; haru - new chapter 2020

Mulai dari awal
                                    

;

Ketika Mama bilang Jungkook siuman, tidak ada seorangpun yang dipersilahkan untuk masuk selain Taehyung sendiri. Sudah selesai cuci muka meski wajahnya tetap nampak bengkak dan tidak bisa ditutupi.

Berusaha tersenyum menatap Jungkook yang baru sadar dan bangun dari tidurnya yang cukup lama. Senyumnya seolah retak, bukan bahagia, mungkin seperti senyum yang—astaga bagaimana bisa Taehyung menatap binar indah milik mudanya setelah ini. Tatapan Jungkook seolah hanya ingin memberitahukan bahwa dia baik-baik saja dan Taehyung tidak tahu harus menyampaikan seperti apa soal anak mereka.

Maka yang dilakukan pertama kali olehnya adalah memeluk Jungkook dan memberi ciuman sayang pada dua kelopak matanya. Berusaha setegar mungkin jadi jalan satu-satunya sebelum,

"Melihatmu begini aku sepertinya tahu—aku baru saja melakukan kesalahan ya, Hyung?"

Yang lebih tua terdiam saat Jungkook memalingkan pandang dan meneteskan air matanya meski tetap berusaha tersenyum setelahnya. "Aku gagal menjaga anak kita ya Hyung? Aku orang tua yang payah."

Taehyung hanya menggeleng dan kembali memeluk Jungkook lebih erat jauh lebih erat dari pelukan yang pernah ia beri pada Jungkook sebelumnya. Membiarkan air mata mudanya membasahi jas kerjanya yang bahkan belum sempat terlepas. "Hyung, aku sungguhan tidak bertengkar dengan siapapun lagi. Tapi kenapa Hyung, hari ini benar-benar aku dipukul duluan. Perutku, anakku, dipukul duluan. Bahkan wajahku tetap baik Hyung, kenapa bukan wajah, kenapa perutku, kenapa mereka begitu pada anakku. Hyung—Hyung, aku tidak bisa menjaganya? Hyung kenapa harus anakku?"

Hingga hari habis, yang Jungkook tahu ia hanya ingin menangis begitu banyak sebab membenci dirinya sendiri. Sebab naasnya, CCTV di depan gedung hari itu sedang rusak dan tukang reparasi belum datang untuk memperbaiki, tidak adanya saksi mata dan juga Jungkook lupa wajah orang yang telah membunuh anaknya.

















;

Hari ke sembilan puluh lima.

Sudah satu Minggu Jungkook hanya duduk diam di pinggir jendela ruang tengah. Tidak ada yang menarik selain mengelus perutnya yang membuncit tapi sudah tidak adalagi eksistensi hidup anaknya disana.

Tangannya sibuk memainkan sepasang sepatu yang sudah dibelinya. Hancur angannya akan menimang bayinya enam bulan yang akan datang. Lebur sudah keinginannya melanjutkan hidup dengan rasa aman.

Jungkook memang tidak meninggalkan kewajibannya. Taehyung terus mencoba mengalihkan pikirannya dengan hal-hal lain yang sekiranya membuat Jungkook lebih ikhlas merelakan buah hatinya. Tapi tidak ada, sakitnya terkena bogeman bahkan tidak sebanding dengan sakitnya menerima kenyataan bahwa anaknya sudah mati sebab dirinya payah saat menjaganya.

Jungkook berusaha tetap melakukan rutinitasnya yang biasa. Memasak dan membuat kopi (tapi tidak memakan masakannya sendiri dan tidak membuat susu sebab susu miliknya adalah susu nutrisi kehamilan), tetap membersihkan apartemen juga mengurus baju kotor, tetap datang ke kampus dan mengikuti kelas seperti hari-hari biasanya, bahkan Jungkook tetap melakukan hubungan seks sebagai pelariannya bersama Hyungnya, tapi tidak tidak bisa, tidak terasa sebab seolah raganya sedang mati, hormon ketertarikan seksualnya seperti musnah entah kemana dan dia hanya bisa meminta maaf juga menangis karena tidak bisa membuat Hyungnya terangsang sedikitpun begitu pula dengan dirinya sendiri.

Hari-harinya habis, hanya untuk meratapi jendela dan pemandangan jalanan penuh kendaraan yang tidak lagi menarik di matanya.

Biasanya kalau sudah sore begini dia akan mencari tayangan kartun dan menceritakan kisah dan tiap karakter tokohnya kepada anaknya. Tapi sekarang? Menatap layar televisi pun rasanya muak. Tidak minat sama sekali.

amante | taekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang