PATUT DILUPAKAN

114 15 2
                                    

Saya punya banyak kesempatan untuk bertemu kamu di dalam tulisan
Meski tidak pada kenyataan.

Saya punya banyak waktu untuk menyapa kamu di dalam puisi
Meski tak lagi bisa dimiliki.

Saya punya banyak font, sekadar merangkai nama depanmu lagi lewat uname yang tentu tidak punya hak, tidak punya andil untuk dipamerkan tepat dihadapanmu, di depan mata kopimu itu.

Saya punya banyak waktu luang untuk berlama-lama menatap jemari sendiri, yang dulunya pernah terbiasa menggenggam udara pukul lima sore di pertengahan Mei, yang dulunya pernah menahan debar tak kasat mata saat kau tandang.

Saya punya banyak foto langit biru, kapas awan, pohon-pohon rindang yang cocok untuk dipotret. Sejak kau angkat bicara tentang mereka, saya semakin menggilai hal-hal serupa.

Saya punya banyak peluang untuk bangkit. Iya, di luar sana harapan terbentang luas. Tapi di dalam sini, kalau kata Aan di kuil tubuhku, ada yang getar gemetar tiap akan melepaskanmu. Barangkali setia tak kau temukan pada laku manusia lain.

Saya punya banyak kata-kata, namun lenyap setiap kau desak dengan tanya atau aksi rahasiamu yang tiba-tiba. Pun, saya masih mencoba menjawab semuanya jika sewaktu-waktu, beberapa tahun atau satu dekade setelah ini keakraban kembali menyapa kita.

Sayangnya

Kata Tuhan :

Saya, kamu dan keinginan-keinginan dungu memang patut dilupakan.

R A P U HWhere stories live. Discover now