Welcome to The Gado-Gado's

Start from the beginning
                                    

Bintang lalu mengikat bantal itu agar tidak lepas dari perut Tio. Karena iseng, dia mengeratkan ikatannya yang berujung mendapat hadiah sebuah keplakan keras di kepalanya.

"Kamu tuh emang paling nggak sopan sama orang yang lebih tua!" gerutu Bintang.

Tio nggak menghiraukan protes Bintang. Dia fokus pada rencana jahilnya. "Udah kan? So... it's show time!" Tio masuk ke kamar Totong yang ada di sebelah kamarnya. Dia sudah hapal dengan kebiasaan Totong yang nggak pernah mengunci pintu kamarnya. Baru saja Tio mengulurkan tangan untuk membuka pintu, Divta menghentikannya.

"Wait, bro. Kayaknya ada yang kurang nih." Divta lalu mengeluarkan lipstik dari celana training-nya. "Biar lebih hot!"

Lipstik berwarna merah menyala hasil pinjaman dari Mita itu dioleskan ke bibir Tio. Tapi karena nggak ahli, jadinya malah cemong-cemong.

"Buset, sampe ke pipi segala," protes Tio. Tapi dia membiarkan Divta. Setelah selesai, tanpa membuang waktu Tio masuk ke kamar Totong. Dilihatnya Totong masih menempel di kasurnya seperti paus terdampar. Segera Tio membuka selimut dan tiduran di samping Totong. Dia mencabut bulu-bulu kemoceng dan menggelitiki telinga Totong. Saat Totong mulai menggeliat karena risih, Tio pura-pura tidur membelakangi Totong.

Totong membuka matanya lalu membalikkan badan. Dia melihat sesosok cewek berambut panjang yang mengenakan daster tengah tidur di sebelahnya. Belum selesai keterkejutannya, cewek itu membalikkan badan dan tersenyum nakal padanya. Lidahnya terjulur untuk menggoda.

"Mas, udah bangun?" Tio dengan penampilan cewek, memanggil Totong dengan suara yang mendesah.

Wajah Totong langsung shock begitu melihat perut buncit milik cewek di depannya.

"Waaa! Ada cewek bunting di kamarku!" teriak Totong. Tapi Tio malah mendekat dan mencubit lengan Totong.

"Gimana sih, Mas? Ini kan anak kita!" Tio langsung mencium pipi Tio sehingga menimbulkan sebuah kiss mark di pipi gempal Totong. Wajah Totong langsung pucat. Dia bangun dari kasurnyaa dan berlari keluar kamar.

Totong berteriak dengan keras. "Cewek bunting! Tolong, aku nggak hamilin anak orang! Aku masih setia sama Linda! Lindaaa!"

Di kamar Totong, Tio sibuk cekakakan sambil memegangi perutnya ketika mendengar Totong memanggil nama pacarnya di desa. Anak-anak lain yang menonton pun sama seperti Tio. Memegangi perut yang kram karena tertawa.

Tiba-tiba pintu samping di lantai bawah terbuka. "Siapa yang teriak tadi? Kalian rame-rame ngapain? GANGGU TIDUR TANTE AJA!" Suara Tante Ida langsung menggelegar, mengalahkan suara tawa anak-anak kos.

Tio segera melepas semua perabot milik Mita yang dia kenakan. Dia lalu pura-pura tidur telungkup di sofa. Anak-anak lain hanya terdiam, membeku seakan pasrah menanti Tante Ida menaiki tangga dan menyambut dengan aura mencekam. Totong hanya menatap Tio yang sudah terbujur di sofa. Dia menghela napas. Aku yang kena omel, deh.

Tante Ida tentu sudah hapal pemilik suara yang berteriak histeris tadi. Tante Ida langsung menghukum Totong. Dia menyuruh Totong memijat kakinya dan mengangkat jemuran di lantai atas rumah Tante Ida. Setelah memberi hukuman tersebut, Tante Ida turun lagi. Totong terkapar di lantai. Dia meringkuk di lantai. Teman-teman kos seakan melihat bakpau berukuran jumbo. Bukannya simpati, anak-anak malah tertawa makin parah begitu melihat pipi kanan Totong. Di situ terukir bekas maha karya Tio, hasil cipokannya.

Ivan menghampiri Tio yang masih telungkup di sofa. "Say, aku juga mau dicipok dong, Say." Ivan menggoyang-goyangkan badan Tio tapi tidak ada respon berarti. Dia mendekatkan telinganya dan mendengar dengkuran halus. "Yaelah! Bisa-bisanya molor nih anak!"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 09, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Gado-Gado'sWhere stories live. Discover now