9. Dave

10 1 0
                                    

Enjoy this chapter!

"Deon,"

Panggilan halus nan lembut itu berhasil menghentikan langkah cowok yang akan menuju ke kamarnya.

Ia berbalik, menatap wanita yang usianya menginjak lebih dari setengah abad itu. Mamanya, wanita baya itu. Ia terlihat masih sangat cantik, ya menurut Deon tentunya. Senyumannya mampu membuat hati Deon menghangat.

Deon menghampiri wanita itu yang tengah duduk di sofa ruangan keluarga.

"Iya, Ma?"

Rika Safira---nama mama Deon---berdiri lalu meraih tangan Deon untuk duduk disofa berwarna hijau daun itu.

"Kemarin kamu bolos, lagi," Itu bukan pertanyaan yang ditanyakan. Namun itu sebuah pernyataan.

Deon menatap sendu Rika. Ya, tak bisa dibohongi, Rika selalu tahu apa yang ia perbuat. Jadi, jika berbohong, maka itu hanyalah sia-sia. Karena entah darimana dan dari siapa, mamanya akan selalu mengetahuinya.

Deon membawa telapak tangan Rika ke hidungnya. Lantas ia mencium tangan yang mulai terlihat rapuh itu. Bersamaan dengan itu, ia mengangguk.

"Maaf," Lagi, hanya kata itu yang bisa ia sampaikan pada Rika. Ya, tak dapat dipungkiri setiap kali dirinya berbuat salah bahkan mengecewakan, Rika tak pernah satu kalipun memarahinya.

Entah mengapa Deon selalu dihantui rasa bersalah setiap kali melihat mamanya tersenyum usai mengetahui jika dirinya kembali mengecewakan. Namun, meski begitu besarnya penyesalannya, Deon tetap tak ingin bersungguh-sungguh memperbaiki perbuatannya.

"Kemana lagi?" Suara itu.. Deon nyaris tak pernah mendengar nada kesal atau nada marah dalam setiap tutur kalimat Rika.

Deon meletakkan genggaman tangan mereka di pahanya. Menggenggam erat tangan itu seolah tak ingin kehilangannya.

"Deon kemarin jalan sama gebetan baru Deon," Jawabnya enteng. Ia berusaha terlihat bahagia didepan Mamanya.

Senyum Rika mengembang, Deon bisa melihat mamanya cukup gembira mendengar ucapannya barusan.

"Siapa namanya? Bawa kemari, nak. Mama juga ingin mengenalnya lebih jauh," Nah kan! Belum apa-apa saja, Deon sudah disuruh membawa El.

Deon tersenyum, ia lantas mengangguk.
"Kalau waktunya udah pas, Deon akan ngenalin ke Mama, ya."

Rika menggeleng,"Jangan kelamaan, ya. Mama penasaran sama sosok perempuan yang berhasil membuat anak Mama membolos kemarin. Kamu pasti sudah jatuh cinta, ya, sama perempuan itu?"

Jatuh cinta? Deon nyaris terbahak ditempatnya.

"Proses, Mam." Celetuk Deon sambil tertawa geli. Aneh rasanya mendengar kata jatuh cinta. Ah, apa karena efek menjomblonya yang sudah bertahun-tahun? Ya, ya, ya. Itu mungkin saja mengingat kapan terakhir kalinya ia berpacaran.

Rika ikut tertawa sambil menggeleng,"Kamu ini. Siapa nama perempuan itu?"

"Elvira Anindita, dia.. adiknya Erik Dirgantara,"

Ucapan Deon berhasil membuat Rika menegang ditempatnya. Tanpa bisa dicegah, genangan air dengan cepat membentuk danau di kedua bolamata mamanya.

"Kamu.. kamu nggak akan melampiaskan dendam itu, kan, Nak? Mama--mama nggak ingin kamu membalas dendam pada perempuan itu. Jika kamu mendekatinya hanya untuk membalas dendam, Mama nggak merestuinya, Deon. Jangan kamu timpakan kesalahan orang lain, ke perempuan itu. Dia nggak tahu apapun tentang ini. Kamu--kamu--nggak akan berbuat yang---yang---" Rika kalap. Ia khawatir putra ketiganya itu berbuat yang tidak-tidak mengingat siapa itu Erik Dirgantara.

G & E : This is Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang