〖8〗kíѕѕ

1.6K 180 31
                                    

🌸


"Yosh," gumamnya saat melangkah keluar dari bus setelah 20 menit perjalanan.

'Aku tidak sabar ingin bertemu,' ujarnya dalam hati. 'Tapi, apa penampilanku akan mengecewakannya?'

Kegelisahannya terus menggantung sejak semalam. Berkali-kali ia membuka lemari, mencari setelan baju yang sekiranya cocok dikenakan di hari spesial ini. Harap-harap penampilannya tak mengecewakan orang yang akan ditemuinya.

P L A K ! Ia pukul sekuat tenaga kedua pipinya, lantas menggenggam tangan dengan aliran optimis. 'Aku sudah melakukan yang terbaik untuk hari ini!'

Sebuah taman terdekat kini menjadi tujuannya. Taman yang berada tepat di depan salah satu gymnasium besar Kyoto. Hari ini mantan kekasihnya akan bertanding. Hari ini ia akan menemuinya. Hari ini ia akan memberi dukungan.

Sang gadis duduk di salah satu bangku, memangku tas jinjing dan sebuah tas kertas berisikan beberapa hadiah kecil. Pertemuan pertama dalam lima bulan, agaknya membuat ia begitu bersemangat.

"[Name]?" Suara lembut itu menghampiri inderanya.

Suara yang biasa ia dengar dari sambungan telepon. Suara yang mulanya hanya mampu ia bayangkan, kini dapat ia dengar secara langsung, tanpa gangguan sinyal atau lainnya.

[Name] menoleh, mendapati seorang lelaki dalam setelan training berwarna senada dengan surainya. "Ohisashiburi, Tobio!" Sedikit ia melompat kecil dan segera berdiri di hadapan sang lelaki.

Wajah sang lelaki perlahan melembut, memerah dengan seulas senyum tipis yang meluluhkan. "Aku membuatmu menunggu lama?"

Gadis itu menggeleng kecil, membalas senyuman tipis itu dengan senyum terbaiknya. "Tidak, aku baru ingin menghubungimu."

Kageyama Tobio terdiam. Sesaat keadaan terasa canggung tatkala keduanya diam dan hanyut dalam euphoria masing-masing.

Hingga uluran tangan itu tiba. Tangan dengan jari-jarinya yang panjang dan kuat, tangan dengan telapak yang lebar, tangan dengan genggaman hangat yang sebelumnya sering [Name] rasakan.

"Ayo, aku masih ada waktu sebelum pemanasan," tawarnya dengan memalingkan pandangan.

[Name] tersenyum, lantas meraih uluran itu dan menggenggamnya. Mereka mulai berjalan, menikmati semilir angin yang menyegarkan saat taman masih sepi. Keduanya jalan bersama, dalam rona yang sama, dalam degupan jantung yang tak teratur.

Meski begitu genggaman itu kokoh, tak longgar, dan tak bergetar. Seakan keduanya masih diikat oleh status yang sama seperti sebelumnya.

"Aku bawa susu kotak yang biasa kau minum. Dan ada onigiri dari Hayama ji-san, kau ingat?" tanya [Name].

Sesaat Kageyama tampak berpikir. "Ah, paman penjual onigiri itu? Apa kau mampir ke kedainya?"

"Ya!" jawab [Name] antusias. "Kemarin setelah kau bilang akan tanding hari ini, kebetulan aku akan pergi, dan sebelum pulang aku membeli ini. Aku tau kau sangat suka onigiri Hayama ji-san." Senyumnya terkembang lebar, tiada henti.

Tak lama tangan [Name] terangkat, lebih tepatnya Kageyama mengangkat genggaman itu dan mengecup punggung tangan [Name]. "Aku senang kau mengingatnya."

[Fullname] hanya bisa mematung melihat bibir Kageyama yang baru saja melandaikan kecupan ringan di tangannya. Sungguh. Serangan mendadak yang tak terpikirkan oleh [Name] saat ia putuskan untuk menemui Kageyama hari ini.

rєcσnvєníng | kαgєчαmα tσвíσWhere stories live. Discover now