2. Perihal Geng L-Men

4K 437 12
                                    


Keesokan paginya, setelah mencuci muka dan menggelung asal rambut panjangnya, Bintang beranjak turun ke dapur karena mencium harumnya roti bakar yang baru saja keluar dari toaster.

"Da'Bhaga?" sapanya karena melihat lelaki yang akan mengoleskan alpukat ke atas roti panggang malah saat melihatnya.

"Kenapa?"

"Mau aku aja yang olesin selainya?"

Bhaga menggeleng, lalu melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda karena kehadiran setan penggoda yang sopan. Bagaimana seseorang bisa terlihat menggoda dan sopan secara bersamaan? dan mana ada pula, setan penggoda yang memakai baju tidur harry potter si penyihir cilik, pikirnya.

Bhaga melirik pada anak-anak rambut yang keluar dari gelungan asal itu, yang malah membingkai wajah istrinya dengan manis. Tadi, tangannya sempat reflek ingin mengembalikan anak-anak rambut itu ke tempat asalnya, andai saja ia tak ingat bahwa roti panggang ini lebih membutuhkan perhatiannya.

"Duduk saja," perintah Bhaga yang dituruti Bintang. Lelaki itu menyodorkan segelas susu almond yang mereka beli kemarin, dan dua tumpuk roti bakar dengan isian alpukat dan resep rahasia buatan lelaki itu. Baru dilihat saja, Bintang sudah merasakan liurnya akan menetes melihat mahakarya buatan Bhaga.

Bahkan, sebelum Bhaga menyodorkan garpu, Bintang sudah melahap setengah roti panggang langsung menggunakan tangan dan mendesah karena rasa roti panggang ini sememikat penampilannya. Bintang tak tahu bahwa Bhaga pandai masak.

"Pelan-pelan."

Kunyahan Bintang sempat berhenti saat tangan Bhaga membersihkan ujung bibirnya dari remahan roti. Tiga kali, hitung Bintang dalam hati. Aneh, lelaki ini kenapa jadi suka sekali menyentuhnya? padahal sebelum-sebelumnya, Bhaga seperti alergi pada Bintang.

"Mau lagi?"

Bintang menggeleng melihat Bhaga menawarkan roti panggang miliknya sendiri. Walau perutnya masih sanggup menampung satu atau dua buah roti lagi, tapi ia tak mau egois dengan memakan jatah Bhaga.

"Kenapa?" tanya Bhaga tersadar Bintang memperhatikannya.

"Uda bisa masak."

"Kapan saya bilang tidak bisa?"

"Kenapa selama ini nyuruh aku terus!?"

"Masakan kamu enak."

"Trus kenapa engga bangunin aku pagi ini buat bikin sarapan?"

"Kenapa harus?"

"Ya, sekarang kan aku istri Uda."

"Lalu?"

Bintang berdecak. "Ya kewajiban, Uda tau kewajiban engga?"

"Siapa yang mewajibkan?"

"Engga ada. Tapi biasanya istri nyiapin makan suami."

"Kewajiban itu melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya."

Saat Bintang ingin kembali berbicara, Bhaga langsung menyodorkan satu tampuk roti ke bibir cerewet itu. "Habiskan."

Mau tak mau, Bintang mengunyah roti itu dalam diam.

"Tugas kamu itu cuma belajar. Tidak ada yang lain."

"Kalau mau jadi istri yang baik perlu belajar juga, kan?"

"Kamu masih berusaha adaptasi disini, jangan terbebankan hal lainnya."

"Masa, bikin sarapan aja engga boleh?"

"Saya tidak ada bilang begitu. Kalau mau masak ya silakan, tapi jangan merasa hal itu jadi kewajiban. Lagi pula, untuk perempuan yang tidak pernah bangun pagi, bisa-bisa saya keburu pingsan menunggu kamu bangun."

Ad AstraHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin