❥︎𝗧𝗲𝗿𝗸𝘂𝗮𝗸

1.2K 341 40
                                    

•|•|•

Sudah 2 tahun semenjak hari itu. Mereka tetap menaiki menara dengan harapan Baam masih hidup. Menjalani tes di setiap lantai, hingga sekarang sampai di lantai 12. Mereka tinggal di satu rumah besar yang disewa, karena memang sudah menetap di sana selama 7 bulan dan belum mengikuti ujian untuk kenaikan lantai.

Saat itu masih jam 6 pagi, Anne pergi menuju balkon rumah membawa secangkir coklat panas dengan syal yang membaluti lehernya. Dia melangkahi Lauroe yang tengah tidur di depan anak tangga lalu naik ke lantai atas rumah itu. Musim salju memang begitu dingin, embun paginya begitu menusuk ke dalam tubuh. Gadis berambut coklat itu berdiri menatap langit pagi yang masih kelam. Menikmati dinginnya udara pagi sambil sesekali menyeruput coklat panasnya. Dia pun termenung menatap pemandangan di bawah dengan senyum sendu yang menghiasi wajahnya.

"Sudahlah, Anne."
Pemuda tampan berambut biru datang memegang pundaknya dari belakang, gadis itu tak terkejut, ia justru kembali menyeruput minumannya, "Ikhlaskan saja, kita sudah di lantai 12 dan masih belum ketemu Baam. Kemungkinan besar dia memang sudah mati."

Mereka kemudian pergi menuju pengurus ujian di lantai 12 dan mengikuti tesnya. Tim yang terdiri dari 9 orang itu melewati tangga menuju kebawah, dan sampailah kini mereka di depan tiga pintu yang harus dipilih salah satunya.

"Kita harus kemana?" Seorang gadis dengan tanduk kecil bertanya dari barisan belakang.

"Kita ke kanan saja."

Mereka pun membuka pintu di sebelah kanan. Setelah tiba di tengah ruangan, pintu masuk tadi lalu tertutup dengan sendirinya.

*Brakkk*

"Hai, para regular. Disini, kalian diharuskan untuk mengalahkan regular dari tim lain. Masing masing tim akan lolos setelah 3x menang. Kalian bisa menyerah ke tim lawan jika mau."

*Pipp*

Pintu di ujung terbuka, terlihat beberapa regular keluar dari sana. Beberapa orang tertawa sambil berkacak pinggang, menatap sombong pada lawannya.

"Jadi mereka lawan kita? Cih..lembek semua." 

Khun menopang dagu, ia terlihat berpikir sambil melihat kearah lawan di depan, "Jumlah mereka 10..dan kita hanya 9..kita tak diuntungkan." Ucap Khun setelah selesai mengamati mereka, gadis berambut coklat maju selangkah dan berbalik setengah badan.

"Ah..benar juga, dan Rachel KAKINYA SAKIT.

Regular lawan yang menyadari keunggulan jumlah tim mereka kini maju selangkah dengan tawa menggelegar, menunjuk ke arah mereka sambil berbangga.

"Hei! Sebelum kita bertarung, asal kalian tau, kami memiliki anggota yang berasal dari keluarga besar! Hahahaha! Ini dia! Dia dari keluarga Mazino! Hahahaha!"Ia tertawa sehabis mengatakan sebuah lelucon, temannya yang sama bodohnya kini maju memperkenalkan diri sambil memegang sebuah kapak besar.

"Halo para pecundang, aku adalah Ares Mazino! Aku anak Urek Mazino! Hahaha!" 

"Keluarga...Apa?"

"MAZINO?..UREK BAHKAN MASIH MENJOMBLO!! HAHAHHAHAHAHAHAHA."

Mereka pun tertawa karena mendengar nama Urek yang disalahgunakan oleh beberapa regular. Anne yang tak paham lawakan mereka lalu menoleh pada Shibisu dengan tampang heran,

"K-kenapa kalian tertawa?! Jangan macam-macam! Kami ini kuat!"

"Ya, ya..kalian kuat. Jadi bisakah kita mulai tesnya sekarang? Aku putra Khun ingin melawan anak dari Urek Mazino." Khun tersenyum sambil merogoh light house di sebelahnya, pisau tajam pun diambil dari sana.

𝗧𝗢𝗚 » Something Lost : ArrivalWhere stories live. Discover now