5. Second Meet

3 1 0
                                    

Enjoy this chapter!

"El, lo antar pesanan ini ke meja nomor 5, ya. Gue dipanggil Boss nih," Ucap Mbak Naya, karyawan SNS Kafe selain dirinya, Raina, Mas Andi dan juga Kibo.

Sebelum El jawab, cewek berkacamata itu sudah ngacir kedalam ruangan Boss. Tatapannya beralih dari punggung mbak Naya lalu menatap 3 cangkir pesanan espresso itu. Dengan cepat, kakinya melangkah mendekati meja nomor 5 yang tepat berada didepan itu.

El malam ini mengepang rambutnya, ia bosan saja dengan gaya kuncir kudanya. Kakinya sudah berdiri di meja tersebut.

Yang memesan pesanan ternyata 3 cowok---yang menurutnya ganteng parah---mahasiswa.

Terlebih, cowok dengan jaket merah disebelahnya yang memakai earphone sambil sesekali bersenandung kecil dengan mata terpejam.

"Permisi, ini pesanannya Mas. Silahkan dinikmati," El tersenyum lembut kearah pelanggannya. Sambil meletakkan satu persatu pesanan itu.

"Wih, Mbaknya cantik bener," Celetuk salah satu diantara mereka yang mengenakan jaket hitam. Dengan gitar berwarna hitam ditangannya.

Kemudian telapak tangannya ia gosokkan ke jaketnya sendiri sambil tersenyum lebar, cowok itu mengulurkan tangannya.
"Kenalin, nama gue Fajar. Khususon untuk lo, boleh panggil gue dengan sebutan Abang Fajar,"

Dengan sedikit kaku, El menempelkan ujung tangannya lalu tersenyum---dengan--- paksa,"El,"

"Njir, gaya lo, Jar, abang-abang. Lo lagi nawarin bakso atau ngajak kenalan, serem amat!" Celetuk yang lainnya.

Fajar Aldiano, menyisir rambut yang sedikit keribonya menggunakan tangan yang tadi sempat diberikan uap dari mulutnya.
"Dave, lo nggak usah sirik, deh. Gue tahu lo juga mau kenalan sama mbak El, ngaku lo!"

Dave Maulana menirukan gaya bicara Fajar sambil memainkan tangannya seakan tangan itu mulut Fajar. "Dave, lo nggak usah sirik deh, eyeyeye. Alah bilang aja lo modus, kan? Pakai acara tepe-tepe segala lagi,"

Fajar mendengus kesal,
"Iri bilang boss!"

El mengernyitkan dahinya, tak lupa ia menahan senyumannya melihat dua cowok itu saling berinteraksi.

Dave kembali berkata,"Jangan mau, deh, diajak kenalan sama buaya darat satu ini. Yang ada lo disakitin terus,"

El hanya mengangguk, membuat Fajar geram.

"Heh, Bangke tikus. Gue nggak nyangka lo seiri ini sama gue, sampai-sampai lo tega fitnah sahabat terbaik lo ini." Fajar menggeleng drama, tak ayal membuat Dave mendekat untuk mendorong rambut keribo temannya itu.

"Idih, siapa yang lo maksud sahabat terbaik gue?"

"Ya gue lah! Disaat lo patah hati, gue yang semangatin lo. Disaat lo kekurangan duit buat makan, dengan kerendahan hati, gue ajak lo makan di restaurant bintang 5, bahkan disaat lo kesusahan bayar kost, gue juga yang lo inepin. Kurang terbaik apa lagi coba gue?" Fajar menunjuk dirinya sendiri. "Ya tuhan maafkan sahabat hamba ini, ya Tuhan.. dia lupa bahwa hamba adalah sahabat terbaiknya, Tuhan.." Kemudian ia lanjut mengangkat tangannya selayaknya orang berdoa tak lupa dengan ekspresi yang dibuat menyedihkan.

Ck! Sedrama ini Fajar.

"Anjir, jijik gue ngakuin lo sebagai temen. Ya nggak usah diungkit juga, bambank!" Dave bergidik ngeri melihat tingkah sahabatnya itu. Untung dirinya berada di sebelah Deon yang sedaritadi hanya menjadi penonton meski dengan mata tertutup.

"Lo boleh berkilah dengan fakta itu, bangke. Tapi hati lo nggak menampik hal itu, guelah sahabat terbaik elo.."  diakhir kalimat, Fajar menirukan gaya kura-kura di animasi Pada Zaman Dahulu.

G & E : This is Love StoryWhere stories live. Discover now