-9-

75 13 8
                                        

Eunji tidak langsung pulang ke rumahnya. Ia mampir ke sebuah taman yang sering ia kunjungi waktu kecil, lalu duduk di salah satu ayunan yang sering ia mainkan dulu. Karena dia tidak punya ayah dan ibunya sibuk bekerja, Eunji sering mengunjungi taman ini sendirian, seringnya juga sambil menyapa kucing-kucing yang mangkal disini.

Sambil mengayun pelan, Eunji memikirkan kejadian yang baru saja terjadi. Kenapa Felix seperti itu pada Jaemin? Bukankan mereka teman? Meskipun tidak dekat-dekat amat dengan Jaemin, Eunji tahu Felix-Jaemin-Eric sangat dekat, meskipun Eric dan Felix sempat pisah kelas dengan Jaemin waktu kelas sebelas.

"Masih disini aja lo," sebuah suara mengagetkan Eunji. Cewek itu sempat merinding, soalnya tidak ada tapak kaki atau tanda-tanda datangnya seseorang, tapi batal begitu melihat ke samping. Itu Lee Felix.

"Ngapain lo kesini? Bikin kaget aja tau nggak. Mana datengnya kayak setan lagi, nggak ada suaranya."

"Lo-nya aja kali yang ngelamun, sampe nggak nyadar ada orang dateng," Felix duduk di ayunan yang satunya. "Ngelamunin apa lo?"

Eunji tidak menjawab pertanyaan Felix. Ia menoleh ke arah Felix dan bertanya, "lo kenapa tadi?"

"Hah?"

"Lo kenapa kayak gitu ke Jaemin?"

"Kayak gitu gimana maksud lo?" Felix enggan memahami maksud pertanyaan Eunji.

Eunji berdecak. "Nggak usah pura-pura nggak paham. Lo temen deketnya Jaemin, nggak mungkin lo ngelakuin itu tanpa alasan."

Felix mengalihkan pandangannya dari Eunji, memilih memperhatikan seekor kucing yang sedang menggaruk-garuk tanah. "Lo nggak seharusnya tahu."

"Oke, lo bisa cerita sama gue kalo lo merasa ada orang yang berhak tau."

Keduanya terdiam, membuat mereka terjebak kesunyian yang canggung. Felix merasa Eunji belum terlalu dekat dengannya, tapi dia juga butuh seseorang untuk berbagi. Tidak Jaemin dan Eric, karena masalahnya berkaitan dengan seseorang itu. Mungkin, berbagi dengan cewek ini tidak buruk juga, dan hubungan keduanya juga tidak buruk.

"Tadi..." Eunji menoleh ketika memdengar Felix mengeluarkan suaranya. "Gue lihat Yiren jalan sama Hyunjin, tetangga gue," Felix menjeda ucapannya, membuat Eunji semakin penasaran.

"Terus?"

"Gue coba berbaik sangka kalo mereka itu cuma temenan, tapi emang ada ya temen tapi gandengan mesra kek gitu. Awalnya gue nyalahin Yiren karena main dibelakang. Tapi pas gue ketemu Jaemin sama lo lagi berdua, gue jadi mikir kalo mereka berdua sama aja."

Eunji terdiam sejenak mendengar cerita Felix. Agak nggak nyangka juga cewek kalem macam Yiren bisa main di belakang, walau belum pasti kebenarannya.

"Gue nggak ada apa-apa sama Jaemin, kebetulan aja tadi ketemu dan ngajak makan bareng. Dan, kenapa lo harus nyalahin Jaemin juga? Padahal harusnya reaksi lo nggak semarah itu."

Felix tertohok. Eunji ada benarnya. Itu urusan percintaan temannya, kenapa pula ia harus ikut campur. Tapi tentu saja Felix punya alasan tersendiri. "Nggak tau, pengen marah aja liat sahabat gue menyia-nyiakan cewek yang dia suka selama 2 tahun lebih."

Mendengar penuturan Felix barusan, agaknya Eunji tahu apa yang menjadi alasan cowok itu marah pada Jaemin. "Ohh, lo suka sama Yiren ya?"

"Hah? Apaan, seenaknya aja nyimpulin."

"Yah, ketebak sih dari reaksi lo. Nih, ya, lo suka sama Yiren, makanya lo marah sama Jaemin soalnya lo mikir Jaemin nggak bisa jagain Yiren dengan baik sampe dia main dibelakang gitu. Iyakan? Ngaku aja lo."

Wajah Felix memerah, cukup untuk membuktikan bahwa Eunji benar. "Semerdeka lo aja dah," ujar Felix sambil memalingkan muka untuk menutupi wajah memerahnya.

End Part | JaeminWhere stories live. Discover now