Chapter Fifteen - Dragon's Pearls

Start from the beginning
                                    

"Lalu saat aku berhasil mendapatkan ikan, tiba-tiba aku mendengar kau berteriak dari dalam hutan, tetapi aku tidak bisa menemukanmu..." ia memandang pria itu curiga. "Apa yang terjadi?"

Tine segera memutar otaknya dan menjawab. "Er...aku melihat siluman anjing itu menculik Kong, jadi aku mengikutinya diam - diam, lalu saat di hutan...aku melihat seekor ular hijau yang besar, aku spontan berteriak kaget, untungnya Arthit muncul di belakangku dan langsung menutup mulutku, dan bersembunyi saat ular putih dan siluman anjing itu berlari ke arah kami..."

"Sungguh?" ia terdengar ragu.

Tine memanyukan bibirnya dan memprotes. "Kalau kau tidak percaya sebaiknya kau tidak usah bertanya!"

Tiba – tiba saja Sarawat teringat kejadian saat Tine menciumnya, wajahnya memerah seketika. "Er...maaf soal ciuman kemarin..."

"Hah?" Tine bingung. "Ciuman apa?" ia bertanya dalam hati, apa maksud pria itu dan kapan mereka pernah melakukan itu, meskipun ia sungguh ingin mencobanya saat melihat Kong dan Arthit tempo hari.

"Kau lupa?" Sarawat menatapnya lurus dengan tidak percaya.

Tine mengerdipkan matanya beberapa kali dan menjawab sambil tertawa kikuk.

"T-tentu saja aku ingat...hahaha..."

Ia langsung menebak, ini pasti ulah Arthit, ia tidak ingin percaya pria itu mencuri ciuman pertamanya dengan Sarawat, api cemburu di dadanya menyala seketika dan rasanya ia ingin membunuh ular putih terkutuk itu, seandainya ia bisa.

"Er...kalau kau mau, kita bisa melakukannya lagi..." ujar Tine malu - malu.

"Apa?!" Sarawat kaget dan menelan ludahnya, ia bertanya – tanya apakah pria itu serius. "Jangan bercanda..."

Ekspresi Tine langsung berubah. "Aku tidak bercanda!" ia seraya melingkarkan tangannya di leher Sarawat dan menempelkan bibirnya dengan pria itu.

Sarawat membeku seketika dan tidak berani bergerak, ia tidak ingin mempercayai ini, dan bertanya – tanya apa alasan pria itu menciumnya kali ini.

Tine juga mematung meskipun bibirnya menempel dengan bibir pujaan hatinya, karena ia tidak pernah berciuman sebelumnya. Sesaat tadi ia merasa bahagia, namun setelah beberapa saat perasaan itu menghilang, ia merasa hambar dan tidak ada yang spesial, lalu segera menarik diri.

"Jadi ciuman itu rasanya hanya begitu?" tanyanya, terdengar kecewa dan memutar tubuhnya.

Namun tiba – tiba saja Sarawat menariknya kembali, mencengkram bahunya erat dan tanpa aba – aba kembali mencumbunya dengan mesra. Kini giliran Tine yang syok, tanpa sadar ia memejamkan matanya saat Sarawat mengulum bibirnya dan mengecap lidahnya dengan nafsu, membuat seluruh saraf di tubuhnya bergetar hebat.

Tine tidak tau bagaimana menggambarkan perasaan itu, namun ia mengakui bahwa ciuman rasanya sangat menyenangkan dan memabukkan.

Beberapa saat kemudian, pria itu terenyak seketika dan segera melepaskannya. "M-maaf..." Sarawat menelan ludahnya gugup, berdiri dan menyimpan bukunya kembali, lalu menuang segelas air dan meneguknya habis, berusaha mengatur detak jantung dan perasaannya.

Sementara Tine masih syok, berada di antara mimpi dan sadar. Ia memperhatikan Sarawat tanpa bersuara dan bertanya – tanya kenapa pria itu berheti tiba – tiba, padahal ia belum merasakan cukup.

"Er....ayo keluar dan menghirup angin segar..." Sarawat mengusulkan dan mengganti topik untuk mencairkan suasana canggung tersebut. Ia tidak berani menatap Tine, lalu menyambar jaketnya dan berjalan keluar. Jantung Tine berdegup kencang dan nafasnya tidak teratur, ia tidak tau apa yang dipikirkan oleh Sarawat, namun tidak dipungkiri ia merasa khawatir.

IND - The Reason of Reborn - ENDWhere stories live. Discover now