[1] who are you, stranger?

3.7K 499 75
                                    

Tidak ada yang benar-benar kebetulan. Termasuk sebuah pertemuan.
Yang asing mayoritas akan tetap asing.
Atau ada kesempatan mengenal sebagiannya.
Lalu bertanya, "Kenapa baru bertemu sekarang?"



Masa orientasi sudah berlalu, Wildan sudah resmi gabung kontrakan bareng sama mahasiswa jurusan mesin dan manajemen.

Satunya asal Lampung, satunya Riau. Yang fasih bahasa Jawa cuman Wildan, jadilah Wildan menyesuaikan kalau ngomong pakai bahasa Indonesia. Ditambah lagi, Wildan harus terbiasa pakai gue-lo karena salah satu dari teman sekontrakannya ogah ada aku-kamu di antara mereka.

 Ditambah lagi, Wildan harus terbiasa pakai gue-lo karena salah satu dari teman sekontrakannya ogah ada aku-kamu di antara mereka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Mau daftar apa lo?” tanya cowok tinggi semampai itu sambil buang rokoknya yang udah pendek.

“Yang pasti daftar UKM basket sih.” Ucap Wildan yang memang dari SMA sudah suka basket dan sering nampang banget kalau ada pertandingan.

“Ah, gue mau daftar klub fotografi.” Genta (nama cowok tadi) menghampiri stand klub fotografi dan segera tanya-tanya ke kating yang jaga stand. Wildan yang ikut ngedengerin penjelasan kating itu akhirnya ikutan setor nama buat daftar karena kayaknya asyik.

“Daftar BEM kagak lo?” tanya Genta setelah selesai dengan pendaftaran klub fotografi.

Mereka sama-sama bisa lihat betapa ramenya itu stand BEM. Rame banget aslian. Dari yang mukanya kelihatan banget kalau sekadar kepo sampai yang napsu banget kayak harus masuk BEM.

Wildan geleng-geleng, cukup BEM tingkat fakultas yang dia ikutin. Itu pun Wildan merasa kalau dia keterima, hidupnya di kampus sudah dipastikan tidak akan gabut. Kalau ketambahan BEM level universitas bisa-bisa susah atur waktu.

“Gue daftar ah, kali aja nemu jodoh anak BEM. Ga diterima bodo amat at least gue udah daftar. Daftar semua aja yang kayaknya seru-seru.” Genta ngisi form yang dibagiin.

"Ga ah, lo aja." Wildan bener-bener ga mau ngisi formulir karena setidakpengen itu. Ga mau nge php juga.

Setelah Genta kelar dengan urusan registrasi ini itu, mereka berdua pun melanjutkan perjalanan menyambangi satu persatu stand yang menurut mereka seru.

Genta memutuskan berhenti di stand salah satu kesenian bela diri. Kenapa? Karena ada yang cantik.

“Wil, itu cakep banget.” Bisik Genta sebelum akhirnya menjadi maba yang paling antusias mendatangi stand silat itu. Wildan mulai meyakini kalau Genta memang nggak bisa lihat cewek bening dikit.

“Ada yang mau coba?” tawar salah satu kating menawarkan maba yang datang untuk pakai seragam silat dan berduel dengan mbak-mbak cantik yang jadi magnet kedatangan Genta.

Genta maju paling depan, “Saya mau dong, Kak.” Ia mengajukan diri dengan senyum sumringah.

Oke, Genta langsung dikasih seragam biar bisa segera adu silat dengan mbak-mbak cantik sabuk hitam itu.

WILDANWhere stories live. Discover now