Epilog

3.2K 256 99
                                    

Mane ni pasukan gercep ni..
ketawan gabut nya wkwkw

Monggo... di persilakan menjemput hepi ending sesuai lagu yg diatas wkwkwk









*Flaaaaaaashback

Jeongyeon POV

Saat bangun dari tidurku, aku menatap wajah tenang nayeon. Perlahan aku bangun dari tidurku agar tak membangunkannya. Aku mengecup keningnya sebelum beranjak berdiri.

Aku telah menyiapkan surat untuknya sejak beberapa hari yang lalu. Aku pun menaruh surat itu di meja bersama dengan sekuntum mawar. Setelah itu, aku kembali menatap figur nayeon yang sedang tertidur.

"Annyeong, selamat tinggal. Aku mencintai mu" ucapku sebelum pergi keluar dari kamar dan meninggalkan dorm.

Saat ini masih sangat pagi, aku menatap jam tanganku yang menunjukan jam setengah 6. Dari pada naik bus, aku lebih memilih berjalan kaki untuk pergi ke rumah itu. Aku berjalan perlahan sambil menikmati udara pagi yang sejuk. Jalanan pun tak begitu ramai, hanya beberapa anak sekolah yang lewat.

Aku berhenti sejenak saat melewati taman kota. Aku duduk di sebuah bangku disitu. Sangat sejuk dan menenangkan duduk disitu. Aku memejamkan mataku perlahan dan kembali mengingat segala hal yang telah aku lakukan di kehidupanku yang kedua ini. Aku kembali mengingat bagaimana awal pertama aku menjalani semua ini, aku kembali teringat kehidupanku di london, dan aku kembali teringat nayeon unnie. Walaupun aku sudah memintanya untuk tak menangis, mungkin ia akan sangat sedih saat terbangun nanti.

Setelah beberapa jam berada di taman, aku memutuskan melanjutkan perjalananku. Tak memakan waktu lama, aku pun telah berada didepan rumah itu. Rumah yang menjadi tempat pertama kali aku bangun dan memulai semua ini. Tempat dimana semuanya dimulai, dan sekarang aku datang untuk mengakhirinya.

Aku mengela nafas pelan lalu masuk ke dalam rumah itu. Aku mengetuk pintunya dan benar saja, kakek itu membukakan pintunya untukku.

"Kau datang pagi rupanya" ucap kakek itu.

"Annyeonghaseyo.." sapa ku sambil membungkuk padanya.

"Masuklah jeongyeon.." ucap kakek itu.

Aku pun masuk ke dalam rumah itu. Rumah itu terlihat masih sama seperti saat terakhir aku disini. Akupun berjalan perlahan sambil mengamati ruangan yang ada dirumah itu.

"Duduklah dulu, aku akan membuatkan teh." ucap kakek itu.

"Ne." balas ku sambil mendudukan diriku di sofa yang ada diruang tamu.

Tak lama, kakek itu datang dan membawa nampan berisi 2 gelas teh hangat.

"Minumlah." ucap kakek itu sambil duduk di sofa yang ada di sampingku.

"Ne, terima kasih kakek.." balasku sambil mulai meminum teh yang ia berikan. Rasa tehnya sangat berbeda dari teh yang biasa aku minum. Aku belum pernah meminum teh seenak ini. Teh ini membuat diriku menjadi lebih tenang dari sebelumnya.

"Enak kan?" tanya kakek itu padaku.

"I-ini sangat enak.." balas ku tak percaya.

"Kau sudah menyelesaikan semuanya rupanya." ucap kakek itu sambil menatap ku.

"Iya, aku sudah mengetahui segalanya. Terima kasih telah memberiku kesempatan hidup di tubuh ini." ucap ku tulus

"Yang memberikan kesempatan itu bukan aku. Aku hanya bertugas mengawasimu dari jauh." balas kakek itu yang membuatku bingung

"Ne?" tanya ku

"Setiap tahun, ada satu jiwa yang diberikan kesempatan hidup untuk kedua kalinya. Dan kau adalah salah satunya." ucap kakek itu menjelaskan

Another LifeWhere stories live. Discover now