Bagian dua

1 0 0
                                    

"Gila dah pagi-pagi udah nembus kaca aja panasnya." Keluh gue haha.

Sembari bus berjalan, gue menikmati pemandangan gedung pencakar langit yang menghiasi pusat kota. Ternyata memandang kaca-kaca yang terpasang di setiap gedung seru juga, estetik haha. Kayaknya gue kurang kerjaan deh. Sesampainya di daerah kantor, gue tetap jalan dengan santai. Karena pertemuannya masih tiga puluh menit lagi haha. Mungkin ini salah satu kebiasaan baik yang dimulai dari kecil, gue selalu berusaha datang tepat waktu, atau mungkin lebih memilih untuk menunggu, daripada harus membiarkan orang lain menunggu. Karena gue tahu, dibuat menunggu itu enggak enak haha.

Setelah memasuki gedung, enggak lupa untuk menyapa siapapun yang gue temui. Karena kebetulan waktu itu ada satpam, dan cleaning service, jadi gue sapa dulu mereka. Sebelum naik ke lantai pertemuan, gue pergi ke mesin penjual otomatis atau bahasa kerennya vending machine, untuk membeli kopi. Kemudian, gue naik ke lantai pertemuan.

Setelah nunggu selama lima belas menit, akhirnya salah satu rekan kerja gue dateng. Dia salah satu karyawan muda yang terbaik, Namanya Ravian, biasa dipanggil Ravi. Sebelumnya, gue dan dia ngelamar kerja di saat yang bersamaan, beruntungnya di antara puluhan pelamar lainnya, hanya lima orang yang dipilih. Salah satunya kami. Ravian punya keunggulan dalam hal relasi dan pemasaran. Wajar saja, dia lulus dari salah satu universitas ternama di Singapura, dia memiliki relasi baik untuk ke beberapa negara. Maka dari itu, untuk beberapa perjalanan bisnis, ia selalu diandalkan.

"Fin ..."

"Eh Ian ..."

"Belum ada yang dateng?"

"Ada tuh, mas satpman sama mang ob haha."

"Bisa aja lu haha. By the way apaan tuh yang lu pegang?"

"Kopi. Mau lu?"

"Bagi dah, ngantuk banget gue weekend gini harus ke kantor."

Such a humble person, mungkin itu yang bisa menggambarkan seorang Ravian. Meskipun dia punya nama yang cukup baik, pendidikan yang lebih dari cukup haha, dan ekonomi yang jauh lebih baik dari gue haha. Tapi, dia enggak segan untuk berbaur dan menyapa satpam, atau petugas pembersihan, dia juga enggak mematok dirinya untuk bergaul dengan kalangan atas atau bawah. Hidupnya benar-benar biasa saja, Enggak malu untuk ngumpul dan nongkrong di warung kopi bareng gue, atau sekadar berbagi makanan dan minuman. Enggak terlalu menjaga nama baiknya, tapi justru karena itu ia jadi dikenal karena keramahannya.

"Emangnya ada apa sih Fin sampai harus rapat hari sabtu?"

"Katanya sih brand baru waktu peluncurannya mau dipercepat, dari yang harusnya satu bulan lagin, jadi satu minggu. Baru katanya sih."

Tidak begitu lama setelah kami berbincang, akhirnya salah satu manajer divisi pemasaran/marketing, pak Iqbal datang dan menghampiri kita. Beliau juga orang yang baik sebagai seorang manajer, tidak pernah berusaha untuk mencari kesalahan pegawai dan memarahi. Beliau lebih percaya suatu masalah dapat diselesaikan dengan diskusi, bukan caci maki. Karena dari berdiskusi, akan melahirkan banyak beberapa kemungkinan solusi. He's figure of leader, not a boss. Karena kadang gue merasa jarang banget orang yang memiliki posisi bagus, atau dalam istilahnya "atasan" mau ikut hadir di tengah para karyawan, dan diskusiin permasalahan secara matang. Biasanya, ya mereka terima beres.

"Is it locked?"

"No Sir, we waiting for all hehe."

"Don't need to wait, you can get in first."

"Thanks Sir"

Mungkin kalian bingung kenapa harus pakai bahasa Inggris haha. Karena perusahaan ini bertaraf internasional, dan sudah cukup menjalin beberapa kerjasama bilateral dan multilateral dengan beberapa perusahaan asing di beberapa negara. Maka dari itu untuk membangun kebiasaan berbahasa internasional, setiap pegawai harus mampu menggunakan bahasa Inggris saat presentasi atau dalam lingkungan kantor, meskipun biasanya ini diperuntukan ketika melakukan percakapan dengan manajer atau pemimpin perusahaan. Tujuannya adalah ketika ada client atau tamu dari perusahaan negara lain, kita dapat membantu mereka memahami konsep perusahaan dan konsep sebuah produk, dengan cara membuat mereka nyaman mendengarkan presentasi kami yang menggunakan bahasa Inggris. Untungnya, gue bisa sedikit sih bahasa Inggris haha. Kalau urusan yang banyak, ya si Ravi jagonya haha. Jadi enggak begitu kagok haha.

Beberapa menit kemudian beberapa manajer dari divisi lain memasuki ruangan. Mereka mengobrol sebentar, ya obrolan kalangan atas haha. Berbeda dengan gue dan Ravi, obrolan yang kayaknya enggak ada maknanya haha. Tepat waktu. Semua pimpinan dan beberapa pegawai sudah berkumpul. Haha gue bersyukur sih baru beberapa bulan, dan belum genap setahun sudah diberi kepercayaan untuk ikut di rapat penting seperti ini. Hal yang paling gue suka dari kantor ini, mungkin karena profesionalisme setiap orang tinggi, sehingga mereka menjunjung tinggi etos kerja dan disiplin waktu. Gue salut akan hal itu.

Setelah semua datang, dan rapatpun akhirnya dimulai. Ternyata benar rapat kali ini membahas tentang pemajuan jadwal rilis produk terbaru perusahaan. Ternyata alasan gue dan Ravi di sini karena beberapa urusan marketing untuk produk ini nanti akan di-handle oleh kami. Sebenarnya gue enggak begitu yakin sama diri gue, cuma karena gue enggak ingin menyia-nyiakan kepercayaan orang lain. Let's do it aja deh, kalau enggak dicoba. Enggak akan tahu hasilnya.

"Alfin, Ravian you will handle marketing of this product."

"Iever share the document. Please both of you present it. I want make sure bothof you understand about new product and have idea for marketing.

Satuhal yang terlintas di pikiran gue. Mampus gue.

Chegaste ao fim dos capítulos publicados.

⏰ Última atualização: May 10, 2020 ⏰

Adiciona esta história à tua Biblioteca para receberes notificações de novos capítulos!

THE PERFECT PLANOnde as histórias ganham vida. Descobre agora