[8] hopeless romantic

1.3K 251 63
                                    

Memendam perasaan berarti siap patah sendirian

Bukan korban, hanya merasa jadi korban

Merasa bisa memiliki secara utuh, ternyata memang sebatas mampu merasa

This is a modern fairytale, no happy ending.








...........................wildan.........................

Pagi itu di masa orientasi, Wildan lari tergesa setelah turun diantar sang ayah sebelum berangkat ke rumah sakit. “Semangat, Wildan.”

“Matur nuwun, Yah.” Jawab Wildan sudah tidak sabar ingin lari mendekati sekolah barunya, tempatnya akan berganti seragam jadi putih abu-abu.

Jam tangan sudah menunjukkan pukul enam lebih dua menit. Rasanya seperti mau mengumpat saja.

Hari ini kesiangan karena pakai acara name tag-nya ketumpahan susu. Kok bisa? Ceritanya panjang. Intinya pas ditaruh di meja makan, susu punya Rakha kesenggol siku dan mendarat mulus di name tag Wildan yang berbahan kertas. Jadilah Wildan harus putar otak memperbaiki benda wajib MOS itu.

“Pagi, Kak…” Wildan menyapa kakak panitia satu demi satu yang sudah menunggu dari tempat penurunan penumpang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Pagi, Kak…” Wildan menyapa kakak panitia satu demi satu yang sudah menunggu dari tempat penurunan penumpang. Dugaan Wildan kalau dia selamat ternyata salah.

“Jam berapa sekarang?” tegur salah satu kakak panitia dengan tampang jutek itu. Tubuhnya lebih pendek dari Wildan sehingga bola matanya harus mendelik ke atas untuk bisa menjangkau wajah Wildan.

“Maaf, Kak, saya terlambat.”

“Saya tanya sekarang jam berapa?”
Wildan langsung cek jam tangan, “Jam enam lebih empat, Kak.”

“Di pengumuman batas keterlambatan jam berapa?”

“Enam, Kak.”

“Ikut saya.” Wildan pun mengekor di belakang seniornya itu. Ia dibawa ke lapangan basket, dipertemukan dengan beberapa manusia senasib dengannya. Nggak banyak, yang terlambat ternyata cuman berlima. Dua cewek, tiga cowok.

Wildan ingat, salah satunya bernama Dhaya. Nama panjangnya Yasmin Dhidhaya. Cewek berkacamata bingkai utuh itu berhasil menarik perhatian Wildan sejak pandangan pertama.

Bukan karena secantik bidadari atau apa, tapi ada rasa tertarik yang tumbuh begitu saja melihat wujud perempuan seperti Dhaya. Memang Wildan punya ketertarikan tersendiri sama cewek berkacamata karena menurutnya kelihatan smart.

Itu pertama kalinya Wildan bertemu dan nge-crush-in Dhaya. Selama tiga tahun di SMA. Nggak pernah ngobrol yang ngobrol, paling cuman papasan doang. Setiap papasan Wildan selalu pasang senyum terbaik, sekalipun dia sering dikacangin karena Dhaya-nya sendiri melengos nggak ngeh kalau Wildan lagi ‘caper’ gitu. Nggak caper juga sih, cuman pengen diakuin keberadaannya aja. Kalau di notice crush kan seenggaknya ada rasa bahagia meskipun nggak seberapa.

WILDANWhere stories live. Discover now