Tangan mungil Angel terulur memegang kepalanya yang masih terasa sakit. Ia mengingat-ingat kembali kejadian yang ia alami sebelumnya. Ia mengingat semuanya, saat dirinya melepas genggaman tangan suster Maria dan berlari menerjang anak laki-laki yang hendak menyeberang jalan tanpa memperhatikan sekitar setelah itu ia tidak mengingat apa pun lagi.

"Apa kepalamu masih sakit Angel? Aku akan segera memanggilkan dokter untuk memeriksamu" kata Anastasya cepat dan bergegas memanggil dokter

Selang beberapa menit seorang dokter pun segera datang untuk memeriksa keadaan Angel. Keadaan gadis kecil itu jauh lebih baik dibanding hari-hari sebelumnya maka besok ia diijinkan untuk pulang meninggalkan rumah sakit. Setelah memberi penjelasan dokter itu pamit keluar dari ruang inap Angel.

Anastasya menghembuskan nafas lega, ia sangat bersyukur malaikat kecil dihadapannya ini baik-baik saja. Ya, Anastasya memang menganggap Angel sebagai malaikat penolong yang dikirimkan Tuhan untuk menolong putranya Max.

Max terdiam disamping sang ibu sambil memperhatikan gadis kecil di depannya. Ia terkesima melihat kecantikan wajah gadis kecil itu bak boneka hidup dengan kulit putih, sepasang mata bulat dengan iris biru, bibir merah dan rambut panjang yang indah.

"Hai gadis kecil, aku Max Xavierano Miller. Siapa namamu?" sapa Max sambil mengulurkan tangannya

Angel menatap tangan anak laki-laki itu sebelum akhirnya menyambut uluran tangannya dengan malu-malu. Ia dapat melihat bahwa anak laki-laki di depannya ini sangatlah tampan dengan tubuh yang tinggi.

"Namaku Angelicia, senang bertemu denganmu kak Max" sahut Angel pelan

Anastasya yang melihat interaksi putra semata wayangnya dengan gadis kecil itu tersenyum lembut. Ia sudah mengetahui latar belakang Angel yang merupakan seorang anak yatim piatu yang tinggal di sebuah panti asuhan kecil di kota itu sejak masih bayi merah. Ia pun telah berdiskusi dengan sang suami untuk mengadopsi Angel karena merasa berhutang nyawa padanya. Selain itu ia memang ingin memiliki seorang putri namun sayang pada saat melahirkan Max rahimnya harus diangkat karena mengalami pendarahan hebat.

"Angel sayang apa kau mau menjadi adik Max? Besok kita akan pulang ke rumah ya" ujar lembut Anastasya membelai kepala Angel

"Tapi rumah Angel di tempat suster Maria nyonya" jawab Angel dengan polosnya

Angel bingung pasalnya selama ini ia memang tinggal di panti asuhan bersama anak-anak seusianya dan diasuh oleh beberapa suster disana.

"Tidak lagi sayang, besok Angel akan pulang ke rumah kami. Mom sudah meminta ijin suster Maria untuk mengadopsi Angel dan menjadikan Angel anak kami. Angel mau kan?"

Angel yang mendengarnya pun tampak sangat bahagia dan mengangguk girang. Ia telah membayangkan memiliki keluarga utuh dengan ayah, ibu dan juga saudara. Tentu saja ia tidak akan melewatkan kesempatan emas ini, apalagi yang ia lihat nyonya di depannya ini tampak sangat baik hati.

"Angel mau nyonya, Angel juga ingin punya keluarga seperti teman-teman di sekolah Angel" seru Angel riang

"Baiklah kalau begitu jangan panggil Nyonya lagi, mulai sekarang panggil aku Mommy dan ini kakakmu Max. Besok kita akan berpamitan pada suster dan teman-temanmu di panti asuhan. Sekarang beristirahatlah sayang" lanjut Anastasya lagi sebelum mengecup kening gadis kecil yang akan menjadi putrinya

Keesokan harinya keluarga Miller mengurus prosedur serta administrasi untuk mengadopsi Angel. Disisi lain Angel sangat senang dan juga sedih karena harus meninggalkan panti asuhan yang telah menjadi tempat tinggalnya selama 7 tahun. Ia memeluk satu persatu suster yang telah berjasa merawatnya sedari bayi. Tak lupa Angel juga berpamitan kepada teman-temannya di panti dan berjanji akan sering datang mengunjungi mereka. Setelah ini ia akan menyandang nama Miller di belakang namanya, Angelicia Miller, nama yang diberikan oleh kedua orangtua angkatnya.

I'm Always Be Yours (END)Where stories live. Discover now