Taeyong mengangguk.

"Baik. Tunggu sebentar ya." Doyoung pun melesat menuju dapur.

Sementara itu di dapur,  Seulgi dan Jisoo sedang memasak pesanan dari pelanggan sebelumnya.

"Ada pesanan baru. 1 ikan bakar. Sop kepala ikan, dan cumi goreng tepung." Doyoung menyebutkan semua pesanan sembari menempelkan note di meja dapur.

"Oke." Balas Seulgi dan Jisoo bergantian.

"Ohya," Doyoung berbalik, "Dia sepertinya suka cumi goreng tepung buatanmu." Doyoung melirik Jisoo.

"Siapa?" Tanya Jisoo.

"Temennya Kak Yuta."

"Mereka kesini?"

Doyoung mengangguk.

Jisoo tersenyum sumringah, merasa bangga ada yang menyukai masakannya.

"Doy, Dohyon gak rewel kan?" Tanya Seulgi.

"Dia anteng menggambar di luar." Jawab Doyoung sambil melirik Dohyon yang asyik mencoret-coret kertas di belakang meja kasir.

Sementara itu, sembari menunggu pesanan datang. Taeyong merokok di luar restoran.  Dia hanya sesekali merokok, tidak sering, hanya sekedar untuk melampiaskan rasa jenuh. Bahkan kadang dia tidak menghabiskan menghisap satu batang.

Belakangan ini ia sedang memikirkan permintaan ayahnya. Bukan permintaan yang buruk, hanya saja Taeyong harus benar-benar memikirkannya secara matang.

"Taeyong, makanannya udah dateng!" Yuta berteriak dari dalam.

Taeyong segera membuang puntung rokoknya dan menginjaknya. Dia masuk kembali ke dalam restoran dan mendapati hidangan sudah tertata di atas mejanya. Asapnya mengepul membuat nafsu makannya seketika muncul.

Dia mengambil cumi goreng tepung pesanannya. Setelah sekali kunyah, ia tersenyum tipis.

"Dasar, sebegitu sukanya sama cumi?" cibir Yuta yang menyadari Taeyong tersenyum setelah menyantap pesanannya.

Taeyong cuma terkekeh ringan dan melanjutkan makannya dengan tenang.

Jisoo mengusap peluh di dahinya sambil mencuci beberapa perabotan.

"Jisoo, sini biar aku yang cuci." Seulgi datang hendak mengambil alih.

"Udah, nggak apa-apa." Tolak Jisoo. 

Sedetik kemudian ia tersentak. Ia tiba-tiba teringat telah melupakan saos untuk cumi goreng tepungnya.

"Kenapa, Jis?" Tanya Seulgi.

"Aku lupa kasi sausnya."

"Oh, biar aku aja yang anter."

"Makasi, Kak."

Seulgi kemudian keluar dan mengantarkan saus itu. 

"Maaf sausnya ketinggalan." Ucap Seulgi sambil meletakkan sepiring mungil saos special untuk colekan cumi tempura.

Taeyong mendongak, "Oh, terimakasih" Ucapnya.

Seulgi mengangguk lalu beranjak pergi.

"Tunggu," Panggil Taeyong. Seulgi berbalik.

"Apa ini buatanmu?" Tanya Taeyong sambil menunjuk piring makannya.

Seulgi menggeleng lalu tersenyum, "temanku yang buat."

"Ohh.." Taeyong mengangguk.

Taeyong kembali berpikir. Entah kenapa rasa makanan ini mengingatkannya pada sesuatu. Sesuatu yang sesungguhnya tidak ingin Taeyong ungkit.

Setelah beberapa saat, mereka pun menyelesaikan makan siang mereka dan bergegas kembali ke hotel.

Setelah mereka pergi, Jisoo kemudian membersihkan meja, lalu ia menemukan sebuah dompet tertinggal di sana. Dompet kulit berwarna hitam.

Tanpa berniat membuka dompet itu.  -karena dia cukup tau sopan santun- Jisoo segera memberitahu Doyoung dan memintanya menghubungi Yuta.

"Kak, Jisoo. Kak Yuta bilang nanti temennya bakal kesini ngambil dompetnya."

"Okedeh" Jisoo menyimpan dompet itu di dalam sakunya dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

Beberapa jam berlalu. Hari mulai malam, dan restoran akan segera tutup. Namun orang yang akan mengambil dompet belum juga datang.

"Kak, katanya dia bentar lagi kesini." Ucap Doyoung setelah dia beberapa kali mencoba menghubungi Yuta.

Seulgi melirik jam di dinding. Ia sedang menggendong Dohyon yang sudah tertidur karena memang ini sudah waktunya pulang.

"Kalian duluan aja, biar aku yang tunggu di sini."

"Kamu ngga apa-apa, Jis?" tanya Seulgi merasa tak enak.

Jisoo tertawa ringan, "Nggak apa-apa, kasian Dohyon."

"Yaudah kalau gitu kita duluan ya."

Doyoung dan Seulgi berpamitan, meninggalkan Jisoo di sana.

Jisoo menghela napas. Ia memilih menunggu di depan pintu restoran, agar setelah si pemilik dompet datang, Jisoo bisa langsung cus pulang. Dia sangat kelelahan hari ini.

Jisoo berjongkok dan menenggelamkan wajahnya di lututnya. Tangannya sibuk mengorek-ngorek pasir. Dia mungkin sudah setengah tertidur ketika sebuah derap langkah kaki mendekat ke arahnya.

"Permisi.." Panggil orang itu pelan. Dia mendekat pada Jisoo yang nampak tidak terusik.

Dia kemudian berjongkok di depan Jisoo. Untuk beberapa saat ia mengamati rambut yang menutupi wajah perempuan itu.

"Apa dia tidur?" Bisik Taeyong sangat pelan.

Baru saja Taeyong hendak menepuk pundak perempuan itu, dia mencium aroma yang tidak asing. Aroma shampo yang begitu familiar di hidungnya.

Bersama dengan angin yang berhembus dan melewati mereka berdua, Jisoo mendongakkan kepalanya. Surai rambutnya mengayun pelan.

Dengan matanya yang sudah remang-remang, Jisoo dapat melihat orang di depannya mulai membelalak, dan kemudian matanya pun ikut melebar,

"T-taeyong??"

.

.

Tbc

Akhirnya mereka ketemu juga fyuh~
Terimakasih sudah membaca :)

A Million Path [Taesoo] ✔️Where stories live. Discover now