C A R N A T I O N (RED)

Prolog

Haloo yeorebun....
Yuuuuu😘😘

Maapkeun author
Gandeng cerita lain dulu
Soalnya yang satu belum kelar

Cast nya masih kesayangan aku

Biasalah
Kalo udah melekat sudah
buat dilupakan kaya mereka
😘😘

Buat para readers-nim
Kalian udah tahu
Gimana gaya penulisan aku
Di cerita sebelumnya

Genrenya gimana
Kalian udah hapal...

Kalo buat cerita ini aku
Gak tau kalian bakalan suka
Atau gimana

Ini cerita selalu muncul
Di kepala ku
Dan akhirnya aku mutusin buat
Cerita ini dalam versi imajinasi
Aku sendiri...

Jadi kalau ada kesamaan tokoh
Atau apapun itu aku minta maaf
Karena ini pure dari imajinasi
Aku yang ngebucinnya parah..🙏🙏

✏️✏️✏️

Sepasang tangan yang lihai dalam merangkai bunga demi bunga. Ia mementingkan setiap rasa dan perasaan dalam menuangkan imajinasinya demi membuat orang di sekitarnya tersentuh.

Setiap orang memiliki arti kehidupannya masing-masing. Mereka mencoba menjalani hidup dengan sepenuh hati memberikan warna disetiap adegan. Tanpa dibuat-buat dan mengalir seperti takdir.

Baginya hidupnya mulai berwarna ketika tangkai demi tangkai bunga itu tersusun dengan begitu indah dan memikat. Dengan paduan warnanya serta arti yang dimiliki dari setiap bunga itu menjadikannya saling menyatu dan terpadu.

Tidak semua bunga memiliki nama namun tak ada bunga yang tak memiliki arti. Mereka hanya menunggu arti itu menghampirinya dan memberikan makna tersendiri.

Setelah merangkai bunga, ia dengan lihat menyemprotkan bunga-bunga itu dengan cairan segar. Lalu memberikannya pada seorang wanita yang tengah membawa anaknya.

"Ini bunga pesanan anda Nyonya." Ucap gadis itu sambil memberikan sebuket bunga tadi.

Wanita itu mengambilnya sambil tersenyum. "Toko ini selalu tahu apa yang diinginkan pelanggannya."

Gadis tadi membalas dengan tersenyum lebih hangat lagi.

"Aku yakin dia akan senang melihat ibunya membawakan bunga kesukaannya."

Setelah mendengar itu, sang wanita tadi keluar sambil menggandeng tangan anaknya.

Gadis itu lalu menghirup udara sebanyak mungkin. Sambil berucap dalam hatinya.

"Bagaimana jika nanti aku mempunyai anak? Apa aku bisa merawatnya dengan baik?"

Namun ia dengan cepat menggelengkan kepalanya. Membuang pikiran itu jauh-jauh. Bagaimana mau memiliki anak, menjalin hubungan saja ia masih terbilang sangat polos.