Emperess 1

461 64 3
                                    

Pagi itu pelabuhan kapal nampak begitu ramai. Banyak kapal- kapal dari Korea yang mendarat, membawa para pedagang rempah-rempah maupun persenjataan untuk diperjual belikan di ibu kota. Selain itu, banyak pula para pendatang baru dari daerah lain yang ingin mengadu nasib di sana. Begitu pun dengan sosok yang baru saja menurunkan kuda hitamnya dari atas kapal.

Sosok itu memandang sekilas, menyisirkan matanya kesegala keramaian. Banyak yang berubah. Itulah kesan pertama yang ada di kepala sosok bercadar biru.

"Mulai hari ini, kita akan berpetualang di Chouhan, Yeontan." Katanya mengelus sang kuda, lalu menariknya menjauhi pelabuhan.

Sosok bertopi hitam yang hampir menutupi seluruh wajah itu kemudian menyeringai,melihat suasana pasar sambil menunggang kudanya. Sudah berapa lama ia meninggalkan tempat ini? Karena yang ia sadari, pasar yang selalu ramai di Chouhan ini mengalami banyak perubahan. Tepatnya, lebih banyak pedagang yang berjualan.

Melihat sesuatu yang menarik matanya, sontak sosok itu pun menarik tali kendali kudanya agar berhenti. Turun dari kuda, ia membuka topinya seraya meraih benda yang menarik minatnya.

"Saya ambil yang ini." Katanya meraih sebuah gelang perak

"Sepuluh Won, Nona." Penjual itu membalas. Won adalah mata uang berlaku di dari Dinasti terdahulu hingga sekarang. Namun selain dengan uang, perak dan emas bisa menjadi metode untuk pembayaran.

Ia membayar lalu kembali lanjutkan langkah kalinya tanpa menunggang kuda.

"Minggir kalian semuall" Seruan bernada keras itu membuat banyak orang bergerak mundur, memberikan jalan dengan lapang.

Sementara sosok yang berdiri di samping kuda tetap bergeming. Menatap rombongan berkuda di depannya dengan tidak suka. Sam hal yang paling tidak ia sukai, yaitu ketika seseorang bertingkah seolah penguasa dan memanfaatkan rakyat jelata.

"Minggirlah, Nona. Jika tidak, Anda akan mendapat masalah." Seseorang memperingati, namun diabaikan begitu saja. Ia justru melipat kedua tangannya dengan menentang.

Adanya yang menghalangi jalannya, rombongan berkuda itupun berhenti. Sang ketua menatap geram, berikut dengan para pengikutnya. Perempuan bercadar itu sendiri hanya menakan alisnya, menilai wajah sosok sang ketua yang entah kenapa tidak terasa asing baginya. Ia merasa kenal, hanya saja ia lupa siapa sosok tersebut?

"Kau ingin mati, eh?" Salah seorang dari mereka bersuara.

"Cepat minggir!"

"Kalau aku tidak mau minggir, lalu kau mau apa?"

Orang-orang disekitarnya kontan saling berbisik akan keberanian perempuan itu. Mereka pun meyakini kalau perempuan itu pasti akan langsung mati.

"Singkirkan dia" Sang ketua memerintah yang langsung membuat anak buahnya mengacungkan pedangnya.

Seringaian pun tercetak miring di bibir perempuan bercadar tersebut sebelum menarik pedangnya untuk menangkis serangan demi serangan dengan mudah. Tidak ada yang sulit baginya untuk menghadapi orang-orang bodoh ini, karena dengan sekali tendangan dan pukulan, lawannya pun sudah terjatuh setelah pedangnya menghubus mereka semua dengan satu persatu.

Semua orang yang melihat adegan pergulatan itupun kontan dibuat terkesima akan kemampuan sang perempuan bercadar biru.

Crassss!

Hunusan terakhir itu berhasil menancap tepat didada lawannya dengan mudah. Ia pun menghela napasnya, melihat korbannya berjatuhan tak berdaya sambil melipat kedua tangan di dada.

Sementara Sang Ketua yang masih di atas kuda itu mengeraskan rahang sebelum turun dengan tatapan marah. Ia menyeringai, menatap perempuan itu dari kepala hingga ujung rambutnya. Menilai sosok itu dengan teliti. Dari gaya serta teknik yang sang perempuan kuasai, pria itu tahu kalau dia bukan rakyat asli Chouhan. Tapi dia salah satu dari orang- orang Zhen.

The Emperess  || (GS) KookjinWhere stories live. Discover now