Saat itu juga Icha terkejut. Perempuan itu menutup mulutnya tidak percaya. "Ja-jadi selama ini? E-yang?"

"Nanti Eyang jelaskan di rumah. Sekarang Eyang masuk dulu dan kamu tunggu di sini."

Luna, Zahra, dan Ufah duduk di depan kelas. Mereka tidak ada yang bersuara karena sejak tadi Icha hanya diam dan terlihat seperti tengah menahan tangisnya.

"Cha, lo kenapa nangis?" tanya Arga yang tiba-tiba berada di depan Icha.

Perempuan itu terkejut saat melihat Arga yang cukup dekat dengannya. "Maaf," ucapnya sambil sedikit menggeser tubuhnya.

"Maaf ya, Cha, gue baru tau kalau lo selama ini cucu pemilik sekolah ini. Kalau sejak awal gue tau, gue gak akan cari gara-gara sama lo dan bikin lo jadi kaya gini sekarang," ucap Arga dengan menyesal.

Ternyata secepat itu beritanya menyebar. Untung saja setelah ini libur panjang, jadi dia tidak begitu pusing memikirkan gosip yang akan mereka sebar. Namun dia juga tidak tahu seperti apa nanti saat dirinya kelas dua belas.

Arya yang melihat dari kejauhan tampak menahan kesal karena posisi Arga yang berjongkok tepat di depan tubuh Icha.

"Gue baru sadar kalau sahabat gue juga cinta sama Icha. Masa iya gue harus bersaing sama sahabat sendiri?" gumamnya tak habis pikir.

***

Echa dan kedua temannya sedang berada di rooftop saat ini. Setelah mendengar gosip tentang Icha yang ternyata cucu dari pemilik sekolah ini, mereka langsung memutuskan untuk merubah rencana. Padahal Echa sendiri sudah memiliki rencana yang bagus dan pas, tanpa mereka ketahui.

"Sebenarnya gue udah ada ide dan dirasa gak ada masalah kok. Kalian tinggal ikutin aja apa kata gue, tapi ya jangan sampai itu nenek-nenek tau masalah ini. Gimana?" ucap Echa pada akhirnya.

Chika dan Tasya menoleh secara bersamaan. "Apa rencana lo, Cha?" tanya Tasya yang sudah terlanjur penasaran.

Echa tersenyum miring sebelum akhirnya memilih untuk membisikkan rencananya pada mereka. "Gimana?" tanyanya setelah memberi tahu apa rencana yang sudah dia susun.

Dua orang itu ikut tersenyum lalu mengangguk. "Gue setuju sama cara lo. Jadi kita mulai semua ini pas udah kelas dua belas, ya?"

"Iya, dong. Kan udah gak ada Kak Angga lagi yang selalu jagain dia."

"Gue gak sabar deh, haha." Chika tertawa jahat. Mereka benar-benar bermain licik hanya untuk balas dendam.

***

"Eyang, jadi apa maksudnya di sekolah tadi?" tanya Icha yang sudah tidak sabaran.

"Arisha Raveena Arabella, itulah nama lengkapmu. Sejak dulu, ibumu tidak pernah mau menyebutkan nama lengkapnya karena sifat teman-temannya yang semena-mena. Eyang belajar dari masa lalu agar tidak terjadi padamu juga. Mulai sekarang kalau ditanya nama, sebut saja Icha tanpa nama lengkap. Mengerti?" papar Sarah panjang lebar.

Icha mengangguk kecil. "Jadi ini alasan kenapa rumah Eyang begitu mewah? Ternyata Icha berasal dari keluarga terkaya, ya. Tapi Eyang, Icha tetap merasa hampa karena tidak punya orang tua. Icha tau kalau Eyang sayang banget sama Icha, tapi Icha juga pengen punya orang tua seperti yang lainnya Eyang," ucapnya parau.

Sarah sangat tersentuh dengan lirihan cucu kesayangannya itu, tapi mau bagaimanapun juga ini semua belum tepat waktu. Mereka masih perlu menguatkan bukti untuk menyadarkan Vio. "Ibu dan ayahmu masih hidup, Nak. Mereka sedang berbahagia sekarang karena sudah berpisah tujuh belas tahun lamanya. Eyang hanya akan memberitahu itu saja. Jangan coba-coba kamu mencari tahu, Cha, karena Eyang sendiri yang akan memberitahumu pertama kali jika sudah tepat waktunya nanti. Mengerti?"

Ada rasa bahagia yang membuncah saat Icha mendengar ucapan eyangnya. Berarti dia masih memiliki orang tua? Betapa bersyukurnya hatinya itu.

"Tapi ibumu itu lebih memilih merawat anak orang lain, maka dari itu kamu tinggal sama Eyang dan mendapat marganya Eyang. Berbeda dengan kakakmu. Dia dibawa oleh Omanya dan mendapat marga dari ayahnya. Masing-masing dari kalian akan menjadi ahli waris di keluarga kami dan jangan harap kami akan memberikan sebagian harta pada anak tidak tahu diri itu."

Icha merasa bahagia juga sedih secara bersamaan. Kenapa ibunya lebih memilih orang lain daripada dirinya? Apa dirinya tidak diinginkan?

"Kenapa Eyang? Apa Icha bukan anak yang tidak diinginkan? Apa Icha anak haram?" tanyanya sedih.

Sarah memeluk erat cucunya yang sudah siap untuk menangis itu. "Tidak Sayang. Ibumu bukan orang yang seperti itu. Kalau kamu anak yang tidak diinginkan, mana mungkin Eyang mau merawatmu."

"Tapi-"

"Tunggu waktunya, ya. Sabar. Kita semua pasti akan tahu apa kebenaran yang sedang terjadi."

***

Alhamdulillah update lagi.

Hari ke-17 yaaa?

Jadi gak sabar buat cepet cepet ending, wkwk.

Enaknya happy atau sad, nih? #plak! #abaikan

Jangan lupa vote, komen, dan follow.

Jazakunallah khairan❤

REGRET || TAMAT✔Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu