Chapter Five - Pertama

365 21 5
                                    

-Calantha's Pov-

'Menurutku, kau lebih cantik jika dibanding dengan Taylor Swift.'

Tak sadar seketika saja wajahku memerah. Lagi, ia berhasil membuatku tersenyum - senyum sendiri.

Tidak, Calantha. Ia hanya memujimu cantik, tidak lebih. Kuyakin itu hanyalah pujian untuk teman. Dan kau bisa memuji siapapun cantik, tidak harus menyukainya juga.

Belum sempat kubalas pesan dari Zayn sebelumnya, kini Zayn sudah mengirim pesan baru lagi.

'Tapi, bukan berarti aku menyukaimu lebih dari teman, Cal.'

Lihat? Itu bukan berarti apa - apa. Lagipula bisa saja ia memujiku cantik hanya untuk menghindar agar ia tidak dibilang penggemar Taylor Swift.

Tapi, memangnya mengapa juga jika ia adalah penggemar Taylor Swift?

'Ya, ya. Aku tau. Aku bisa membedakannya. Sudahlah, sekarang aku akan mengerjakan PR - PR menyebalkan itu. Kau juga bukan?'

'Yeah, okay. Tapi jika saja ada soal yang tidak kumengerti, aku akan bertanya padamu. Okay?'

'Okay.' Jawabku singkat.

***

Ini sudah nyaris tengah malam, dan aku belum selesai mengerjakan PR matematika ini.

Ugh, Zayn masih terbangun tidak ya?

Kalau saja ia masih terbangun, kemungkinan saja ia sudah mengantuk, dan jika saja aku mengirimnya pesan, kemungkinan ia akan menjawabnya dengan kata - kata yang super singkat.

Aku sedang menatapi layar ponselku, berpikir apa aku bertanya pada Zayn atau tidak.

Namun sejurus kemudian saja ponselku bergetar bertanda ada pesan masuk. Aku mendapati tulisan Zayn terpampang di layar ponselku.

Bagus.

Aku tidak harus memulainya.

'Kau sudah tidur?'

'Belum. Aku belum menyelesaikan PR matematika sialan ini.'

'Sama denganku! Ya Tuhan, kukira hanya diriku saja yang belum menyelesaikannya.' Aku tergelak membaca pesan darinya.

'Aku sudah memutar otakku berulang kali, aku bahkan tidak bisa menghitungnya. Tapi, aku tetap tidak menemukan jawaban yang tepat.'

'Jangankan jawaban yang tepat, Cal. Cara mengerjakan rumusnya saja aku tidak mengerti. Demi Tuhan, aku tidak tahan.' Lagi, aku tergelak karnanya.

'Memangnya nomor berapa saja yang belum kau kerjakan?'

'3, 9, 15. Ketiga nomor itu membuatku gila.'

Entah, ini sudah keberapa kalinya Zayn berhasil membuatku tertawa. Ternyata ia mempunyai selera humor yang cukup bagus. Padahal awalnya kukira ia bahkan tidak bisa tertawa. Jangan salahkan diriku, wajahnya memang datar dan tidak berekspresi kok.

Aku mengirimkannya sebuah foto yang berisi jawaban nomor 3, 9, dan 15.

'Kau tau nomor 8?' Tanyaku balik.

'Yaampun, akhirnya terimakasih Cal. Ya, tunggu sebentar.' Aku tersenyum membaca pesan darinya.

Sekitar 2 menit kemudian ponselku bergetar dan aku mendapati pesan dari Zayn. Ia benar mengirimiku jawaban nomor 8.

'Sudah? Kau hanya tidak tau nomor 8?'

'Yaa, begitulah.'

'Damn, kau belajar setiap hari atau bagaimana?' Lagi aku tersenyum karnanya.

"Close Friend" (Zayn Malik Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang