Musim Semi

507 67 0
                                    

Setelah menjalani operasi dan serangkaian prosedur pemulihan, Seki akhirnya mulai beraktifitas kembali.

Pemuda awal dua puluhan itu bangun lebih pagi, melipat selimut dengan rapi. Kalendernya dilingkari spidol merah sebelum pergi.

Musim semi, awal semester baru.

Hari itu, hidupnya dimulai kembali.

.

.

.

Terlalu awal buat kilas balik. Tetapi, ibarat DVD, hidup Hagiwara Seki ter-pause lama sekali. Jadi kau harus mundur sebentar, demi mengingat sedikit.

Di tahun-tahun kelabu sebelum hari ini, dokter menjatuhi vonis pada Seki. Jantungnya sakit.

Seki tidak paham bagaimana penjelasan lengkapnya. Yang Seki mengerti, jantungnya terlalu sakit untuk bisa menopang dia dan segala semangat remajanya. Mengakibatkan dia serapuh porselen. Mengakibatkan Seki dikunci dan dibatasi dari dunia luar.

Namun tentu saja, kedua orangtua Seki tidak menyerah akan nasib putranya. Mereka memotong banyak anggaran rumah tangga, bekerja lebih keras dari biasa, juga rajin ke gereja untuk berdoa. Saat dokter mengatakan jantung Seki tidak lagi bisa diperbaiki, mereka sudah sigap mendaftarkan nama Seki untuk mendapatkan jantung pengganti—yang kesediaannya juga tidak pasti.

Oh, ya, percayalah. Seki tahu bagaimana definisi tidak pasti di sana.

Antreannya panjang. Tidak ada yang tahu kapan Seki dapat giliran. Bisa jadi seminggu, sebulan, atau dua tahun. Waktu yang lama sehingga, kadang, Seki dihantam dilema saking inginnya dia hidup.

Bolehkah Seki menyumpahi seseorang mati malam ini, agar mendapatkan jantung mereka?

.

.

.

Tahun lalu, menjelang di akhir musim gugur, Seki dibawa ke ruang operasi.

Seseorang baru saja mati.

Musim semi, tahun ini.

Pasca operasi dan rangkaian prosedur pemulihan, Seki mulai beraktifitas lagi.

Dia pergi ke kombini sendiri, untuk pertama kali.

Dia berjalan di bawah langit musim semi lagi, untuk pertama kali.

Dia berhenti cuti dan mengikuti perkuliahan secara normal, untuk pertama kali. []

A Call to JupiterWhere stories live. Discover now