?”

     “Rubeus Hagrid, penjaga kunci dan tanah di Hogwarts.” Ia menatap Harry dan Remianda, “Tentu saja kalian tau tentang Hogwarts, bukan?”

     Harry dan Remianda bertukar pandang satu dengan yang lain sebelum menggelengkan kepala mereka bersamaan, “maaf, belum.”

     “Belum? Astaga, Harry, Remianda, tidakkah kalian bertanya dimana mama dan papamu mempelajari semua itu?”

     “Belajar tentang apa?” tanya Harry dengan kebingungan.

     Hagrid tersenyum, menatap mereka berdua, sebelum berkata hal yang mengejutkan mereka pada hari ulang tahun mereka.

     “Kalian adalah penyihir, Harry, Remianda.”

Remianda Liliev Potter 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang