20. Mertua

1K 179 17
                                    

Matahari di Hari Minggu sudah tinggi, Taeyong baru saja membuka matanya. Jika saja ponselnya tidak berbunyi terus, mungkin ia akan tidur lebih lama lagi. Taeyong meraba tempat tidurnya untuk meraih ponsel yang tergeletak di samping bantal. Dengan mata masih samar-samar, Taeyong melihat ada beberapa panggilan masuk dari ibunya. Dengan segera Taeyong lalu menelepon balik, namun baru saja panggilannya tersabung, bel rumahnya berbunyi.

"Hallo..Taeyong, ibu di depan pintu."

Kini mata Taeyong terbuka sempurna, ia segera berjalan keluar dan membuka pintu rumahnya. Ayah dn ibunya sudah berdiri di sana dengan sebuah koper besar dan dengan alis yang berkerut.

"Baru bangun?" Tegur ibunya, lantas mendorong koper masuk ke dalam, diikuti sang suami.

"Kapan kalian sampai di sini? Kenapa tidak menghubungi aku sebelumnya?" Tanya Taeyong.

"Ibu sudah menghubungimu belasan kali." Desis ibunya nampak kesal, lantas duduk di sofa.

"Tadi kita tanya alamatmu ke orang hotel." Ujar ayah Taeyong, ikut duduk sambil melonggarkan kancing kemejanya.

Mereka mengedarkan pandangan ke seantero rumah Taeyong, bagaimana pun ini pertama kali mereka berkunjung. Ayahnya tampak mengangguk-angguk cukup terkesan.

Taeyong masih menggaruk-garuk kepala sambil cengengesan. "Kalian mau kubuatkan minum?" Tanyanya.

"Kamu udah sarapan?" Ibunya bertanya balik.

Taeyong menggeleng.

Ibunya pun menghela napas, "Kapan terakhir kamu makan nasi?" Tanya ibunya sangsi.

"Kemarin aku makan nasi kok."

"Dua hari yang lalu?"

"Dua hari yang lalu juga makan nasi."

"Yang bener?"

"Iya, Bu, aku makan nasi goreng."

"Sudah-sudah." Ayah Taeyong melerai. "Kita berangkat dadakan tadi, mumpung libur, katanya ibumu kangen." Jelasnya.

"Gimana kerjaan kamu disini? Semuanya berjalan lancar kan?" Tanya ayah Taeyong.

"Aman, Yah. Kerjaan ayah gimana?"

"Lancar juga."

"Duh, jangan ngomongin kerjaan." Ibu Taeyong menyela . "Ibu kesini mau sekalian liburan. Kamu mandi dulu Yong, abis itu ajak kita jalan-jalan." Perintah ibunya, dan Taeyong pun langsung menurut. Ia melenggang masuk ke kamar mandi.

Sembari menunggu Taeyong mandi, Ibu Taeyong berkeliling di rumah, ia membuka kulkas untuk memantau isinya, tidak ada minuman keras atau tumpukan mie instan, ada beberapa telur dan susu. Ia melihat keranjang cucian yg nampaknya tidak terlalu menumpuk, artinya rajin dicuci, tempat sampah yang nampaknya rajin dibuang isinya, juga perabot lainnya yang cukup tertata rapi.

"Sepertinya dia hidup dengan baik." Gumam Ibu Taeyong, merasa lega karena kondisi rumah anaknya tidak seburuk yang dibayangkan, seperti saat dulu ia baru bercerai.

Tiba-tiba bel rumah kembali berbunyi, ayah dan ibu Taeyong saling menoleh. Ayah Taeyong spontan beranjak dari duduknya untuk membuka pintu.

"Siapa yang berkunjung di Hari Minggu siang bolong begini." Gumamnya sambil berjalan membuka pintu. Namun ia seketika terbelalak ketika membuka pintu dan melihat sosok yang saat ini berdiri di hadapannya. Sosok itu juga tak kalah terkejutnya.

"Jisoo??"

"A-ayah.."

Ibu Taeyong yang mendengar nama Jisoo langsung berlari menghampiri, matanya seketika berbinar.

A Million Path [Taesoo] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang