12- Your lies, make a little doubt

Mulai dari awal
                                    

"Kalau kedinginan itu bilang padaku, susahnya dimana sih Hye?" ujar Taehyung masih dengan kegiatannya. Kedua iris Hyerim dengan mata elang Taehyung sedari tadi tak pernah terputus untuk tetap lekat. Hyerim tak membalas ujaran Taehyung, memilih untuk menyunggingkan senyumnya dan menikmati afeksi yang Taehyung berikan.

"Ini minumlah, agar tubuhmu hangat." ucap Taehyung sembari menyodorkan cup coklat panasnya kepada Hyerim. Wanita itupun lantas menerima dan meminumnya dalam diam.

Debur suara klakson bersamaan roda besi yang berdecit membelah rel yang berhias salju, menandakan bahwa kereta yang ditunggu Hyerim dan Taehyung telah tiba. Keduanya bergegas tatkala pintu gerbong telah terbuka. Menampilkan keadaan stasiun yang kembali ramai. Taehyung berjalan di belakang Hyerim namun jemari keduanya tetap tertaut. Kendati keduanya tahu bahwa stasiun yang mereka singgahi kembali ramai. Pria itu mempersilahkan Hyerim untuk masuk ke gerbong kereta terlebih dahulu. Lantas mencari tempat duduk. Wanita itu memilih mendudukan diri di samping jendela, sedangkan Taehyung telah berada di sebelahnya sekarang.

"Aku akan bermain game. " ucap Taehyung saat mendapati Hyerim menoleh padanya. Membuat wanita itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya lirih. Lantas menggeratkan kedua tangannya menyilang hingga atas dada.

Sedangkan Hyerim memilih untuk membaca novel bergenre fantasi yang ia beli beberapa hari yang lalu. Keduanya hening, tak tahu sejak kapan dinding kecanggungan itu terbangun. Kereta telah beroperasi kembali, menjalankan kemudi untuk menembus gelapnya malam, pun dinginnya udara.

Hyerim masih membolak-balikkan beberapa lembar kertas yang ia baca, kantuk rupanya mendatanginya lebih cepat dari apa yang ia kira. Wanita itupun akhirnya memilih menyandarkan punggungnya pada kursi, dan melirik ke jendela. Memirsa betapa indahnya rintik salju itu turun untuk pertama kalinya.

Tiba-tiba getar ponsel Taehyung mendadak hadir. Pria itu mau tak mau harus menyudahi permainannya untuk mengangkat panggilan itu. Betapa terkejutnya Taehyung sekarang- matanya membola mendapati nama itu kembali hadir. Astaga, kenapa ia lupa menghapus nama itu. Taehyung serasa ingin merutuki dirinya sendiri saat mengetahui nama Seoyung masih ia simpan dengan baik. Pria itu masih bergeming, lantas membiarkan bunyi itu berdering begitu saja. Yang pada akhirnya menarik atensi Hyerim.

"Yuhn, kenapa tidak di angkat?" tanya Hyerim dengan mata yang sudah semakin menyipit di hadang kantuk. Menoleh mendapati Taehyung yang hanya diam membeku. Memaksa Hyerim untuk menoleh ke arah ponsel Taehyung. Namun pria itu akhirnya bergerak selangkah lebih maju, terbukti jemarinya telah lebih dulu menolak panggilan itu. Membuat Hyerim tak tahu siapa orang di balik denting ponsel yang beberapa detik lalu menarik perhatiannya.

"Bukan siapa-siapa sayang. Hanya nomor tidak di kenal." Jelas Taehyung saat mendapati raut wajah Hyerim yang ragu kepadanya. Seperti ingin bertanya lebih namun di tahan. Ia tentu tahu, pasti wanita itu tidak akan mudah langsung percaya terhadap perkataannya. Namun ia ragu, untuk mengatakannya pada Hyerim. Bukan Taehyung ingin berbohong, hanya saja hubungan yang ia rajut dengan Hyerim sudah kelewat manis dan harmonis selama ini. Taehyung tak ingin membuat jarak antara dirinya dan Hyerim, ia ingin selalu dekat dan mengerti wanita itu. Tanpa suatu pembatas, namun sepertinya Seoyung akan menjadi batas jika ini dibiarkan berlarut-larut.

Sial, apa Seoyung sudah gila. Menghubunginya selarut ini, Taehyung tak habis pikir dengan wanita itu. Apa Seoyung kini tengah di hantam gelenyar penyesalan? lantas menggebu sekali untuk mengajaknya bicara, seolah-olah ingin memperbaiki hubungan yang telah terputus. Tanpa memperdulikan lebih dari itu, Taehyung pun memilih menghela napas lirih seraya menoleh dan mendapati wajah Hyerim yang sedang berpikir. Seperti melamun, menghadap ke jendela.

"Kau tidak menyembunyikan apapun dariku kan?" Belum sempat bibir Taehyung berucap, Hyerim lebih dulu menyela tanpa menoleh padanya. Wanita itu tetap saja mengarahkan kedua iris hazel itu pada jendela. Membuat nyali Taehyung seakan mendadak ciut. Kenapa Hyerim bersikap seperti itu, haruskah ia jujur?

"S—seoyung yang menghubungiku." Husky itu tampak sedikit ragu dalam ucapannya. Taehyung lantas menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal, menghilangkan kegugupannya.

" Apa kau masih bertemu dengannya?" tanya Hyerim lantas menoleh, mendapati Taehyung yang telah menatapnya terlebih dahulu.

"Tentu saja tidak, untuk apa aku menghubunginya." sela Taehyung cepat dengan segala keyakinan yang ada.

"Aku punya kau."

"Kau satu-satunya." tukas Taehyung sambil menatap dalam Hyerim, lalu mengambil tangan wanita itu untuk ia genggam.

"Baiklah, itu cukup untukku." ucap Hyerim singkat sebelum tersenyum. Menghilangkan getir dan keraguan yang tadinya mendadak hadir memenuhi pikirannya. Taehyung yang mendengarkannya pun mendadak lega. Jika wanita lain akan terus melayangkan sejuta pertanyaan dan alasan hingga dirinya lelah, berbeda dengan Hyerim. Wanita itu punya cara tersendiri untuk membuktikan suatu hal.

"Ayo tidur." Ajak Taehyung lantas sedikit menggeser punggung Hyerim sedikit ke depan. Menyusupkan sebelah lengannya di antara ceruk Hyerim. Tangan Taehyung merangkul bahu Hyerim secara tidak sadar. Kemudian pria itu mempersingkat jaraknya. Lengan keduanya telah bersinggungan sekarang. Posisinya seperti memeluk, tapi dari samping.

Hyerim lantas menaruh kepalanya pada pundak Taehyung. Mengerjapkan matanya perlahan. Tangan Taehyung masih menepuk bahunya lirih menyalurkan ketenangan. Itu berlangsung cukup lama hingga salah satu dari keduanya telah tertidur.

Di tengah kelopak mata yang telah menutup, sebenarnya Hyerim belum sepenuhnya tidur. Dalam diam hatinya tiba-tiba menyentak kekhawatiran. Mungkin ia berhasil, membuat Taehyung yakin bahwa ia tidak terlalu peduli. Namun ia juga tak dapat membohongi dirinya sendiri bahwa pada dasarnya perasaan wanita itu lebih dalam dan sensitif. Tentu saja ia bertanya dalam bahananya. Kenapa Seoyung masih menghubungi Taehyung, ataukah wanita itu malah mengejar Taehyung kembali? Sebenarnya Hyerim sangat malas memikirkan itu, namun sialnya nama Seoyung malah terus berada di otaknya, memaksanya untuk berpikir.

Sekonyong-konyong di tengah lamunannya, tanpa ia sadari cairan bening itu keluar dari pelupuk mata hazelnya. Keluar tanpa isakan. Benar-benar tak terlihat, pun minimnya cahaya yang ada di kereta. Berharap Taehyung tak mengetahui pun melihatnya.

Pria itu belum menemui kantuknya, masih menepuk pundak Hyerim. Kepalanya menunduk ke bawah, memirsa wajah tenang Hyerim yang telah tertidur. Tunggu, apa wanita itu baru saja menangis. Di tengah remang lampu, netranya mendapati aliran kecil cairan bening itu membelah pipi putih Hyerim. Jemarinya singgah disana, menghapusnya perlahan. Taehyung meremat mantelnya sendiri, napasnya sedikit tersenggal. Hatinya mencelos kala mendapati Hyerim menangis dalam diam.

"Aku tidak akan meninggalkanmu—tidak akan Hye." ucap Taehyung lirih lantas mempererat rengkuhannya. Mengelus surai coklat itu penuh afeksi. Diam-diam Hyerim mendengarnya, hatinya rasanya semakin dihadang perih, tak tahu jelas sebabnya. Pun air matanya jatuh kembali tanpa ia sadari.

[ ]

Remembrance ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang