keputusan

14 1 0
                                    

Ketika aku sedang sarapan bersama Arya dan beberapa pegawaiku tiba² ponselku berdering dan ternyata yg menelpon itu Arhan.

"Hai..." suara Tya.

"Iya ada apa" kataku datar.

"Kamu pasti kagetkan, oiya langsung aja deh... aku mau menyampaikan kata Arhan dia sudah memutuskan untuk bersama siapa, jadi kamu datang ya kerumah Arhan... sekarang juga" katanya senang.

"Baiklah" kataku lalu memutuskan telponnya karna tidak ingin lama² berurusan dengannya.

"Apa aku bisa titip Arya sebentar...??" Kataku.

"Tentu saja, memang kamu mau kemana sih" kata salah satu pegawaiku.

"Ada urusan" kataku lalu berdiri.

"Apa ada masalah...?" Katanya cemas.

"Gak kok, aku pergi dulu ya" kataku seraya mencium Arya lalu pergi.

"Hati²" katanya setengah berteriak sambil menggendong Arya yg menangis ingin ikut denganku. Aku pun mengangguk seraya tersenyum lalu naik bajai.

----------

"Ngapain kamu cuma bengong didepan pintu...?? Takut...??" Kata Tya sambil tersenyum mengagetkanku yg sedang terpaku didepan pintu.

"Arshu... ayo masuk, maaf ya jadi kamu yg harus datang kesini" kata Arhan baru muncul. Aku lalu masuk dan duduk diruang tamu.

"Ayo Arhan katakan sama dia" kata Tya tersenyum puas.

"Maaf Arshu... ini memang gak adil buat kamu, tapi aku... aku sudah memutuskan akan menikahi Tya secepatnya... maaf..." kata Arhan ragu.

Hening....

"Baiklah..." kataku mencoba tersenyum lalu bangkit.

"Huh.... sekarang kamu udah dengerkan apa kata Arhan..?? Apa kataku... makanya jangan berani² nantang aku..." bisik Tya yg duduk disampingku.

"klo begitu aku permisi untuk mengambil barang²ku yg masih ada disini" kataku lagi.

"Jangan... ini rumah kamu, akulah yg akan pergi dari sini" kata Arhan menahanku.

"Gak, inikan rumah pembelian kamu... kenapa mau dikasih ke dia, enak aja..." kata Tya tidak terima.

"Tya hentikan..." kata Arhan kesal.

"Maaf... Arhan, tapi aku tidak bisa tinggal disini..." kataku lalu masuk kamar.

"Arhan" kata Tya menahan tangan Arhan yg ingin menyusulku.

"Tya" kata Arhan melepaskan tangannya lalu masuk kekamar dan menutup pintunya.

"Arhan... kamu ngapain disini" kataku kaget.

"Arshu... tolong jangan pergi dari rumah ini, ini rumah kamu..." katanya menahan tanganku.

"Maaf Arhan... aku tidak bisa menerima rumah ini" kataku melepaskan tangannya dan kembali membereskan barang²ku kedalam dus.

"Tapi Arshu..."

"Tolong jangan paksa aku" kataku berusaha agar tidak menangis.

"Sekali lagi maaf aku sudah membuat keputusan yg tidak adil buat kamu" katanya menunduk.

"Sudahlah... akukan udah bilang, apapun keputusan kamu aku akan menerimanya" kataku seraya mengusap lengannya sambil tersenyum.

"Makasih... maaf aku tidak bisa memberikan alasannya" katanya menatapku. Aku mengangguk lalu kembali membereskan barang²ku.

"Aku bantu ya" katanya lalu ikut membantu.

"Inikan... kamu masih menyimpannya..? Aku pikir sudah tidak ada lagi" katanya tersenyum sambil memegang kotak musik pemberiannya.

"Iya... aku sangat menyukainya" kataku lalu mengambilnya.

"Apa ini gelang kaki yg waktu itu...??" Katanya menatap kotak perhiasan yg berisi gelang kaki pemberiannya waktu ulang tahun anniversary kami.

"Iya" kataku lalu kembali membereskan yg lainnya.

Dia lalu menaruhnya dan membereskan perhiasanku yg lainnya.
Dia juga menemukan anting pemberiannya waktu ultahku yg ke19.

"Sudahlah, biar aku saja yg membereskan semuanya" kataku mengambil alih perhiasan yg lagi dia pegang.

"Maaf..." katanya lalu memelukku.

"Aku sudah selesai. Terima kasih atas semuanya selama ini" kataku melepaskan pelukannya lalu mengangkat 2dus yg berisi barang²ku dan membawanya keluar.

"Kamu gak bawa apapun kan dari rumah ini" kata Tya yg lagi duduk.

"Tya... jaga ucapan kamu" kata Arhan kesal.

"Ayo biarku antar..." kata Arhan lagi ingin mengambil dus yg kubawa.

"Gak usah, makasih... aku bisa pakai taxi" kataku menghindar agar dia tidak mengambil dus yg kubawa.

"Tapi kamu gak boleh bawa barang yg berat², sudah biar aku aja" katanya menarik dus itu kearahnya.

"Aku bilang gak usah" kataku kembali menariknya kearahku.

"Udahlah Arhan ngapain kamu repot² bantuin dia" kata Tya lalu menarik lengan Arhan hingga membuat 1dus yg kubawa jatuh dan terdengar seperti suara pecahan.

Aku pun dengan cepat melihat isi dus itu, dan ternyata yg pecah itu adalah kotak musik pemberian Arhan.

"Tya...!! Apa yg kamu lakukan, kenapa kamu slalu ikut campur sih" marah Arhan.

"Kamu kenapa belain dia trus sih, lagian juga yg pecahkan cuma kotak musik biasa" kata Tya kesal.

"Kotak musik biasa kamu bilang...??!!" Kataku geram lalu berdiri.

Plakk.

"Beraninya kamu menamparku...!!" Katanya sambil memegang pipinya yg baru saja ku tampar lalu juga ingin menamparku balik. Tapi sempat kutahan.

"Iya memangnya kenapa...!!! aku sudah berusaha sabar ya selama ini, dan apa kamu bilang tadi... kotak musik biasa..?? Klo kamu tidak bisa menghargai sesuatu setidaknya kamu bisa diam aja kan...??!!!" Kataku menghentakkan tangannya sambil menatapnya tajam. Sedangkan Arhan hanya mematung menyaksikan semua yg terjadi. Aku pun segera membereskan barang² ku lalu pergi.


*********






BABY ARYAWo Geschichten leben. Entdecke jetzt