Tiga Belas

1 0 0
                                    


Izinkan setiap orang menggunakan pensil warnanya untuk mewarnai kertas putih hidupmu

------

"Nana!" Teriak Peter saat Renata melangkah keluar menuju pintu masuk kampusnya. Peter berlarian kecil sambil membawa tas ranselnya yang seperti biasa, terlihat cukup penuh.

"Ayo pergi."

"Pergi?"

"Iya."

"Kemana?"

"Aku punya hutang untuk mengajakmu jalan-jalan dengan motor kan?"

"Aku punya beberapa urusan yang tidak dapat ku tinggalkan."

Peter memejamkan matanya sebentar sembari menghembuskan napas berat, ia tampak kecewa. Handphone Renata bergetar pelan, pertanda Janet sudah tiba untuk menjemputnya ke kantor.

"Baiklah. Aku akan menghubungimu nanti," ujar Renata pada Peter.

"Hei!" Teriak Peter ketika Renata mulai berjalan menjauh.

"Kamu cantik hari ini," ucap Peter pelan lewat gerakan bibirnya yang menimbulkan senyum tipis di wajah Renata. Ia segera membuka pintu mobilnya dan duduk di bangku belakang seperti tadi pagi. Di samping tempat duduknya terdapat setumpuk file yang memang harus ia periksa setibanya ia di kantor. Handphone Renata bergetar lagi. Kali ini nama Peter tertera di layarnya. Sebuah pesan singkat dari laki-laki itu untuk mengajaknya pergi sepulang kuliah Senin nanti. Renata lagi-lagi tersenyum. Ia juga tidak menyangka jika akan semudah itu memberikan nomor handphone-nya untuk Peter. Tapi ia tidak merasa buruk atau menyesal. Mungkin ini adalah hal yang seharusnya ia lakukan dari dulu, membuka pintu hatinya lebar-lebar untuk orang lain, orang-orang baru dengan warna baru mereka.

------

"Katamu kamu mau pergi ke coffee shop bersama teman-temanmu," ujar Alex saat ia memasuki ruangan baru Renata di kantor. Renata masih sibuk dengan laptop dan setumpuk berkasnya. Alex tampaknya selalu menyelesaikan pekerjaannya dengan baik sehingga punya waktu untuk menghampiri Renata.

"Darimana kamu tahu?" Tanya Renata, tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptopnya. Ia mulai bisa merasakan hawa panas yang dikeluarkan dari laptopnya karena sudah hampir seharian tetap hidup. Hari ini ia bahkan tidak bisa pergi ke tempat kursus karena ada begitu banyak hal yang harus dikerjakan.

"Hm membaca pikiranmu?"

Renata tertawa kecil mendengar candaan Alex. Janet diam-diam memberitahu Alex tentang kegiatan Renata agar Alex dapat mengawasi dan menemaninya hampir setiap saat.

"Aku akan mengantarmu."

"Baiklah, tunggu sebentar lagi."

Gadis itu meregangkan leher dan tubuhnya setelah menyelesaikan pekerjaannya. Ia membereskan berkas-berkas file di mejanya dan menutup laptopnya. Renata beranjak dari tempat duduknya dan bersiap untuk pergi. Ia melirik ke arah Alex yang duduk di sofa abu-abu yang ada di ruangannya. Alex tertidur cukup pulas, membuat Renata menjadi tidak tega untuk membangunkannya. Ia keluar ruangan dan meminta Janet agar memberi tahu Alex jika ia akan menyetir sendiri saja.

"Kak Alex sepertinya kelelahan, jadi pulanglah bersama dengan supirku. Aku akan menyetir sendiri."

"Tidak, biar supir tetap bersamamu. Aku bisa menyetir untuknya."

UndercoverWhere stories live. Discover now