#Dicari Keberadaannya

165 8 3
                                    

***
Aku hanya gadis biasa
Jauh dari kata mempesona
Kesempurnaan?
Tak bisa kupersembahkan
Hidupku,
Bahkan diselimuti awan hitam
Mereka menggerombol dan mungkin saja sudah merasa nyaman
Jika kamu menginginkan lebih,
Aku hanya gadis biasa yang lekat dengan kata kurang
Tahukah kamu???
Bahkan sinar bohlampun enggan menyentuhku :)
***

Windu sedang menatap sendu segelas kopi americano di depannya. Gadis itu seakan-akan tak punya objek lain ,arah pandangnya terus berpusat pada isi gelas itu. Suara beberapa langkah kaki yang lalu lalang, suara beberapa orang yang sedang bercanda gurau, dan segala macam kebisingan di kafe itu tak ia pedulikan. Ia nampak seperti gadis malang yang memprihatinkan. Duduk sendiri di sudut kafe dengan pandangan sendu dan wajah lusuh, sangat jauh berbeda dengan tampilan pengunjung kafe yang lain. Sesekali ia melirik ke layar ponselnya, berharap ada seseorang yang mencari keberadaannya, tapi semua itu hanya sekedar harapan semu. Tak ada yang mencarinya. Orang rumah, pasti mengira Windu sedang lembur karena memang akhir-akhir ini ia sangat sibuk. Feby, ahhh... Gadis itu nampaknya sedang berkencan, sepertinya acara PDKTnya dengan Ojan berjalan mulus. Ojan juga salah satu karyawan di kantor Windu, mereka berada di departemen yang sama. Feby memang sudah sejak lama mengincar pria itu, dan sepertinya kali ini usahanya membuahkan hasil, Ojan nampaknya mulai luluh dan memberi perhatian lebih untuk Feby. Dan konsekuensinya, yaa seperti yang terlihat sekarang ini, Windu harus siap kehilangan temannya. Kehilangan dalam tanda kutip kedekatannya,karena setahu Windu orang yang sedang di mabuk asmara itu akan memberikan perhatian lebih pada kekasihnya dan mengesampingkan temannya.

Windu membuang nafas berat. Apa ia berhak berharap Adit mencarinya? Mereka memang dekat, tapi tak ada status yang jelas diantara keduanya. Windu juga menyadari, bahwa selama ini apa yang ia lakukan sangat bertentangan dengan motto dalam hidupnya. Sebuah ketulusan dan penerimaan. Entahlah, Windu belum melihat itu di mata Adit. Hal itu juga yang membuatnya ragu untuk benar-benar membuka hatinya untuk pria itu.

***
" Tar, lo kok bisa sesantai itu lihat Adit sama Windu makin deket. Lo gak takut Adit direbut sama tuh cewek? " Winy mengambil rokok beserta pemantiknya. Ia dengan santainya menghisap rokok hingga asapnya menyebar kemana-mana.

" Bagi satu, " ucap Tari menjulurkan tangannya ke arah Winy. Mengerti maksud ucapan temannya, Winy segera menyodorkan benda yang dimaksud Tari.

" Lo kira gue bego,gue gak bakal nglepasin Adit. Tapi lo tau kan siapa gue? Gegabah itu nggak masuk dalam prinsip hidup gue. Gue bakal main cantik... Huuuuu," dua gadis itu benar-benar mahir menghisap rokok.

" Jadi, lo diem-diem udah punya rencana? " Tari mengangguk. Ia tersenyum licik, sedang membayangkan seorang gadis menangis sesenggukan dengan menahan malu karena ditendang dari sebuah tempat yang sangat dia impikan. Membayangkannya saja sudah membuat ia tersenyum bahagia, apalagi jika matanya melihat langsung hal itu benar-benar terjadi di hadapannya. Ia bukan saja bisa menyingkirkan gadis itu, tapi juga mendapatkan kembali tujuannya.

" Gue biarin dia merasa menang, belum saatnya otak gue dipake."

" Otak lo kayaknya emang khusus dipake untuk hal-hal beginian Tar, " Winy masih asyik menghisap rokoknya. Ia sesekali menyeruput minuman beralkohol yang ia pesan.

Tari mendecih, " cih... Bacot. Tapi emang bener sih yang lo bilang," mereka tertawa bersamaan, tak peduli dengan pengunjung lain di Bar itu. Lagipula, tempat itu sudah seperti rumah kedua bagi mereka, jangankan tertawa dengan suara yang keras, berteriak teriak atau bahkan membakar tempat itupun sepertinya tak jadi masalah.

The Curse of First LoveWo Geschichten leben. Entdecke jetzt