Dua Belas

2 0 0
                                    


Manusia tidak mungkin hidup sendiri

------

"Mobilmu?" Tanya Peter saat Renata sedang berjalan ke arah sebuah mobil sedan hitam yang terparkir rapi pada parkiran mobil kampus ini. Renata sepertinya terkejut hingga gadis itu terdiam untuk beberapa detik.

"Apa kamu sedang balas dendam karena aku mengejutkanmu tadi pagi?"

"Tidak, aku hanya menyapamu karena kebetulan lewat."

"Mana mobilmu?" Tanya Renata kemudian.

Peter tersenyum kecil.

"Aku hanya naik motor."

"Ku pikir, karena kamu berjalan ke sini jadi kamu juga."

"Sudah ku bilang, aku hanya menyapamu karena kebetulan lewat. Parkiran motor ada di sisi kiri sana."

Renata mengangguk pelan. Sejujurnya handphone-nya sejak tadi bergetar karena Alex masih terus meneleponnya. Sepertinya kakaknya itu memang sedang mengkhawatirkannya karena Janet pasti bilang padanya jika Renata tadi pagi tidak menghabiskan sarapannya.

"Kamu pasti tidak pernah naik motor sepanjang hidupmu."

"Karena aku tidak punya motor dan tidak ada yang mengendarai motor di rumahku," jawab Renata jujur.

"Bagaimana dengan pacarmu kemarin?"

"Dia bukan pacarku. Dia hanya seorang kakak yang posesif."

"Jadi dia bukan pacarmu?"

"Bukan."

"Kalau begitu, mau mencoba naik motor bersamaku? Aku tahu, udara Jakarta memang penuh dengan polusi dan itu memang sedikit mengacaukan kesehatan kulitmu, tapi. Cobalah, kamu benar-benar harus mencobanya setidaknya satu kali dalam hidupmu."

"Baiklah. Kapan-kapan. Aku harus pergi sekarang."

"Oke. Tunggu telepon dariku," ujar Peter sambil berlalu dari Renata.

------

"Apa aku harus memblokir nomormu? Aku bukan anak kecil lagi, kak."

Renata masuk ke dalam rumahnya dengan mengomel pada Alex. Papi meletakkan kembali sendoknya di atas piring makan saat ia baru saja akan menikmati makan malamnya.

"Aku hanya mengkhawatirkanmu."

"Apa aku terlihat begitu menyedihkan di matamu? Itukah yang membuatmu khawatir padaku? Aku hanya terburu-buru tadi pagi hingga tidak menghabiskan sarapanku. Mengapa kamu terus menerus meneleponku hanya karena itu?"

"Aku tidak bilang bila kamu menyedihkan, kan? Lalu mengapa kamu menyimpulkannya begitu?"

"Ada apa ini? Kenapa kalian sibuk berdebat di rumah?"

Papi sebenarnya sedang menahan tawanya karena Alex dan Renata sekarang sedang bertingkah persis seperti dua orang kakak adik yang sedang bertengkar hanya karena masalah kecil. Alex mengangkat bahunya, pertanda ia juga tidak mengerti mengapa masalah ini jadi begitu besar untuk Renata. Sedangkan Renata hanya diam karena tidak mau mengalah karena merasa justru Alex yang membesar-besarkan masalah.

"Sudahlah, sekarang saatnya makan malam. Ayo baikan dulu sebelum makan."

Papi merangkul Renata dan membawanya mendekat ke Alex.

UndercoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang