࿈²⁹ Destroyed : end

4.8K 470 327
                                    


"U-uh Hyung, terimakasih" Jongho mencicit pelan, tangannya saling meremas satu sama lain guna mengurangi kegugupannya.

Yeosang mengangguk pelan, tangannya dengan cekatan menenteng keluar beberapa paper bag dari garasi mobilnya. Berjalan perlahan memasuki kediaman keluarga Park dengan Jongho yang mengekor di belakangnya dengan beberapa paper bag juga di kedua tangannya.

Ngomong-ngomong... Ada banyak yang berubah dari hubungan mereka. Mereka yang awalnya tidak saling mengenal kini malah terikat darah untuk saling berbagi waktu satu sama lainnya.

Yeah.. Choi Jongho adiknya.

Tiga bulan yang lalu Yeosang cukup terkejut mendengar pengakuan Hongjoong tentang mimpinya. Tentang dirinya dan Jongho di masa lalu.

Katanya.. Jongho adalah adik dari Choi Minki. Tapi anehnya tidak hanya dirinya yang tidak mengingat nama itu, melainkan Jongho yang menurut cerita Hongjoong adalah adik Minki pun tidak mengingatnya sama sekali.

Dan karena rasa penasaran yang dalam mereka akhirnya melakukan tes DNA dengan hasil akhir yang menyatakan 97,8% kemungkinan Jongho adalah adiknya.

Semuanya berubah menjadi abu-abu saat bagian mimpi lainnya di ceritakan. Tidak masuk akal, aneh, dan mengerikan.

Yang untungnya itu hanyalah mimpi.

Yeosang menghela nafasnya saat matanya menangkap pemandangan sang adik yang tampak kesulitan membaw paper bag bagiannya.

Kakinya secara tak sadar melangkah mendekat, tangan kanannya terulur mengambil sebagian dari yang dibawa sang adik. Bibirnya mengulas senyum tipis saat mendapati wajah merona dari yang lebih muda.

Ini aneh.

Entah kenapa rasanya menyenangkan, namun juga menyesakkan disaat yang bersamaan.

Sisi rasionalnya selalu menegaskan bahwa Jongho adalah adiknya.

Namun hatinya selalu berdenyut sakit saat kenyataan itu menampar telak kehadiran perasaan lainnya yang lebih intim untuk adiknya.

Mereka bersaudara, sialnya itu adalah kenyataan.

"Terimakasih"

Yeosang mendengus geli, "kau selalu mengucapkan itu"

Jongho menunduk malu mendengar ucapan sang kakak.

Ah... Kakak ya?

Seketika senyumnya berubah menjadi pedih.

.


San menatap datar pada pemandangan di bawah sana, sesekali tertawa hambar saat menyadari ada perasaan yang lain yang di timbul diantara dua kakak beradik itu.

Keduanya sama-sama menginginkan lebih. Rasa sayang Yeosang pada Jongho berbeda dengan rasa sayang yang ia miliki untuk Seonghwa.

Jarinya bergerak menjentikkan pelan sebatang nikotin yang sejak tadi dihisapnya. Matanya bergulir pada sosok yang masih terbaring di atas ranjang kamarnya itu.

Sosok itu menggeliat pelan, kedua tangannya terangkat merenggangkan tubuhnya menghilangkan pegal pada pinggangnya. Bibirnya meringis pelan saat mendapati perih membakar punggungnya.

"San?" Wooyoung memanggil serak, San bangkit dari posisi duduknya, puntung rokoknya ia buang dan injak. Kaki jenjangnya melangkah meninggalkan balkon kamarnya dan menghampiri Wooyoung yang sedang mengusap penuh kehati-hatian pada punggungnya.

"Akhㅡ sakit astaga.." gumamnya.

San terkekeh geli, ia ikut mendudukkan dirinya di atas ranjang.

(✓) 𝐃𝐞𝐬𝐭𝐫𝐨𝐲𝐞𝐝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang