"Iya ka," kata mereka kompak.

"Oiya ini ada yang punya ide engga Kira kira nama kelompok kita apa?" Hening, tidak ada yang menjawab, bukan karena tidak ada ide tapi malu untuk mengutarakannya.

"Ayo dong ngomong, jangan takut salah,"

"Garuda," sahut salah satu diantara mereka.

"Ada lagi engga yang lain?"

"Pelangi," sahut yang lain.

"Bintang,"

"Cahaya," Mulai bersahutan mencari nama yang terbaik.

"Yang unik dong," kata Adam.

"Toples kosong," sahut Kirana tiba tiba.

"Hah?" Ada beberapa yang tertawa. Masih terdengar aneh.

"Apa artinya?" Tanya bang Adam penasaran.

"Diibaratkan toples kosong itu sekolah baru kita, kita akan isi dengan berbagai macam kenangan dari pertemanan, prestasi dan kegiatan kita disini," jawab Kirana.

"Gimana temen-temen setuju engga?" Tanya Adam.

"Setuju," mereka kompok bersuara.

"Sesuai dengan maknanya,"

Kirana menatap lega dan senang melihat teman teman menanggapi ide dadakannya dengan baik. Adam melirik nametag.

Kirana

Senyumnya mengembang. Ada rasa penasaran ingin mengenal anak baru itu. Selanjutnya mereka membuat yel yel.

"Waktunya tinggal tiga menit lagi," sahut protokol. Mereka sedang menyelaraskan tarian dengan lagu yel-yel.

"Eh tadi nama lu siapa gua lupa?" Tanya Kirana kepada seseorang di sampingnya.

"Gua Gilang," Kirana mengangguk.

"Gilang, Alvin, Candra, Rafa," Kirana menunjuk satu satu keempat lelaki di kelompoknya, ia ingin mengingat seluruh teman kelompoknya, tadi ia sudah berkenalan dan sudah mengenal teman perempuannya.

"Kirana tadi gimana ini gerakannya?" Nadia menghampiri. Kirana mempraktekkan gerakkan kaki dan tangan. Adam berjalan cepat ke arah mereka.

"Gimana udah hafal gerakan sama yelyelnya?"

"Udah ka, semoga engga lupa nanti," kata Dela.

"Oiya ketua nya siapa?" Tanya Adam. Mereka saling bertatapan mencari siapa yang cocok untuk dijadikan pentolan.

"Kirana aja Kirana," kata Nadia.

"Eh, jangan gua, Cowo aja ke," Kirana melambaikan tangan berkata tidak.

"Iya Kirana aja engga papa," sahut yang lain.

"Gilang aja," Kirana menunjuk laki-laki di samping kirinya.

"Lu kan yang paling hafal gerakan sama tariannya," Kirana meng-aduh, ia malu sebenernya.

"Gua malu," kata Kirana.

"Udah engga usah malu," sahut Alvin.

"Dari kita semua, lu yang cocok jadi ketua," sahut Rafa.

"Kamu siap?" Tanya Adam.

Kirana melihat teman-teman, sangat berharap dengan wanita itu. Kirana takut mengecewakan. Wanita itu menghela napas.

"Iya deh ka," jawab Kirana ragu.

Apa boleh buat, ini keputusan teman teman untuk memilih Kirana sebagai ketua.

"Ketua cewe juga papa ko," sahut Candra. Adam tersenyum melihat Kirana. Selain pinter, ia juga berani menjadi leader.

"Yuk, kita baris lagi," kata Adam. "Semangat," Adam menyemangati Kirana.

---

Kirana dan teman teman kelompok sedang menghafali yel-yel bersama.

"Sebentar ya gua mau ambil minum," Kirana berlari ke tepi lapangan untuk mengambil tas.

Wanita itu merogoh sisi tas dan meneguk botol minumnya. Kirana menaruh botolnya kembali.

"Emang boleh minum?" Tanya seseorang tiba-tiba. Matanya beralih ke sumber suara itu.

"Emang engga boleh minum ka? Diperaturan engga bilang engga boleh minum," Sahut Kirana, dari awal kakak kelas satu ini memang cari muka agar Kirana dapat hukuman.

"Gua engga bilang lu engga boleh minum,"

"Terus?" Kirana mengerutkan keningnya.

"Udah izin belom sama PJ buat minum?" Tanya Adrian lagi. Kirana diam. Emang harus bilang untuk minum saja? sebegitu menyebalkannya peraturan sekolah ini.

"Belum kan? Lu harus izin kemana pun sama PJ, PJ lu siapa?" Adrian mendekat kearah Kirana.

"Nyebelin banget si ini kakak kelas," umpatan Kirana pelan.

"Lu bilang apa?" Adrian melangkah lebih dekat, ia mendengar kata-kata yang Kirana keluarkan.

Wanita itu menatap lurus mata Adrian, ia tidak takut. "Nyebelin," katanya lagi dengan wajah yang lebih mengejek.

Adrian melangkah maju tatapannya tajam ke arah wanita yang melangkah mundur.

Mampus gue

Matanya berkedip beberapa kali, Kirana berhenti, ia sudah tidak bisa melangkah karena terhimpit oleh tembok. Jarak diantara mereka hanya beberapa senti. Orang-orang mulai memperhatikan mereka.

Set...

Adrian menaruh telapak tangannya tepat di samping wajah Kirana. Wajahnya mendekat, tatapannya lurus ke wanita itu.

Deg.

Mata Kirana melotot. Ia sudah tidak mundur ataupun lari. Badannya kaku dan tangan lelaki itu menghadang. Astaga. Kirana mau diapakan dengan lelaki ini. Sepertinya ia sudah membuat ketua OSIS marah.

"Coba bilang sekali lagi," bahkan hembusan napas Adrian bisa Kirana rasakan. Wanita itu menelan ludah. Kalau ia bilang mengulang ucapannya berarti wanita itu memang ingin mengubur dirinya sendiri di sekolah ini. Tapi kalau ia tidak bilang, Adrian sudah jelas-jelas mendengar ucapannya tadi.

"Bilang apa?" Kata Adrian dengan suara yang lebih keras, membuat mata Kirana menutup.

Wanita itu diam, tidak menjawab. Adrian melangkah mundur satu langkah, melihat Kirana yang tampak ketakutan, dan orang-orang terang-terangan menjadikan mereka pusat perhatian.

"Siapa PJ lu?" Tanyanya lagi dengan suara yang lebih pelan, tetapi wajahnya masih kesal.

"Ka Adam," jawab Kirana pelan.

Adrian mengelilingi pandangannya ke seluruh arah mencari seseorang yang Kirana sebutkan.

"Adam," Adrian memanggil Adam yang sedang didepan ruang OSIS. Orang itu berlari.

"Kenapa ka?" Tanya Adam.

"Ini ada yang minum, udah izin ke lu belom?" Tanya Adrian. Adam melirik Kirana.

"Belum,"

"Lu dihukum push up 10 kali," kata Adrian, mulut Kirana terbuka.

"Aku aja yang dihukum, ka Adam engga salah," kata Kirana cepat.

"Adam itu Penanggung Jawab lu, dia yang dihukum karena engga ngasih tau," Adam melirik Kirana lalu melakukan apa yang Adrian perintahkan.

Kirana ingin menahan, tapi tidak bisa, kenapa ketua OSIS SMA Samudera mempunyai perilaku yang sangat arogan? Kirana tidak habis pikir, katanya MOS tidak akan separah dahulu, tidak akan bermain fisik, tapi nyatanya tidak, masih ada, dan ini buktinya.

Setelah hitungan kesepuluh, Adam kembali berdiri, napasnya naik turun, Adrian menghampiri wanita itu.

"Kali ini gua bebasin, jangan harap bisa melawan gua," Adrian berbisik tepat di telinga Kirana. Tatapan wanita itu menajam, Adrian pikir Kirana takut? Tidak sama sekali.

Adam mendekat ke arah Kirana. "Maaf ka," kata Kirana tidak enak hati, gara-garanya Adam di hukum.

"Gua yang salah, Lu balik ke barisan," Kirana mengangguk lalu kembali.

---

KIRANA (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang