Bagian 1

105 14 1
                                    

jogja.

hamparan langit biru dengan corak awan putih menampakan keelokan klasiknya, menjadi pusat perhatian gadis yang duduk di pinggir dekat jendela pesawat itu

dari sorot matanya sesuatu tersirat.

Bagai kode rahasia yang tidak tersingkap dengan tempo waktu yang panjang.

sesuatu bak file usang yang tersimpan rapi nan apik didasar sang pemilik hati.

sudah berapa lama?

sudah berapa lama ia tidak mendengar atau lebih tepatnya tidak ingin mendengar kabar tentang apapun yang berhubungan dengan kota ini. sampai sampai ia tak pernah lagi mencicipi salah satu makanan khas dari sini yang menjadi favoritnya terhitung sejak 8 tahun yang lalu

sudah berapa lama ia menolak kegiatan dari sekolah maupun kampus untuk tidak pergi kesini?

sudah berapa lama ia bahkan berusaha untuk tidak menyebut nama kota ini lagi?

sudah berapa lama pula ia menahan semilir rindu yg mengalir ketika terbesit kenangan akan kota ini?

sudah lama.

sampai segitunya ya?

Gadis itu tidak mempunyai pilihan lain.

hati yang lukanya tak kunjung terobati memberikan dampak yang besar terhadap gadis itu, tindakan yang ia ambil tidak berlebihan menurutnya.

Ia menyebut itu sebuah usaha.

AUTHOR POV

Gadis 26 tahun dengan mata cokelat gelap menyampirkan rambut yang tergerai disela telinganya, ragu mengetik pesan singkat yang kata katanya telah ia ketik-hapus beberapa kali

"apa harus?" ia berujar. Seorang yang berada didepannya lantas mendengus kasar

"apa salahnya sih"

gadis itu menimpali kembali,

"gabisa gue."

'lo itu ingin, tapi lo takut gak ada balasan. Apa opini gue bener?'

tautan alis dari lawan bicara gadis itu membuat afila zefanya mengangguk samar

"mungkin gausa, toh kita cuma 4 hari doang kan"

"secara umum itu sebentar fila, tapi lo akan bosan karena nungguin gue 4 hari di hotel aja. Gue akan pulang larut dan lo akan sendiri"

afila menggeleng pelan, "gue bisa pergi jalan-jalan sendiri fa, gue masih sedikit hafal tempat tempat yg akan gue kunjungin kalau kalau gue bosan nanti. Berhenti khawatirin gue." balasnya mantap.

Nazifa, teman sejawat gadis itu mengangkat bahu tanda menyerah. 15 menit mereka berselisih pendapat tentang hal yang sebenenarnya sepele ini

'terserah.'

respon Nazifa membuat afila menghapus semua kata-kata yang sudah ia rangkai dipesan singkat itu, mengurungkan niat dan mengunci layar handphonenya. Ia memilih untuk tidak memikirkan ini dan fokus membereskan pakaian pakiannya dari koper untuk dimasukan kedalam lemari.

setelah setengah jam yang lalu mereka berdua sampai di jogja, nazifa yang sudah membooking penginapan untuk 4 hari kedepan membiarkan temannya itu melakukan kegiatannya sebelum akhirnya mereka berdebat akan hal ini.

Untuk sekarang ia memilih mengalah karena ia ingin mengistirahatkan tubuhnya sebentar, perjalanan jakarta - jogjakarta yang harusnya hanya 1 jam itu menjadi kurang lebih memakan waktu 3 jam akibat terhambat oleh hujan lebat dan itu membuatnya sedikit penat. Setelah kembali segar nanti ia akan berbicara tentang hal ini lagi pada sohibnya itu.

Ineffable decisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang