Gayatri kemudian mengusap wajahnya kasar. Wajahnya mendongak sambil mendengus keras. "How can?"

Tak tinggal diam, Gayatri langsung mencari data lain. Gadis itu langsung menelusuri jejak pendidikan pria tersebut dengan cepat sembari menyendokkan nasi goreng ke mulutnya. Sedangkan Meta hanya bisa menggeleng melihat Gayatri yang begitu semangat bekerja seperti ini.

"Salah satu universitas teknik di Munchen?" Gumam Gayatri saking tidak percayanya. Ia merasa tak asing dengan salah satu universitas terbaik di Jerman itu.

Matanya memejam sebentar. Lantas secara reflek juga Gayatri memijit pangkal hidungnya. Merasa jika hari ini sangat penat. Bukan hanya secara fisik, termasuk mental, batin dan pikiran ikut tereksploitasi.

Merasa lelah, Gayatri memakan nasi gorengnya kembali dan menatap Meta yang juga menatapnya penasaran. "Kayaknya otak gue mulai eror deh."

"Mungkin nggak kalau orang bangsawan terlibat narkoba?" Tanya Gayatri tiba-tiba pada Meta.

Meta mengerutkan dahinya dalam. Tak ayal ia tetap menjawab, "Nggak ada yang nggak mungkin Ya." Gayatri langsung menghembuskan nafasnya pelan ketika mendengar jawaban Meta.

"Besok ikut gue ya Ta. Ada misi penting."

*****

"Pak, es kelapa mudanya dua." Setelah itu, Gayatri mendekat ke Meta yang sudah duduk manis di warung es dekat jalan raya itu.

"Lo yakin Ya?" Tanya Meta lagi. Mereka berdua tengah duduk di warung es kelapa muda dekat salah satu perusahaan berskala besar di Jakarta.

"Makasih pak." Ucap Gayatri begitu pesanan mereka datang.

"Hmm."

"Kita mau cari siapa sih emangnya?" Tanya Meta dengan nada lirih dan juga penasaran.

"Ada lah. Yang penting kita disini dulu. Jangan sampai bikin orang curiga sama kita." Ucap Gayatri pelan. Matanya masih awas di sekitaran sana. Sementara dirinya masih fokus menyedot es kelapa muda. Panas-panas begini memang cocok minum es kelapa muda.

Kemudian Gayatri agak melongok ketika mobil jenis hummer keluar dari gedung megah di depannya. Gadis itu langsung beranjak dan membayar semua pesanannya tadi dengan cepat.

"Mbak ini uangnya kebanyakan, nggak ada kembaliannya." Ucap penjual es kepala muda itu. Gayatri memberinya uang seratus ribu.

"Ambil aja kembaliannya ya pak. Makasih." Tanpa berucap lagi, Gayatri menyeret Meta yang masih menyedot sisa-sisa air kelapa dengan penuh perasaan. Setiap tetesnya sangat berharga bagi gadis pemburu gratisan itu. Sedangkan bapak penjual kelapa itu langsung mengucapkan terima kasih walaupun Gayatri tak mendengar.

"Njir gue baru minum Gayatri. Ah lu emang gaada akhlak!" Gerutu gadis itu. Sementara Gayatri sudah menyodorkan helm ke Meta.

"Cepet dipakai. Gue nggak mau kehilangan jejak."
Dengan cepat Gayatri dan Meta menyusul mobil hitam tersebut. Gayatri sudah hafal dengan plat nomor mobil tersebut sehingga bisa memilih banyaknya mobil di jalanan.

Meta tak bertanya lebih. Saat ini Gayatri sedang fokus dengan pekerjaannya. Dirinya hanya menemani gadis itu demi suksesnya kasus yang Gayatri pegang.

Gayatri mengendarai motornya dengan cepat. Gadis mampu menyalip di antara padatnya kendaraan. Gadis itu sebisa mungkin mengimbangi jenis mobil sport tersebut.

Sampai pada akhirnya mereka sampai disebuah rumah sakit di daerah Jakarta Selatan. Gayatri langsung membanting stir motor untuk menepi ke kiri jalan. Matanya masih awas menatap mobil yang berhenti di depan rumah sakit tersebut. Lantas mata Gayatri menatap plang rumah sakit tersebut. Gadis itu agak tersentak ketika rumah sakit tersebut tak terasa asing di telinganya. Gadis itu baru saja ingat dan mendengar ketika sang ayah mengatakan pada dirinya jika-

DersikWhere stories live. Discover now