EPILOGUE

36 5 2
                                    

EPILOGUE

Happy Reading...🍫

• ^ •

7 bulan kemudian....

Cuaca sore hari ini tampak cerah. Meskipun rintik hujan sempat membasahi bumi namun sinar matahari tetap menyinari. Sinarnya pun menyorot hingga masuk ke dalam jendela kamar milik seorang cewek yang masih bergelung di dalam selimut tebal.

Fanie melenguh dan menggeliat. Ia menguap lebar dan refleks menutup mulutnya menggunakan telapak tangan. Lalu ia merasakan kasurnya bergerak landai. Sontak, ia menoleh dan seketika membeliak.

What?!” Sadar dengan siapa ia berbicara, ia pun merendahkan nadanya. Lalu mengubah posisi menjadi duduk. “Kamu ngapain ada di sini?”

Cowok yang berhasil membuatnya terkejut itu pun hanya tersenyum lebar. “Kangen, dong.”

Fanie mencibir, “Siang tadi, kan, udah ketemu.”

“Iya udah, yuk! Kita pergi ke suatu tempat.”

“Ke mana?” tanya Fanie.

“Nanti juga kamu tau,” jawabnya. Ia menarik lengan Fanie dan memperlihatkan sebuah gelang berbandul kunci kecil melingkar di tangan Fanie. “Masih ingat ini gelang apa?”

Fanie mengangguk. “Tentu saja.”

“Ayo!”

“Ke mana, Sayang?”

“Ya nanti aku kasi tau. Kamu tinggal ikut dan liat apa aja yang bakal terjadi.”

Fanie menelengkan kepala berpikir sejenak. “Oke, deh. Tapi aku mandi dulu, ya?”

“Iya, Sayang. Aku tunggu di bawah ya sama Bunda.”

Fanie mengangguk.

Banyak yang berubah selama ini. Banyak hal yang Fanie pelajari dan ia mulai memahami perasaannya. Ia menatap lekat gelang yang melingkar di lengannya. Tentu saja ia tahu akan dibawa ke mana oleh kekasihnya itu.

^^^^

Malam harinya, keduanya sudah tiba di tempat yang mereka pernah datangi sebelumnya. Namun, kali ini Fanie dibuat takjub ketika melihat tempat ini yang terang benderang didominasi dengan lampu terang berwarna merah. Serta ornamen lainnya yang berbentuk hati.

Fanie berdecak kagum. Ia meneliti lebih lanjut dan melangkah lebih jauh. Di ujung sana terdapat meja kecil. Tidak ada tumpukan kertas seperti waktu itu. Hanya tergeletak sebuah lilin yang menyala di atas gelas kaca.

“Sayang, mana gelang punyamu?”

Fanie berbalik. Ia pun memperlihatkan gelang itu dan melepaskannya. Fanie tersenyum lebar.

“Duduk di situ, yuk!” ajaknya seraya melenggang pergi dan menarik lengan Fanie.

Keduanya pun duduk. Saling tatap satu sama lain. Di hadapannya ada dua buah kotak kecil yang masih terkunci. Lalu, gerakan tangan keduanya pun saling membuka kotak kecil itu secara bersamaan.

“Punyamu dulu, Sayang,” ucapnya. Fanie pun mengangguk. “Bacain, ya, aku pengin denger.”

“Iya.”

Kepada langit yang bertabur bintang dan dihiasi gemerlap binar semburan petasan.

Bisakah aku meyakinkan diriku sendiri untuk percaya bahwa cinta itu ada?

Bisakah aku melakukan apa pun yang hati nuraniku katakan?

Bisakah aku memahami arti menyayangi yang sesungguhnya?

Semesta, aku menginginkan rasa yang tidak akan berakhir kecewa. Dari mana aku mendapatkannya?

Semesta, aku ingin jawabannya ketika aku membacanya ulang.

I hope you! :)

Rabu, 01 Januari 2020. 02:25 a.m.

Fanie mengembuskan napas lega. Ia tersenyum lebar menatap cowok yang ada di hadapannya. “Kayaknya nyaris terkabulkan semua!” serunya.

“Kok nyaris?”

“Karena aku masih belum tau akan berakhir kayak gimana sama kamu. Bisa jadi kayak yang udah-udah.”

“Optimis, dong.”

Fanie mengangguk semangat. “Sekarang giliran punyamu.”

“Iya, Sayang!”

“Cepetan buka!”

Layaknya langit malam yang gelap seolah mengaramkan.

Yang kutahu, aku ingin mencintainya.

Yang selalu kutahu, aku mulai menyayanginya.

Yang akan selalu kutahu, aku berawal menganggapnya musuh.

Semesta, bagaimana kalau dia menjadi milikku?

Semesta, aku tidak berani menjanjikan apa-apa. Namun, bolehkah? Bisakah?

I love her:( baby!

01st Jan 2020
Tn. ALKANA

“Tuan Alkana, huh?” cibir Fanie. “By the way, siapa ‘dia’ yang kamu maksud?” ucapnya menekankan kata dia.

“Kamu.”

“Kamu?”

“Ya. Stefanie Aquilalkana.”

“Hah?” Fanie melongo. “Kamu ngomong apa, sih?”

I love you,” sahutnya tenang, “more.”

“Vino,” panggil Fanie seraya meraih tangannya dan menggenggamnya. “I love you too.”

Vino tersenyum lebar.

“Aku minta tolong.” Vino menatap Fanie lekat. “Tolong, jangan pergi meskipun seandainya ada cowok kayak Quilo lagi di dunia ini.”

“Aku minta tolong sama kamu, Stefanie.”

Fanie mengangguk. “Iya, Alvino.”




Ini beneran di penghujung cerita, gaes. Sekali lagi makasi banyak❤. I love you so much.

Enggak ada sekuel :)

• ^ •

Love you💛

Thursday, 28th May 2020

[SHS 2] - ANNI(Ad)VERSARY ME!Where stories live. Discover now