〖9〗αpσlσgízє

1.1K 160 4
                                    

🌸

T R I N G ! Sebuah e-mail masuk saat dirinya tengah bersiap untuk berangkat menuju kampus. Sebuah pesan singkat berisi permintaan maaf. Tak dipedulikannya pesan itu dan segera berangkat menuju kampus.

Dentingan yang sama terdengar berulang. Secara rutin setiap dua jam sekali. Namun itu menjadi lebih setelah kegiatan kampus hari itu selesai.

Rasa kesalnya masih tersisa. Kata-kata sang pengirim pesan membuatnya kesal setengah mati. Susah payah ia menahan diri agar tak meledakkan amarah di tempat. Namun kini membayangkan wajahnya saja membuatnya muak.

Ketika surai kelabu di ujung koridor tertangkap indera penglihatnya, sang gadis memilih mundur dan jalan memutar.

Pun yang ia lakukan ketika menjumpainya di dekat gedung olahraga. Dan ia memilih untuk datang satu menit sebelum kelas dimulai ketika ia diharuskan berada di kelas yang sama dengan si lelaki.

Dan itu terus berlanjut hingga beberapa hari ke depan.

Buruk. Itulah apa yang dirasanya ketika mendapati seorang bersurai kelabu dengan tatapannya yang tajam. Di tengah festival yang seharusnya menyenangkan, perasaan tidak menyenangkan justru melanda hatinya.

"Hei, [Lastname], ada yang mengganggumu?" tanya seorang gadis yang kini tengah bersamanya.

[Name] tersentak kecil, lantas memasang senyum kecil pertanda baik-baik saja. "Tidak. Bagaimana dengan persiapan makanannya? Bukankah kedai harus buka pukul tiga sore nanti?"

"Semua sudah selesai, dekorasi sudah beres, dan bahan makanan akan tiba tiga jam sebelum café buka. Jadi sekrang kita bisa menikmati festivalnya dulu." Shirokuni Kanae menjelaskan rincian persiapan café jurusan yang sudah diselesaikan.

[Name] mengangguk paham. "Semoga hari ini berjalan lancar."

"Umhh," jawab Shirokuni. "Are, Apakah itu Miya Osamu-san?" ujarnya ketika mendapati lelaki yang disebutnya tengah mendekat ke arah keduanya.

Ekspresi wajah seorang [Lastname] kembali berubah. Cebikan kecilnya mengundang tanya kawan satu jurusan yang dikenalnya saat acara penyambutan mahasiswa baru. [Name] mulai melangkah, menjaga jarak dari seseorang yang membuatnya kesal bukan main beberapa hari lalu.

"Dia sepertinya mencarimu. Tidak ingin menemuinya dulu?"

"Malas," jawabnya cepat.

Shirokuni hanya diam, menganalisis apa yang mungkin tengah di rasa oleh kawannya. Perubahan sifat yang amat tiba-tiba dari seorang [Fullname] sudah dirasa sejak bertemu di kelas beberapa hari lepas. Dan tampaknya ia mengetahui penyebabnya.

"Pacarmu sedang mancarimu, kenapa malah menghindar?" tanya Shirokuni datar.

Buru-buru gadis itu menoleh dengan mata membola. "Dia bukan pacarku, dan lagi aku tidak menghindar."

P U K ! Shirokuni meletakkan tangannya di pundak temannya. "Kalau begitu selesaikan dulu masalahmu dengannya. Di lihat dari wajahnya, dia kebingungan dengan sifatmu."

"Ck," [Name] berdecak keras. "Memang kau tahu apa tentang dia?" Dengan nada sarkas [Name] bicara. Dengan maksud agar Shirokuni berhenti membujuknya.

"Aku juga akan menanyakan hal yang sama. Memang kau tahu apa tentang dia?" Dan kesarkasannya tidak berpengaruh pada gadis sulung keluarga Shirokuni. "Di sini posisi kita sama, orang yang baru mengenal Miya Osamu, walau aku hanya tahu sebatas kakak pengawas. Namun dia punya ikatan yang berbeda denganmu. Kau tahu bagaimana harus menilainya."

Perlahan tangan [Name] terkepal. Ia pun menghela napas panjang dan menatap temannya dengan tatapan hangat. "Aku sedang tak ingin bicara dengannya. Aku akan bicara ketika aku mau."

rєcσnvєníng | kαgєчαmα tσвíσWhere stories live. Discover now