TQ | 06. Bersenang-senang

2.1K 26 1
                                    

“Kamu tidak mau berciuman dengan wanita sepertiku? Bukankah aku sekarang kekasihmu?”

Jay menggelengkan kepala seketika. “Bukan begitu, aku mau. Aku tidak akan menolaknya. Hanya saja, apa iya harus sejauh itu?”

“Meski kontrak, kita adalah pasangan. Bukankah tidak masalah pasangan berciuman?” Abi tidak melepaskan tatapan matanya sama sekali. Wajah Jay saat ini terlalu manis di lewatkan. Telinganya yang memerah, tatapan matanya yang gugup. Menggambarkan bagaimana polosnya pria itu di balik wajah tampan dan tubuh besarnya.

Jay kembali menganggukkan kepala. “Tentu saja.” Tidak ada kata lain yang bisa dia berikan saat ini. Dia terlalu canggung, untuk membalas tatapan mata Abi.

Gambaran tentang dirinya selama ini, yang berusaha dia bangun untuk memberi kesan menakutkan pada semua orang, runtuh hanya karena ucapan dan juga tatapan Abi yang berani.

“Apa kamu selalu bicara selugas itu?”

Abi mengangguk. “Ya, aku tidak suka berpura-pura. Sekalipun dalam pekerjaan, aku hampir tidak pernah berbohong.”

Jay tersenyum. “Boleh aku tahu berapa persentase dari kata ‘hampir’ yang kamu katakan?”

Abi tersenyum. “Kenapa tersenyum? Kamu tidak percaya padaku? Aku sungguh-sungguh. Aku tidak pernah menjelaskan apa pun tentangku pada mereka, itu bukan kebohongan kan?”

 Jay tersenyum tipis. “Ya baiklah.”

“Aku tidak berbohong. Tidak satu pun dari mereka bertanya tentang aku, apa kesukaanku, apa mauku. Bahkan mereka tidak berusaha menyenangkanku. Bagi pria kaya, ada wanita muda dan cantik bersamanya tidak lebih dari sebuah piala kesombongan.” Abi meneruskan ceritanya. “Bahkan, mereka tidak pernah bertanya padaku apakah aku mau mereka cium, atau aku suka ciuman yang seperti apa.”

Jay menelan salivanya. Jujur saja, dia tidak siap  mendengar semua cerita itu. “Kamu tidak perlu menceritakan semuanya padaku jika kamu tidak nyaman.”

Abi mendekatkan wajahnya lagi pada Jay. “Kenapa? Kamu tidak nyaman mendengar ceritaku? Jika iya, tidak perlu menuduhku yang tidak nyaman. Anehnya aku sangat nyaman bicara denganmu. Mungkin karena kini kita kekasih, atau karena kau telah menjanjikanku 150 milyar?”

“Kini kau benar-benar membuatku tidak nyaman.”

Abi tersenyum dan menjauhkan tubuhnya. Dia menatap ke arah depan. “Persimpangan depan, belok ke kiri. Di ujung jalan kita akan bersenang-senang.”

Jay menurut, dia melihat ada persimpangan dan berbelok sesuai dengan apa yang Abi perintahkan.

Pembicaraan ringan dan tawa kecil mengiringi perjalanan mereka malam itu. Hingga akhirnya, mobil berhenti dan Jay menatap Abi. “Kamu serius?”

Abi menganggukkan kepala sambil melepaskan sabuk pengamannya. “Ayo turun dan berkencan. Sebaiknya kita makan dulu, aku sangat lapar.” Abi turun meninggalkan Jay yang segera melepaskan sabuk pengamannya lalu ikut Abi. Meninggalkan mobilnya di area parkir dan masuk ke kawasan pasar malam di depan matanya.

Abi menggenggam tangan Jay, begitu juga dengan Jay. Jay menatap sekeliling dan sesekali tersenyum.

“Aku tebak, ini pertama kalInya kamu mendatangi pasar malam?”

Jay mengangguk dengan cepat lalu menatap Abi. “Apa tempat ini selalu ramai dan penuh seperti ini?”

Abi mengangguk. “Ini adalah tempat bersenang-senang bagi mereka yang tidak sekaya kamu.”

“Tempat ini mengagumkan.” Jay kembali mengamati sekitarnya, sekelompok anak tertawa bersama, ada juga yang datang bersama keluarga, dan yang berkencan seperti mereka. Jay terus melangkah mengikuti langkah Abi yang membawanya ke sebuah kedai kecil.

THE QUEEN (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang