19- Plan to suffer

Start from the beginning
                                    

"Memang harusnya kau tidak bermain-main denganku, Seo." Pribadi Ryu tersenyum kemenangan disana. Memirsa jarak keduanya yang terpaut dekat. Gila, sangat dekat. Apakah mimpinya menjadi kenyataan. Dapat berdekatan, bersandingan dengan pujaan hatinya.

Jaewook mendekat ke arah telinga Seoyung, mencoba menyalurkan sebuah kata-kata dengan ayal dan merisik. " Tapi sungguh Seo, kau yang kemarin bersikukuh menolak dengan wajah angkuhmu itu. Membuatku lebih bersemangat menaklukanmu. "

Sialan. Memang brengsek sekali. Seoyung menyimpan kepalan tangannya, mencoba menahan amarah. Jika saja dirinya tidak terdorong telak ke belakang garis kegagalan. Maka ia tak akan melakukan hal seperti ini.

Seoyung hanya memainkan dagunya. Jemarinya masih berada di bahu pria Ryu. Kemudian berpindah ke perpotongan kerah kemeja dan berhenti di susunan dasi itu. Merapikannya.

"Ryu, bagaimana dengan sebuah rencana. Aku akan bersedia menjadi istrimu jika kau mau membantuku. Kali ini saja. " Suara lembut itu mengalun memenuhi ruang. Baru kali ini Jaewook menemukan sikap Seoyung yang begitu kalem tanpa kalimat satir. Meski pada awal kedatangannya wanita itu menatapnya tajam.

"Rencana? Kau ingin membuat seperti apa? Kita bisa mendiskusikannya bersama-sama. " Pria Ryu telah terbuai dengan tutur dan perilaku Seoyung. Tangan putih kekarnya menarik jemari milik wanita itu. Memberentangkan hingga terduduk di pahanya.

"Hmm, semudah itu ya ternyata membujukmu. Tidak perlu mengemis sambil menangis tersedu-sedu. " ujar wanita itu tanpa menghiraukan kejadian apa yang baru saja terjadi. Mencoba tenang, walaupun dalam hatinya telah berusaha mengeluarkan puluhan sumpah serapah untuk Jaewook. Sialan, malah menempatkan dirinya di posisi seperti ini.

"Tentu saja, kalau tidak cinta kenapa ku lakukan. " Pria bersurai hitam legam dengan minyak rambut yang membuat mengilat itu menyunggingkan senyumnya. Sebenarnya pribadi Ryu ini tidak buruk. Malah lebih tampan dari Taehyung. Hanya saja, sedikit terobsesi dengannya membuat Seoyung terkadang lebih berhati-hati.

"Rencananya sudah ku mulai Ryu, kau hanya perlu membantuku di akhir saja. " Wanita itu tetap dalam posisinya. Malah bermain dengan kuku jemarinya bercat biru tua. Seperti menimbang-nimbang sesuatu.

"Baiklah. Mari kita liat rencana apa yang kau maksud itu." ujar Jaewook sebelum tangannya bergerak ke depan. Menggenggam kedua tangan Seoyung.

"Yuhn Taehyung, permainannya telah di mulai. Ku harap kau kalah telak kali ini. Ini akan sangat menyiksamu Tae." batin Seoyung, tersenyum remeh. Pertemuannya beberapa hari yang lalu dengan pria itu memang tak ada hasilnya. Membuatnya harus memutar balik kemudinya untuk mencari tujuan yang hendak ia capai. Setidaknya jika ia bersama si pria Ryu, membuat kenang-kenangan dengan sang mantan kekasih boleh juga kan?

-----

Bibir tebal, merah dihiasi kumis tipis itu tak henti-hentinya menghela napas sedari tadi. Memijat pelipisnya singkat, sebelum membenarkan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya. Lembur kerja. Menyebalkan sekali ketika hingga detik ini ia masih bersama belasan tumpuk laporan.

Andai saja kemarin ia tidak mabuk, tidak mengambil cuti libur karena dirinya sakit, pasti pekerjaannya tak akan menumpuk dua kali lipat dari biasanya. Kini telah lebih dari pukul enam sore. Pria itu sedari tadi di hadang rasa khawatir manakala Hyerim tak mengirimi pesan usai ia berucap tak dapat mengantarkan kekasihnya itu pulang.

Wajahnya gusar, tak menentu. Bahkan sedari tadi mengigit bibir bawahnya. Taehyung lantas mengambil ponselnya, mengetik beberapa digit angka dan mencoba menghubungi Hyerim. Tidak ada balasan, bahkan nomor tersebut tak aktif. Astaga, apa wanita itu tertidur di bus, apakah sudah pulang atau baterai ponselnya habis?

Remembrance ✔️Where stories live. Discover now