"Pasien atas nama Kim Taehyung-ssi?"

Taehyung berbalik gundah, menempelkan jari telunjuk depan bibir.

"Maafkan aku suster, tapi umm... aku tidak.. maksudku.. jangan bangunkan dia dulu."

Perawat itu tersenyum manis. Interaksi keduanya ini bukan main. Dia jadi saksi dimana Jimin lari sepanjang koridor RS memapah pasien di punggung.

Kondisi keduanya pun dibilang tidak baik.

Taehyung yang hampir jadi mayat beku, dan Jimin yang bersimbah darah merah.

Pengorbanan pria itu jarang sekali suster itu jumpai.

"Setelah minum obat ini saya yakin kamu bakal segera pulih, dik. Istirahatlah."

Taehyung diam di tempat, memerhatikan wajah Jimin.

Luka-luka lebam yang masih basah, bekas pukul keunguan berbekas dimana-mana.

Menandakan benar dugaan bahwa Jimin habis berkelahi secara frontal.

Masa iya? Melawan preman bejibun itu? Demi menyelamatkan nyawa anak haram sepertinya?

Linangan air mata mengucur tanpa ia kehendaki.

Taehyung susah payah meredam isaknya. Sesak bak dihimpit beton. Sengatan rasa bersalah bertubi-tubi menyerang.

.

.

.

Terik sinar fajar yang menerobos masuk dari tirai jendela yang dibuka mengusik Jimin hingga terbangun.

Mengucek mata singkat, Jimin menguap lebar.

Deg!

Pintu kamar terbuka lebar dan gorden bertiup kencang.

Dipekuk hatinya dengan palu seperti hendak rubuh waktu sadar anak ini tidak ada di sisinya.

Di balkon luar, kosong.

Kamar mandi, tidak ada.

Ruang tunggu, tidak ada.

Bangku luar depan kamar pun nihil.

"Taehyung!"

Nyaris, degup napas Jimin berhenti. Seketika ngenyut karena terkena serangan jantung mendadak.

Lari kalang kabut bak kehilangan pedoman, akal sehatnya mulai keruh.

Berpikiran banyak hal dan macam. Jimin bertanya gelisah pada setiap orang yang ditemuinya.

Kemeja lusuh khas RS yang dikancingkan asal-asalan, poni lebat yang terus jatuh menghalau kening.

"Taehyung-ah! Eodiseo!"

Gema suara Jimin begitu kuat dan pekak, berbalut frustasi.

"Aish! Kemana dia!"

Sudah 5 orang perawat yang ia interogasi, dan gelengan tak tau Jimin dapatkan.

Sedetik kemudian, Jimin memperlambat gerak kakinya.

Pikiran negatif yang mengira Taehyung kabur memang cuma dugaan.

Menghembus napas lega menemui sosok yang ia cari ada di bangku kecil taman belakang RS yang berbatasan dengan kolam air mancur.

Si kecil berponi rata itu tengah menyabuti bunga krisan dari rumput dan mengutak-atiknya.

Ada nenek tua terlihat tabah menunggu Taehyung merajut bunga. Dia duduk di kursi roda, mengenakan baju RS.

Seuntai garis lebar terulas apik di wajah keduanya. Mereka tertawa senang hanya karena mahkota bunga bikinan Taehyung?

KLANDESTIN | MINVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang