[Name] mengangguk sembari mengoseng isian onigiri hingga matang. Kemudian ia menjatuhkan diri di sofa ruang televisi sambil menggulirkan layar ponsel.

T I N G ! T O N G ! Bel apartemen Osamu berbunyi. Sang gadis mengintip lewat pengintip pintu. Seorang lelaki dengan jaket abu-abu dan topi warna hitam. Postur itu, postur yang [Name] kenal.

J E G R E K ! Tanpa pikir panjang gadis itu membuka pintu dan menghadap sang pemilik dengan heran. "Kau sudah kembali, Miya-san? Cepat sekali. Kenapa kau memencet bel? Ini, kan, rumahmu?"

Lelaki di depannya berjingat, menunjuk wajah [Name] yang lebih pendek darinya. "HAH!? SIAPA KAU! KENAPA ADA DI RUMAH INI!"

[Name] ikut terkejut mendengaryna. "Miya-san, kau kenapa? Ini aku, [Fullname]!"

"Kau pacarnya Samu!?"

"Kau ini bicara apa! Kau sendiri, kan, 'Samu', O.SA.MU!" balas [Name] setengah berteriak, padahal mereka sedang ada di lorong apartemen.

Gadis itu segera mengelilingi tubuh lelaki di depannya, memastikan tak ada tanda-tanda terluka. "Aku tidak tau ada apa denganmu, yang jelas masuklah dulu dan beristirahatlah." Didorongnya kuat-kuat tubuh si lelaki untuk memasuki apartemen Miya Osamu dan mendudukkannya di sofa. "Masa kau keluar rumah langsung kena amnesia?" ujarnya tak habis pikir.

Segelas air putih di bawa [Name] dan diberikan pada lelaki itu. "Kau yakin tidak apa-apa? Mau ke dokter?" Nampak gurat khawatir di wajahnya. Ia tak mau, gara-gara membeli nori lelaki ini menjadi amnesia.

Lelaki tadi tampak lebih tenang, ia menggeleng kecil sebelum mengembangkan senyum. "Aku baik-baik saja, kok, [Name]-chan."

Sang gadis bergidik, ini pertama kalinya ia mendengar nama depannya diucapkan oleh lelaki yang biasanya hanya memanggil nama belakangnya. "Ku--kuambilkan onigiri, lalu makanlah."

Tak lama kemudian suara tombol password terdengar. [Name] berhenti bergerak dan menghadap arah pintu masuk. J E G R E K ! D R A P ! D R A P ! Seseorang memasuki apartemen itu dengan terburu.

"[LASTNAME]!" teriaknya hingga mencapai ruang televisi. Di sana ia mendapati seorang lelaki yang duduk santai di sofa dan seorang gadis yang mematung di tempat.

"A--Are, Miya-san?" [Name] bingung bukan main. Dua orang dengan wajah yang sama kini ada di depannya.

"Sedang apa kau di sini?" ujar Osamu dengan dingin.

Lelaki yang di sofa pun berdiri menghadap Osamu. "Apa salahnya mengunjungi saudara sendiri? Lagi pula, bisa-bisanya kau tidak bilang-bilang jika sudah hidup bersama pacarmu." Telunjuknya mengarah ke gadis dengan surai [h/c] yang masih sibuk membaca situasi.

"Dia bukan pacarku, jangan bicara yang tidak-tidak, Tsumu." Ia pun mendekati [Name] dan memberikan kantung plastiknya. "Ini norinya."

"E--eh?" Masih jelas terlihat kalau [Name] bingung setengah mati.

Osamu merajut senyum, melepas topinya sembari menyeka keringat. "Kami saudara kembar. Yang mukanya lebih jelek dari aku itu namanya Atsumu."

"A--ah..." Sang gadis menyentuh dada sebelah kirinya, merasakan detak jantung yang tadi berpacu amat kencang. "A--Au pikir doppleganger. Aku terlalu kaget sampai tak bisa bicara." Deru napas yang terengah-engah terdengar dari arahnya.

Osamu mendekat, memegang kedua bahu [Name] seraya mendekatkan wajah. "Kau baik-baik saja?" Padahal ia sendiri juga sibuk menghirup napas secepat mungkin.

"Syu--Syukurlah kalau kau baik-baik saja, Miya-san. Ku pikir terjadi sesuatu padamu sampai bikin kau amnesia karena tak ingat namaku."

Tawa kecilnya menjamah indra pendengar [Name]. Tawa kecil yang hangat. "Kau berlebihan sekali memikirkannya. Ya sudah, ayo lanjut masak."

rєcσnvєníng | kαgєчαmα tσвíσDonde viven las historias. Descúbrelo ahora