TERINGAT KEMBALI

Mulai dari awal
                                    

"Mulutnya ya." Balas Ara datar dan langsung duduk disamping Chaca

"Kalian sih, bosen tau liat kalian kayak orang pacaran tapi gak jadian jadian juga padahal udah bareng dari kecil." Ujarnya malas, masih fokus pada ponselnya.

Al yang duduk didepan mereka berbalik,
"Terus apa kabar perasaan lo yang setahun nganggur gak diungkapin sama kak adnan?," Cetusnya tak kalah tajam

"Mending kita emang udah nyaman sahabatan, jadian gak jadian juga gak ada yang berubah. Lah lo? gak ada usaha sama sekali," lanjutnya lebih sadis lagi

Chaca melotot, bagaimana Al bisa tau kalau selama ini dia suka sama kak adnan?

"SETUND, DIEM LO!," Katanya kesal.

Al hanya melirik sekilas, dia tipe orang yang malas berdebat namun jika itu dengan Chaca omongannya bisa saja sangat pedas, bukan karena benci atau naksir. Tapi karena mereka sudah akrab dan berteman, Ini hanya sekedar gurauan menyakitkan sesaat. Dan Al tau Chaca tidak ambil pusing dengan perkataannya barusan, begitu juga sebaliknya. Dia sama sekali tidak peduli akan perkataan gadis itu.

"Kok dia tau sih Ra? Lo bilang sama dia ya?," tanyanya dengan cemberut

"Gak," balasnya singkat

"Terus dia tau dari mana?," tanyanya lagi

Ara hanya mengendikkan bahu, membuat Chaca memutar bola malas. Dia sudah sangat biasa dengan Ara yang dingin seperti ini.

"Lonya jelas banget sih," sahut Al yang duduk di depannya

Chaca berdiri dan memukul pelan punggung Al yang membuat pria itu meringis pelan.

"Katanya gue gak ada usaha, terus apanya yang keliatan jelas. Jangan ngadi ngadi deh lo," ucapnya sinis

"Da sering mergokin lo natap kak adnan diam diam," Ujarnya pelan, membuat Al berbalik dan tertawa sinis mengejek

Chaca menganga kemudian melempar bukunya pada Al, membuat pria itu semakin tertawa namun tidak mengeluarkan suara. Terlihat dari bahunya yang terguncang.

"Nyebelin banget sih pagi pagi. Sana lo musnah aja dari bumi." Omelnya kesal kemudian berdiri mengambil bukunya yang tadi ia lempar.

Ara tersenyum tipis, entah kenapa jika Al dan Chaca bertengkar selalu membuatnya terhibur.

"Tatapan lo kayak kagum banget gitu, mirip Ara kalo natap kak Kiano," ujar Al bercanda

"Pala lu," sinis Ara yang membuat bahu Al kembali bergetar karena tertawa

Saat akan duduk ditempatnya Chaca dikejutkan dengan kedatangan orang yang baru saja dia bicarakan, kak Adnan.

Dia menghampiri Arumi, murid pendiam namun cerdas itu duduk dibarisan paling depan. Adnan memberinya kotak bekal.

"Di makan. Jangan sampe ngerepotin orang kalo nanti magnya kambuh." Ujar Adnan dingin dan berlalu pergi

Semua yang ada dikelas diam membisu, terutama para cewek cewek apalagi Chaca. Dia membeku ditempatnya, "Ada apa ini?," batinnya

Arumi malu bukan main. Seharusnya dia saja yang keluar mengambil bekalnya. Tapi semua sudah terjadi, dia akan diwawancarai oleh temannya nanti, pikirnya.

Ara menatap Chaca yang masih mematung, dia menarik gadis itu agar segera duduk.

"Pak bimo noh," Ara memperingati saat guru yang terkenal galak itu memasuki kelasnya

Al berbalik menatap Chaca sekilas kemudian kembali fokus kedepan, ada rasa tidak enak melihat raut wajah Chaca sekarang. Barusan dia mengejeknya dan langsung terjadi hal yang mungkin membuat temannya itu sakit hati(?)

KIARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang