Chapter Nineteen - Hot and Cold

Start from the beginning
                                    

"Namtan!!!" seru Kong kaget dan hendak membantunya, dan kesal karena ia tidak bisa.

Sesaat kemudian, Namtan menyeka air matanya dan bangun sendiri, lalu kembali menoleh pada keduanya sambil tersenyum.

"Apakah ini benar-benar kau?" tanya gadis itu tampak emosional, air matanya tidak bisa berhenti mengalir.

Arthit tersenyum, lalu membawa tangannya untuk menyeka air mata gadis itu, namun jari-jarinya berhenti di udara.

"Kenapa kau menangis? Apakah kau tidak senang melihatku lagi?" 

"Maaf..." Namtan segera menyeka air matanya. "Tentu saja aku senang...sejak kau meninggalkan tempat ini dua ribu tahun yang lalu, aku sangat kesepian dan sangat merindukanmu..." ia kembali terisak. "Aku pikir kau telah meninggalkanku selamanya dan melupakanku..."

"Aku tidak akan pernah melupakanmu, gadis bodoh ..." tukas Arthit. "Kita sudah bersama lebih dari itu, dan kau adalah satu –satunya teman baikku..."

Gadis itu mengangguk dan mencoba untuk tersenyum. "Aku sangat senang melihat kalian lagi, dan merindukan waktu kita bersama di tempat ini ..." ia memandang Kong dan Arthit.

Kong bertanya-tanya apa maksud gadis itu, tetapi dia agak merasa akrab dengan situasi saat ini, seolah-olah mereka pernah tertawa dan mengobrol bersama di tempat ini dulu sekali.

"Jujur, aku tidak suka tempat ini...jika bukan karena kalian..." ia berhenti seketika saat melirik Kong. "Namun tidak dipungkiri, aku juga memiliki beberapa kenangan indah di sini..."

"Kupikir tempat ini tidak buruk sama sekali..." komentar Kong. "Sangat tenang...dan aku tidak tahu, tetapi...aku seakan memiliki sedikit perasaan tentang tempat ini, dan sepertinya aku pernah kemari sebelumnya..."

Arthit dan Namtan saling bertukar pandang sejenak.

"Kadang - kadang tempat ini akan membuatmu melihat ilusi..." kata Arthit. "Oleh karena itu aku menyebutnya istana ilusi..."

Namtan berkomentar. "Well, sebenarnya ia hanya merefleksikan memorymu..."

Arthit segera mengganti topik pembicaraan. "Ngomong-ngomong, kau tidak membunuh ketiga siswa, seperti yang dikatakan oleh Sarawat...lalu kenapa kau berbohong?" ia bertanya pada Namtan.

"Itu sudah tidak penting lagi, dia akan tetap mengirimku kembali meskipun kukatakan aku tidak melakukannya..." jawab gadis itu. "Tetapi aku justru ingin berterima kasih padanya..." ia berhenti sejenak dan menoleh pada Kong.

"Maaf Kong, aku tidak mengucapkan selamat tinggal padamu...."

Kong menggeleng dan membalas. "Aku juga ingin minta maaf karena tidak bisa menepati janjiku, dan aku tidak tau kalau kau...." tiba – tiba saja ia berhenti dan tersedak.

"Kong?!" seru Namtan kaget dan panik. "Apa yang terjadi?"

Kong memegang lehernya dan gelembung udara keluar dari mulutnya ketika ia mencoba berbicara, seperti sedang tenggelam dan tidak bisa bernafas.

Arthit menyadari ada sesuatu yang tidak beres.

"Kami harus kembali sekarang, ada yang menyerang dan memecahkan gelembung..." ujar Arthit, ia segera menggengam tangan Kong membawa kesadarannya kembali secepat kilat setelah mengucapkan selamat tinggal pada Namtan.

"Maafkan aku Arthit, seandainya aku tidak mendengarkan ucapan siluman kucing...maka..."  ia melanjutkan. 

Namtan memandangi bayangan keduanya terbang menjauh tanpa berkedip hingga menghilang dari pandangan matanya.

------------------------------------------------------------------------------------------------------

Begitu membuka matanya, Arthit langsung menghunuskan pedangnnya dan menyerang seekor siluman ikan yang hendak melahap Kong. Ia menembakkan pedangnya ke arah tenggorokan ikan tersebut dan menembus tubuhnya, membunuhnya seketika, lalu segera menarik Kong ke arahnya.

IND - The Reason of Reborn - ENDWhere stories live. Discover now