14. Why u come

1.9K 356 26
                                    

"Udah terlambat, Yong." ucap Jisoo. Ia membuang mukanya tidak ingin bertemu pandang dengan Taeyong. Namun lelaki itu tidak gentar.

"Tapi waktu masih berjalan kan, Jis? Terlambat bukan berarti waktu udah berhenti, kan? Bukan berarti kita nggak bisa bergerak lagi ke depan, kan?" Cerca Taeyong, ia meneliti ke wajah Jisoo yang tampak belum juga ingin melihat ke arahnya.

"Itu cuma kata-kata khiasan" tepis Jisoo sambil tersenyum kecut.

"Jisoo.." Taeyong hendak menyentuh tangan Jisoo namun perempuan itu seketika mundur.

"Kamu mau ngapain kesini?" Tanya Jisoo langsung, suaranya terdengar ketus.

"Aku cuma mau bilang.. Aku..kalau aku-" Taeyong terbata-bata, merasakan nyalinya ciut lagi oleh sikap ketus Jisoo.

"Taeyong, kita nggak usah bicarain ini lagi." Potong Jisoo akhirnya. Dia kemudian melihat ke arah Taeyong dengan tatapan redup.

"Kamu cuma bikin aku bingung." Ucap Jisoo "Aku mau hidup tenang."

Rahang Taeyong mengeras. Ia mencoba meloloskan udara yang terjebak di dadanya.

"Apa keberadaan aku bikin kamu nggak nyaman?" tanyanya.

"Apa kamu sebenci itu sama aku?" suara Taeyong terdengar bergetar.

Jisoo tidak menjawab, bibirnya terasa kaku. Diam-diam ia meremas roknya.

"Iya, aku nggak nyaman sama kamu." Sahut Jisoo.

Taeyong tersenyum miris.

"Ok, Aku minta maaf."

"Memang apapun yang aku lakuin sekarang semuanya udah terlambat."

"Hasusnya aku nggak dateng ke sini."

"Maaf udh buat kamu nggak nyaman."

Taeyong berbalik dan berjalan meninggalkan rumah Jisoo, membawa kepingan hatinya dan harga diri yang sudah ia telan bulat-bulat.

Jisoo memandang punggung itu. Lagi dan lagi, pada akhirnya mereka hanya bisa melihat punggung satu sama lain. Entah kenapa dadanya terasa sesak, ada buliran air yang mendesak keluar namun ia tahan.

Jisoo tidak ingin bimbang, Jisoo hanya tidak ingin membuat keputusan yang salah. Namun dia sendiri masih tidak mampu memahami apa yang sebenernya ia inginkan. Hatinya dipenuhi oleh rasa takut, takut untuk terluka lagi. Dia justru membangun tembok yang begitu tinggi, tembok yang mengurungnya hingga ia tanpa sadar kehabisan udara untuk bernapas.

.

.

Sore menjelang malam yang sepi di restoran, Jisoo duduk melamun di salah satu kursi pelanggan. Dia menghela napas setiap menit, sambil menerawang jauh ke luar jendela.

Dug!

Jisoo tersentak. Seulgi meletakkan segelas air di atas meja dengan suara yang keras hingga membuyarkan lamunan Jisoo. Seulgi lalu duduk di depan Jisoo.

"Kamu kenapa? Ada masalah?" tanya Seulgi, menyadari wajah Jisoo yang kusut sejak beberapa hari terakhir.

Lagi-lagi Jisoo cuma menghela napas.

"Kalo mau kamu bisa cerita sama aku." ucap Seulgi lembut.

Jisoo menggeleng, "Aku juga nggak tau aku ini kenapa." Sahut Jisoo lemas

Seulgi mengerutkan dahi, "ini tentang mantan suamimu lagi?"

Jisoo jadi bergidik mendengar kata mantan suami.

"Kalian kenapa lagi?" tanya Seulgi.

Belum sempat Jisoo menjawab, Doyoung muncul entah dari mana.

A Million Path [Taesoo] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang