33. Naomi's Advice

36 9 18
                                    

“Aku menyayangimu. Karena itu kamu wajib mendengarkan.”
- Naomi Vetrica

**

17 Juni 2020

Helaan napas terdengar jelas di ruangan yang hanya terisi dua orang gadis itu. Tidak banyak kata terucap, gadis pemilik rambut sebahu hitam legam itu menatap langit ruangan yang berdominasi biru. Matanya berkaca – kaca, merasa lelah tidak di dengarkan.

Ia mengalihkan atensinya menatap gadis berpiyama di depannya yang hanya diam tidak menanggapi ucapannya tadi.

“Ra.” panggilnya lembut.

Gadis yang dipanggil ‘Ra’ itu menoleh, tidak mengatakan apapun sebagai respon.

“Aku khawatir,” Naomi berucap lagi.

Naomi Vetrica, sahabat Clara yang juga merupakan kekasih Arnold itu menatap sedih sang sahabat. Sudah tiga minggu sejak kepulangan Clara dari Jakarta. Gadis itu kini sedang duduk merenung di kamarnya ditemani satu – satunya sahabat yang ia miliki, Naomi.

“Yaudah, kamu mau gimana sekarang?” finalnya.

“Aku juga gak mau kaya gini Mi. Buat Afazh benci sama aku kaya gini,” suara itu terdengar begitu lelah.

Clara pikir dengan datangnya ia ke Jakarta membuat dirinya kembali dekat dengan sosok yang dirindukannya, ekspektasi tidak sesuai dengan realita yang terjadi.

Seolah benang kusut itu Clara urai malah membuatnya semakin panjang, semakin menjauhi Zhio sendiri. Ia kira mengurainya membuat benang itu kembali lurus dan mereka bisa merajutnya dengan indah.

Nyatanya, Clara hanya sanggup meluruskan tidak sanggup untuk merajut.

“Perbaiki semua,” Naomi menggenggam lembut jemari Clara.

Clara menggeleng enggan, “Gak. Aku bahkan merasa yang aku lakukan belum seberapa.”

“Berarti kamu memang mau kehilangan dia selamanya, Ra!” Naomi berucap kesal.

Apakah Clara tidak mengerti konsekuensi apa yang akan di dapatnya jika terus mengganggu hubungan Zhio. Akhirnya, Zhio mungkin tidak mau lagi berteman dengan Clara.

Naomi paham, Clara tidak merasa cukup hanya dianggap sebagai “teman kecil” saja. Tapi, dia tetap harus paham kondisi. Kondisi saat ini tidak memungkinkan bahkan seorang Clara sekali pun untuk mengganggu Zhio.

Clara terdiam mendengar ucapan Naomi, jelas dirinya tidak mungkin siap dan rela kehilangan Zhio. Tidak sama sekali.

“Aku harus gimana?” tanyanya lirih.

“Perbaiki semuanya.”

Clara mengangguk lemah.

Naomi memeluk sahabatnya itu, “Gak semua harus dipaksain Ra. Ikhlasin Zhio, jadiin dia kenangan indah kamu sebagai teman kecil tanpa ada luka. Oke?” gadis itu menatap sang sahabat dengan senyum kecil.

Tidak tau sejak kapan, cairan bening itu menetes melalui pelupuk matanya. “Oke.”

Clara tidak terbiasa untuk tidak memiliki apa yang dia inginkan. Selama ini kedua orang tua gadis itu begitu memanjakannya sampai Clara lupa apa itu rasanya sakit ketika keinginan tidak tergapai.

**

Ata tertawa membaca room chat bersama kedua sahabatnya. Malam – malam seperti ini keduanya masih sangat berisik.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 30, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ZHIATAWhere stories live. Discover now