Kalau gue lagi capek sama kerjaan, cewek itu selalu menjelma menjadi sosok baru yang keibuan. Dia tau gimana caranya menenangkan perasaan kalut gue. Padahal yang dia lakukan cuma ... memegang tangan gue sambil berbicara; gak apa-apa, istirahat aja dulu, pasti capek banget ya hari ini?

"Ody ... malu gak sih deket sama dokter Raga?"

Yang bikin gue maju mundur buat melangkah lebih jauh adalah, gue masih takut kalau seandainya Ody menyukai gue semata-mata karena gertakan masa mudanya.

"Kenapa emang?"

"Dokter Raga kan udah tua." Iya, puas lo karena gue ngejek diri sendiri tua? "Kita beda ... sebelas tahun."

"Nggak, sama sekali gak malu. Aneh deh pertanyaannya." Dia menyodorkan sekeping keripik kentang ke mulut gue. "Dokter Raga kali tuh yang malu. Harusnya dokter Raga deketnya sama cewek kayak Teh Filza, atau dokter muda yang ada di rawat inap. Apaan sama Ody, sakit lagi anaknya, haha."

"Ody gak sakit." Meski dinyatakan hampir sembuh, Ody masih memiliki sisa gejala yang kadang membuat dia merasa down oleh hal-hal kecil. "Berhenti bilang Ody sakit dan banding-bandingin diri sendiri sama orang lain. Dokter ada disini bukan buat denger hal semacam itu, ya."

"Iya, maaf." Katanya, "Kayaknya Ody ngantuk deh."

Gue meringsut dari atas sofa hingga posisi gue sedikit mendekat kearahnya, "Mau nonton film gak? Dokter Raga kemarin beli paket premium di VIU, drama yang Ody mau udah bisa ditonton."

Matanya yang besar itu membulat, "Asik, sini mana hapenya, Ody pinjem." katanya penuh antusias.

Gue memberikan ponsel milik gue kepadanya. Membiarkan perempuan yang rambutnya diikat satu itu melakukan apapun yang dia mau didalamnya. Yang gue lakukan selanjutnya cuma melihat wajahnya dari arah samping. Dia udah gak makan chiki lagi, lebih fokus pada layar ponsel sambil sesekali menggigit kuku jarinya yang cukup panjang itu.

"Jangan digigitin, nanti kebiasaan." Gue menarik tangan kirinya hingga perempuan itu tercengir bodoh. "Seru?" tanya gue.

"Seru, cowoknya ganteng."

Sepertinya gak ada faktor lain yang bikin dia sampe mesem-mesem begitu deh kecuali karena terkesima oleh ketampanan visual si aktor utama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sepertinya gak ada faktor lain yang bikin dia sampe mesem-mesem begitu deh kecuali karena terkesima oleh ketampanan visual si aktor utama.

"Leher Ody pegel, boleh nyender gak, dok?" Gue celingukan, belum sempat gue menyetujui, perempuan itu sudah lebih dulu menyandarkan kepalanya pada bahu gue. "Pegangin, tangan Ody juga pegel." suruhnya. Dan sialnya, gue hanya bisa menurut hingga kini posisi kita berdua sedikit ... oke, ini aneh.

Semakin bertambah umur seseorang, kinerja organ-organ tubuhnya juga semakin tidak stabil. Contohnya gue, terjebak di posisi ini saja sudah cukup membuat irama jantung gue tidak beraturan. Lagian selama tiga puluh tahun gue hidup, gue belum pernah sedekat ini sama perempuan apalagi sampai dibuat deg-degan. Baru Ody pokoknya, gak heran kalau orang-orang bilang gue mirip ABG ketelatan puber.

TIGA BELAS JIWAWhere stories live. Discover now