14- Painful silence

Start from the beginning
                                    

Iris itu tetap menahannya yang bahkan telah memerah, penuh, dan telah siap untuk tumpah dan mengalir. Hyerim, berjalan menuju pintu, menemukan sosok Sora—ibu Taehyung yang terduduk di kursi kayu ruang tengah.

"Hyerim, kau dari luar nak?" Tanya Sora sambil melepas kacamata tuanya. Wanita paruh baya itu kini tengah menyibukkan dirinya dengan membaca beberapa buku resep makanan tradisional.

"Iya eomma." ucap Hyerim mengesampingkan remang sesak di dadanya. Mencoba tersenyum setulus mungkin, menyembunyikan kecambuknya dalam diam.

"Baiklah eomma, Hyerim akan ke atas sekarang untuk tidur. " sahut Hyerim lantas dibalas anggukan gamblang oleh Sora. Namun pada dasarnya Sora tahu, ada hal yang berbeda yang ia tangkap dari manik Hyerim.

Tak lama kemudian, terdengarlah langkah kaki yang terburu-buru, menapakkan kakinya menuju teras rumah lantas membuka pintunya asal dan langsung menutupnya. Membuat Sora menoleh, dan mengalihkan atensinya pada Taehyung.

"Astaga Taehyung, kenapa terburu-buru begitu?" Tanya Sora, Taehyung lantas mendekat kepadanya.

"Tidak apa-apa eomma." Jawab Taehyung sebelum berjalan menaiki tangga bergegas ke kamarnya. Setidaknya, jika Hyerim malam ini tidur bersama Nara—seperti kemarin wanita itu pasti akan mengambil beberapa barangnya. Salah satunya ponsel, atau mencuci mukanya terlebih dahulu.

Pria itu membuka pintu kamarnya dengan napas terengah-enggah. Manik jelaganya mengedarkan pandangannya ke seluruh ruang. Tak ada Hyerim, hanya ada suara gemercik air di kamar mandinya di sudut kiri ruang.

Hyerim kini menatap kaca yang memberikan pantulan wajahnya. Wajahnya telah sembab, bahkan ia telah berulang kali membilasnya. Sialan, kenapa masih ada bekasnya. Ayolah Hyerim, bersikaplah sewajarnya dan buang rasa sensitifmu itu. Taehyung pasti akan menjelaskannya, ia harus percaya itu. Namun lagi dan lagi cairan bening itu keluar tanpa di minta. Terlalu nyeri jika Hyerim ingat bagaimana Taehyung selalu memutar topik ketika ia bertanya lebih jauh tentang Seoyung, ataupun ketika sebuah kejanggalan itu muncul. Sungguh, sesak sekali. Ia hanya ingin menjalani sebuah hubungan dengan saling terbuka, bukan seperti ini.

Hyerim keluar dari kamar mandi saat di rasa dirinya telah sedikit membaik. Terkejut, saat menemukan kehadiran Taehyung terduduk di tepi ranjang sambil menunduk, bahkan tangan besarnya bergerak cemas.

"Hyerim-ah." Husky itu berucap lantas bangkit dari duduknya dan mendekat menuju Hyerim yang masih berada di ujung pintu.

"Hye, maaf, Akan aku jelaskan." ucap Taehyung lantas mengambil salah satu jemari Hyerim, menggenggamnya erat. Mempertemukan tangannya yang lebih dingin karena terlalu lama berada di luar, dan jemari Hyerim yang perlahan menghangat.

"Tidak apa-apa Tae, mungkin aku saja yang terlalu sensitif. " tutur Hyerim lantas tersenyum dan melepas tangan Taehyung yang menggenggamnya. Kemudian mengambil ponselnya di nakas, bersiap untuk keluar dari kamar Taehyung dan tidur bersama Nara. Taehyung hanya terdiam, saat Hyerim melepas tangannya. Sungguh, itu pertama kalinya wanitanya menolak afeksi yang ia berikan. Pria itu lantas merasakan gelenyar aneh yang berusaha Hyerim tutupi darinya.

Belum sempat Hyerim meraih knop pintu, tiba-tiba saja sebuah lengan kekar itu sukses melingkar di pinggang rampingnya. Dagu pria itu telah berada di ceruknya pun perlahan deru napas Taehyung mulai ia rasakan menggelitik lapisan kulitnya.

"Jangan pergi."

"Aku tak apa, jika kau memintaku menjelaskannya. Jangan seperti ini Hye, jangan berusaha membuat dirimu kuat." ucap Taehyung lantas mempererat rengkuhannya pada pinggang Hyerim. Sesekali menghirup aroma rosemary yang wanita itu pakai. Sangat harum—Taehyung candu dengan baunya.

Tak lama kemudian terdengarlah isakan yang Taehyung yakini itu isakan Hyerim. Begitu menyayatnya hingga ke ulu hati. Isakannya penuh dengan sesak dan luka. Astaga, rasa-rasanya Taehyung berdosa sekali, membiarkan wanitanya menangis serapuh ini.

"Ingatlah Tae, berpura-pura tegar itu terkadang juga melelahkan. " ucap Hyerim disela air matanya kembali jatuh. Mengatur degupnya yang sedari tadi ikut membuatnya semakin kacau. Bagaimana tidak, jika punggungnya begitu dekat dan nyaris bersiborok sepenuhnya.

"Maafkan aku, " hanya kata itu yang dapat Taehyung ucapkan saat ini. Terlalu kelu untuk menjelaskan, seakan dirinya telah terjatuh duluan dari tebing yang curam sebelum ia berniat melompat.

"Aku tak apa jika kau bercerita. Aku tidak akan marah padamu, Percayalah itu. " sahut Hyerim lantas menyeka air matanya. Berusaha menguatkan hatinya dan memberikan kesempatan untuk Taehyung menjelaskannya.

"Hubungan akan lebih hangat dan kuat jika kita mau berterus terang Tae, menceritakan semua hal janggal yang ada. Selama ini aku hanya diam, tapi tidak berarti aku tak tau." Jelas Hyerim yang membuat Taehyung semakin di hadang rasa bersalah. Prinsipnya selama ini mengira bahwa tak perlu menjelaskan semua-cukup garis besarnya saja. Namun nyatanya Hyerim tak semudah itu, seolah akan terus menyelami hingga ia menemukan apa yang dirinya cari. Memang Hyerim berbeda. Taehyung benar-benar tak bisa berekspetasi kelewat mudah seperti ini.

Taehyung membalikkan tubuh Hyerim, menatap wajah sendu itu. Kemudian menyeka air mata yang tersisa di kedua pipi putih Hyerim.

"Iya, aku berjanji akan menceritakan semuanya padamu." ucap Taehyung lantas tersenyum singkat, sebelum mengusap rambut Hyerim penuh afeksi. Sedetik kemudian Taehyung membawa tubuh Hyerim lebih dekat dengannya-memeluknya erat lalu membawa kepalanya berada di atas kepala Hyerim dan mencium surai coklat itu.

"Dia yang memelukku sayang, aku bahkan tak pernah berniat melakukan itu." Jelas Taehyung lantas sesekali mengusap punggung Hyerim.

"Kenapa tidak menolaknya?" tanya Hyerim dengan nada lesu, lantas berniat melonggarkan pelukan Taehyung dan berniat melihat wajahnya. Namun, agaknya Taehyung tak menyetujui rencananya dengan mudah.

" Aku juga akan melepaskan pelukan paksa itu, namun kau lebih dulu datang membuatku terkejut. " Tambah Taehyung kemudian memejamkan kedua netranya. Astaga, hangat sekali. Ia jadi ingin ini tak akan berakhir dengan cepat.

"Baiklah, itu cukup untukku."

"Maafkan aku, telah membuatmu bersalah." Tambah Hyerim saat mendapati raut khawatir pada sorot mata Taehyung.

"Tidak sayang, tidak. "

Agaknya Taehyung tak pernah main-main dengan ucapannya. Sama halnya dengan saat ini, setelah mengurai pelukannya dengan Hyerim, pria itu mengajak Hyerim melihat film yang ada di televisi malam ini. Lantas berakhir tertidur dan berbaring di sofa coklat itu dengan tangan kiri Taehyung sebagai sandaran kepala Hyerim.

Pria itu kini mengelus surai Hyerim—menatapnya lekat. Taehyung belum menemui kantuknya, terhitung dengan jarum jam yang telah menunjukkan pukul satu dini hari lebih beberapa menit. Memikirkan rencana gila ayah Seoyung yang berakhir melibatkannya.

Gila saja, sungguh Seoyung sangat gila.

Taehyung sedikit menunduk, melihat tangan Hyerim yang memeluk punggungnya erat. Taehyung suka-suka sekali. Lalu mencium kening Hyerim sesaat. Lantas berucap,

"Aku mencintaimu Hye, sangat cinta. Dan ku harap, kau masih bisa memaafkanku."

[ ]

Remembrance ✔️Where stories live. Discover now